Friday, February 06, 2015

Cernak, 8 Februari 2015






Sang Juara

oleh Benny Rhamdani

"Tya, kamu sudah baca pengumuman lomba cerpen untuk anak di Facebook KKPK?" tanya Sasha saat bertemu teman sebangkunya di kelas pagi hari.

"Belum. Kamu mau ikut?" Tya balik bertanya.

"Iya. Aku mau coba. Siapa tahu bisa menang kayak kamu tahun lalu," jawab Sasha. "Kamu ikut juga, kan?"

"Belum tahu. Eh, aku mau ke kantin dulu. Mau ikut?"

Sasha menggeleng. Tya segera melangkah keluar kelas. Sebenarnya dia tadi berbohong. Semalam dia sudah membaca pengumman lomba cerpen itu di Internet. Tapi dia malas menjawab dengan jujur. Sebab biasanya Sasha akan banyak bertanya nantinya. Bagaimana caranya menang? Bagaimana bikin judul? Kalau nama tokohnya Xandra bagus nggak? Sangat mengganggu Tya.

Sebenarnya yang juga bikin Tya terganggungu, Sasha menulis cerpen hanya karena ikut-ikutan saja.

Sore harinya, Tya membuka laptopnya di kamar. Dia sudah punya ide. Tema lomba cerpen tahun ini adalah Keluargaku. Tya. ingin menulis cerpen tentang Ibu.

Tring. Smartphone Tya berbunyi. Rupanya Sasha mengirim BBM.

"Kamu sudah lihat pengumumannya, kan?"

Tya membalas: "Sudah."




Sasha: "Sudah ada ide?"

Tya : "Belum."



Sasha: "Aku tadi mau menulis tentang Ibu. Tapi, kayaknya akan banyak saingan. Jadi aku akan menulis tentang kakak saja. Menurutmu bagaimana?"

Tya: "Aku mau off dulu ya. Mama menyuruhku masak."

Sasha: "Oke. Terima kasih ya."


Tya langsung mematikan smartphone-nya. Dia kembali mengetik cerpennya. Tapi kalimat Sasha tadi mengganggunya." Aku tadi mau menulis tentang Ibu. Tapi, kayaknya akan banyak saingan." Sementara yang ditulis Tya adalah tentang Ibu. Memang menulis tentang Ibu sangt mudah. Banyak cerita tentang Ibu ketimbang Ayah. tapi pasti semua peserta berpikir sama.

Aha, biar saja. Aku menulis dulu tentang Ibu. Nanti aku menulis yang lainnya, Pikir Tya. Dia pun terus menulis cerpennya.

Keesokan paginya, ketika masuk kelas Tya kaget melihat mejanya dikerumuni beberapa temannya. Rupanya, sasha sedang memamerkan cerpen yang ditulisnya kepada beberapa teman.

"Aduh, Sasha, cerpen kamu bagus banget. Mengharukan sekali," kata Pia.

"Iya, pasti menang lomba deh," ucap Ruri.


"Eh, ada Tya. Maukah kamu membaca cerpenku dan memberi komentar," pinta Sasha sambil menyodorkan cerpen.

Walaupun malas, Tya mengambil dan membacanya. Tapi Tya benar-benar jadi terhanyut dengan cerpen Sasha. Ceritanya bagus.

"Ini kamu sendiri yang nulis?" tanya Tya.

"Iya. Masa pembantu aku?"

"Ceritanya bagus," kata Tya sambl tersenyum.

"Terima kasih. Aku mau mengirimnya hari ini."

Tya jadi tidak konsentrasi saat belajar. Cerpen yang ditulisnya tidak sebagus cerpen Sasha. Hal itu membuat Tya ingin menulis cerpen lainnya.

Keinginan Tya untuk menulis cerpen lagi tak mudah terwujud. Tugas sekolah menyita waktunya. Belum rencana pementasan balet di tempat kursusnya, ditambah seleksi olimpiade matematika.

Dua bulan kemudian pengumuman pemenang lomba cerpen KKPK diumumkan di Internet. Tya tidak menemukan namanya, tapi nama Sasha ada di urutan kedua. Tya sedih dan kecewa.

Sore harinya, Tya dikejutkan dengan kedatangan Sasha. Bukan cuma Sasha, tapi juga ibunya.

"Kami datang secara khusus untuk memberi hadiah buat Tya. Karena Tya telah menjadi motivator dan guru juga bagi sasha dalam hal menulis cerpen," kata ibunya Sasha kepada Mama Tya.

Hadiahnya raibow cake.

"Aku juga mau mengucapkan selamat kepada Tya. Tadi aku baca di Internet, Tya terpilih ke tingkat nasional untuk olimpiade matematika. Tahun kemarten aku gagal di tingkat provinsi, Tya malah bisa ke tingkat nasional," kata Sasha. "Kita gantian rupanya."

Tya tersenyum. Dipikir-pikir untuk apa dia bersedih gagal di lomba menulis cerpen. Dia masih bisa ikut lagi tahun depan. Lagipula, saat ini seharusnya dia berbahagia bisa memiliki sahabat yang baik hati seperti Sasha.

^_^

No comments: