Friday, November 30, 2012

HORE, 02 Desember2012



Waspada Banjir

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.

Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.



Dampak banjir
Banjir mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.
    Banjir juga menyebabkan persediaan air  bersih terkontaminasi. Air minum bersih mulai langka.
    Banjir menyebabkan penyakit, kondisi tidak higienis dan  penyebaran penyakit bawaan air.
    Banjir yang melanda  pertanian bisa berpengaruh kepada  persediaan makanan,  dan kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.


    Banjir juga meneybabkan pepohonan  yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
    Banjir meyebabkan jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.
Kesulitan ekonomi karena kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam sector pariwisata, menurunnya minat wiasatawan;  biaya pembangunan kembali; kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.

Penanggulangan banjir
Mencegah dan menanggulangi banjir tak dapat dilakukan oleh pemerintah saja atau orang perorang saja. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai pihak untuk menghindarkan Indonesia dari banjir besar.
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan itu antara lain:
·         Membuang lubang-lubang serapan air
·         Memperbanyak ruang terbuka hijau
·         Mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah raksasa
Meninggikan bangunan rumah memang dapat menyelamatkan harta benda kita ketika banjir terjadi, namun kita tidak mencegah terjadinya banjir lagi. Manusia yang mengakibatkan banjir, manusia pula yang harus bersama-sama menyelamatkan kota. Menyelamatkan Jakarta dari banjir besar bukan hanya karena berarti menyelamatkan harta benda pribadi, namun juga menyelamatkan wajah bangsa ini di mata dunia.
Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir penanganan saat banjir , dan pemulihan setelah banjir.

(ben/net)

ARENA KKPK, 02 DESEMBER 2012


Bersahabat dengan Kupu-Kupu


Judul: Kupu-Kupu Misterius
oleh: Amy
124 halaman


Buku KKPK kadang-kadang ceritanya nggak hanya yang realita lho. Ada juga yang fantasi. Banyak judul KKPK fantasi yang aku suka. Salah satunya adalah Kupu-Kupu Misterius.

Kupu-kupu bisa nulis atau baca huruf morse? Emang ada? Jawabnya ada! Kupu-kupu itu bernama Dilla. Dia sering bermain ke taman di rumah Lia. Karena kemampuan menulis morsenya itu, Dilla jadi sering berkorespondensi dengan Lia dengan perantara daun aglonema milik ibunya Lia
. Tapi, kecerdasan Dilla membuat Lia curiga… jangan-jangan sebenarnya… Dilla adalah kupu-kupu jadi-jadian! Hiii…masa, sih? Pengin tahu lanjutan ceritanya? Langsung aja, baca yuk!!

Cerita imajinasi terkadang memang tak masuk akal. Tapi buatku tetap menarik. Dengan membaca KKPK yang fantasi, aku semakin bisa mengasah imajinasiku.

