Pesan Rahasia
Oleh Benny Rhamdani
“Assalammualaikum. Paman, kami akan ke rumah paman sebentar lagi.”
“Waalaikumsalam. Wah, kebetulan sekali. Paman punya hadiah buat kalian. Paman tunggu ya.”
Itulah bunyi SMS yang dikirim Oben lalu dibalas Paman Raha. Oben langsung memberitahu SMS balasan kepada dua saudaranya. Dhika dan Naning.
“Wah, hadiah! Ayo kita segera berangkat!” seru Dhika dan Naning.
Mereka bertiga kemudian ke luar rumah sambil mengayuh sepeda masing-masing. Setelah perjalanan sekitar
“Wah, kalian datang terlambat. Paman Raha baru saja mendadak pergi,” kata Pak Mahdi yang mengurus taman.
“Lho, kok pergi? Kami
“Nanti kembali lagi. Ini ada pesan dari Paman Raha,” kata Pak Mahdi sambil menyerahkan selembar kertas.
Oben, Dhika dan Naning membaca bersama.
Kalian bertiga sudah sampai,
Ini kata kuncinya: atap, foto, lalat, Pak Somad, sate, tusuk, tiga, ikat, bakar, cuka, sabuk, kardus, buku, Pak Somad, saku, marmut.
Ketiganya langsung mengerutkan kening membaca pesan rahasia yang aneh.
“Apa ya artinya ini?” tanya Naning.
“Kita ikuti saja petujuk ini. Kata pertama atap. Berarti kita harus ke atap. Yuk ke
Mereka lalu ke loteng. Kemudian menuju atap rumah.
“Dari sini kita harus mencari foto. Tapi foto apa ya?” gumam Oben.
“Fotonya harus berhubungan dengan petunjuk berikutnya, yakni lalat!” tambah Dhika.
Mereka mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari petunjuk yang berhubungan dengan foto dan lalat.
“Lihat di sebelah
Ketiganya kemudian turun dari loteng ke luar rumah. Pak Mahdi yang melihat kebingungan karena anak-anak itu berlari-larian. Tiba di kios foto copy, mereka kebingungan. Apa hubungannya kios itu dengan lalat?
“Kalian mau foto copy apa?” tanya penjaga kios.
“Nggak. Kami lagi mencari lalat,” ceplos Dhika.
“Hahahaha, di sini mana ada lalat,” kata penjaga kios. “Yang banyak lalat tuh di
Tiga anak itu langsung senang karena penjaga kios menuntun mereka ke ptunjuk berikutnya. Ketiganya langsung berlari menuju kios satu Pak Somad. Hm, tapi apa yang harus mereka lakukan ya?
“Kita lihat petunjuk berikutnya. sate, tusuk, tiga, ikat, bakar, cuka, sabuk, kardus, buku. Sepertinya sampai cuka. Sabuk, kardus dan buku jelas tidak ada hubungannya dengan sate,” pikir Naning.
“Kita tanya Pak Somad saja,” usul Dhika.
Mereka mendekati Pak Somad yang sedang duduk menunggu pembeli.
“Maaf, Pak, bisa tolong kami. Kalau sate tiga tusuk berapa?” tanya Dhika.
“Masa beli tiga tusuk? Yang benar saja? Paling sedikit sepuluh tusuk harganya sepuluh ribu,” jawab Pak Somad.
“Pakai cuka nggak, Pak?” tanya Naning.
“Yang pakai cuka itu acarnya. Bukan satenya.”
Ketiganya manggut-manggut lalu berterima kasih. Pak Somad bingung karena ketiga anak itu tidak jadi beli sate.
“Kalau sepuluh tusuk harganya sepuluh ribu rupiah, maka tiga tusuk jadi tiga ribu. Lalu cuka hubungannya dengan acar. Jadi petunjuk berikutnya tigaribu acar,” simpul Oben.
“Di dalam acar itu ada bawan, ketimun. Hm, jalan ini
“Tapi nomor di sini tidak sampai tiga ribu. Paling banyak dua
“Tiga!” kata Oben. “Maksudnya mungkin nomor tiga. Berarti kitaharus ke rumah lagi, lalu mencari petunjuk berikutnya.”
Ketiganya langsung kembali ke rumah Paman Raha. Pak Mahdi lagi-lagi kebingungan.
“Berikutnya sabuk, kardus, buku, Pak Somad, saku, marmot,” ucap Dhika.
“Kenapa kita harus kembali ke Pak Somad? Ah, membingungkan!” kata Naning kesal.
“Bagaimana kalau kita cari langsung saja di dalam rumah ini. Tidak usah pakai petunjuk-petunjuk segala,” usul Dhika.
“Wah, susah sekali ketemunya. Rumah Paman Raha sebsar ini. Yang ada malah Pama Raha nanti marah rumahnya diacak-acak,” tolak buku.
“Kita carinya di sekitar petunjuk aja. Misalnya sabuk, berarti dekat lemari yang ada sabuknya. Lalu kardus, berarti di gudang. Terus buku, berarti di sekitar perpustakaan,” kata Naning.
“Lalu Marmut?” tanya Oben.
Mereka bertiga mengeplak kening karena pusing.
“Coba aku lihat lagi suratnya,” pinta Oben. Dia kemudian membaca ulang petunjuk yang diberikan, lalu menulis ulang petunjuk-petunjuk itu satu kata pada satu baris.
Dhika dan Naning memerhatikan.
“Ah, aku tahu sekarang!” teriak Oben kemudian.
“Dimana?” tanya Dhika.
“Ayo ikut aku!” Oben berjalan ke ruang tengah. Dia mendekati rak di sudut. Kemudian dia jongkok mendekati pot kembang. Di dalam pot itu dia menemukan sebuah bungkusan.
“Ini dia hadiahnya!” teriak Oben. Dia membuka bungkusan itu. Wow, ternyata di dalamnya ada tiga buah I-pod.
Tentunya masing-masing mendapat satu.Ketiganya senang bukan main!
“Tapi bagaimana kamu tahu hadiahnya ada di pot ini?” tanya Dhika dan Naning.
“Tadi sewaktu kuurutkan kat-kata petujuknya, aku memerhatikan ujung setiap katanya. Ternyata huruf terakhir setiap kata itu membentuk petunjuk. Nih aku tebalkan huruf terakhirnya ….”
atap
foto
lalat
Pak Somad
Sate
Tusuk
Tiga
Ikat
Bakar
Cuka
Sabuk
Kardus
Buku
Pak Somad
Saku
marmut
“Terbaca, pot dekat rak sudut. Iya,
“Oh iya. Kamu hebat!” puji Dhika dan Naning.
Bersamaan dengan itu Paman Raha masuk ke rumah. Dia lasngsung tersenyum ketika melihat ketiga keponakannya sudah memegang sebuah I-pod.
“Kalian memang keponakan paman yang hebat!” puji Paman Raha.
^-^