Geus Rama Syarif, SD Az Zahra, Palembang

CERNAK, 02 Desember 2012

Karena Suka Membaca
Lagi-lagi, Inot terlambat bangun. Akibatnya, ia harus terburu-buru pergi mandi dan berganti pakaian.
“Percuma tergesa-gesa begitu, Not. Kereta penjemput pekerja istana baru saja berangkat,” ujar Bu Bayang di pintu kamar.
“Tidak apa-apa, Bu. Aku jalan kaki saja,” timpal Inot.
“Ya, tapi kamu bisa terlambat sampai di istana. Pantas saja Pak Dorman hanya memberimu pekerjaan sebagai penyapu istana,” ujar Bu Bayang kesal. “Aku kan sudah bilang, jangan suka membaca hingga larut malam. Tukang sapu istana tidak usah banyak membaca. Kamu bukan pustakawan atau tabib.”
Inot tidak menimpali. Ia segera meninggalkan tempat tinggal para pekerja istana. Jauh di atas bukit, ia melihat titik hitam. Rupanya, kereta penjemput sudah menjauh.
Inot memutuskan berjalan memintas hutan. Jalan itu hanya diketahui Inot, lantaran ia selalu melalui jalan itu bila terlambat pergi ke istana. Pertama kali melewati jalan itu, Inot merasa ngeri melihat banyak pohon besar,tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. Ia berjalan sambil bernyanyi-nyanyi kecil.
Kreeek …! Telinga Inot menangkap suara itu. Ia segera menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Ada seorang anak perempuan berdiri dengan wajah cemas.
“Siapa kamu? Mengapa berada di sini? Hei, kamu kelihatan gelisah sekali!” sapa Inot seraya mendekati anak perempuan itu.
“Namaku … Gege. Aku tinggal di hutan ini bersama nenekku. Dia sedang sakit parah,” jelas Gege.
“Kalau begitu, biar kupanggil tabib untuk nenekmu,” Inot menawarkan bantuan.
“Tidak perlu. Yang kubutuhkan bukan itu, tapi orang yang bisa membaca,” kilah Gege.
“Wah, kebetulan aku bisa membaca, kok!”
“Sungguh? Oh, beruntung sekali! Ayo ikut denganku.” Gege melangkahkan kakinya diikuti Inot.
Mereka jalan menembus hutan. Gege menceritakan tentang dirinya.
“Sebenarnya nenekku itu adalah seorang tabib istana. Karena telah lanjut usia, ia berhenti kerja. Nenek ingin mewariskan ilmunya padaku, tapi aku tak dapat membaca. Aku sangat malas belajar membaca. Apalagi kita-kitab nenek sangat tebal. Tapi kini, begitu nenek jatuh sakit, aku tidak bisa menolongnya,” tutur Gege sambil berjalan.
“Kenapa nenekmu tidak mengobati sendiri?” tanya Inot heran.
“Mata nenek sudah rabun dan sudah pikun. Umurnya saja sudah seratus lebih. Nah, itu rumah kami!” tunjuk Gege.
Mereka sampai di sebuah rumah mungil berdinding kayu. Gege langsung membuka pintu rumah. Terlihat oleh Inot seorang nenek tengah berbaring di atas dipan.
“Ini kitab yang harus kamu baca. Lalu, di lemari itu ada kendi berisi ramuan yang harus kamu pilih sesuai petunjuk kitab,” ujar Gege seraya menyerahkan kitab tebal pada Inot.
Setelah menanyakan dulu kondisi nenek Gege, Inot segera membaca kitab itu. Dicarinya jenis ramuan yang cocok dengan penyakit nenek Gege. Inot lantas membuat ramuan dan meminta nenek Gege meminumnya.
Mata Gege bersinar ketika melihat keadaan neneknya kemudian membaik.
“Aku sudah lebih sehat sekarang. Siapa namamu?” tanya nenek Gege.
“Namaku Inot, tukang sapu halaman istana,” jawab Inot.
“Tidak kusangka, seorang pekerja sepertimu dapat membaca. Kamu berbakat untuk menjadi seorang tabib. Apa kamu bersedia?” tanya nenek Gege lagi.
“Ten … tu sa … ja,” jawab Inot girang.
“Kalau begitu, datanglah ke sini setelah selesai bekerja untuk mempelajari kitab-kitabku. Juga sekalian tolong ajari Gege membaca.”
“Oh, tetapi pekerjaanku teramat banyak. Terkadang sore hari baru selesai. Lagi pula, aku tidak punya kuda untuk mencapai tempat ini dengan segera.”
“Jangan khawatir!” sahut Gege sambil mengambil sebatang sapu. “Ambillah ini untukmu. Sapu ini bisa terbang melebihi kecepatan seekor kuda. Hanya, aku tidak tahu mantranya. Bacalah sendiri di buku cokelat itu.”
Inot mengambil buku yang ditunjuk. Di buku itu, tertulis aneka mantra untuk menjalankan sapu itu. Mulai dari mengawali, belok kiri, belok kanan, berputar, atau berhenti. Bahkan, sapu itu bisa diperintahkan dengan mantra khusus untuk melakukan apa saja.
“Oh, maaf aku harus segara berangkat kerja. Pasti aku terlambat,” tiba-tiba Inot teringat pekerjaannya.
“Bawa saja sapu dan buku petunjuknya. Kamu bisa sampai ke istana dengan cepat,” saran nenek Gege.
Inot menuruti permintaan nenek Gege. Karena Inot anak yang cerdas, ia langsung hafal beberapa mantra setelah membaca. Sapu itu lantas membawa Inot ke istana lewat angksa. Wusss .…
Untung, Pak Dorman yang menjadi pengawas pekerja istana tidak melihat kedatangan Inot. Seperti biasa Inot bekerja menyapu halaman istana.
Setahun berlalu, Inot sudah menguasai banyak ilmu pengobatan dari kitab-kitab yang dibacanya. Sesekali, nenek Gege ikut mengajar, terutama memperkenalkan jenis obat-obatan dari tetumbuhan. Sementara itu, Gege mulai lancar membaca.
Suatu hari, Raja Pundre terserang penyakit yang membuatnya tidak bisa beranjak dari tempat tidur. Beberapa orang tabib berusaha mengobatinya, namun gagal. 
 Inot ikut mencoba mengajukan diri untuk mengobati Raja Pundre. Tapi, para pengawal menghalanginya. Inot lantas menyerahkan sebuah lencana pada Patih Gufa. Mengetahui lencana itu hanya diberikan pada orang-orang yang dipercaya Raja Pundre, Inot diperbolehkan mengobati Raja Pundre.
 Setelah minum obat hasil ramuan Inot, perlahan kesehatan Raja Pundre membaik. Inot langsung diangkat menjadi tabib istana. Banyak orang yang terkejut melihat seorang tukang sapu istana menjadi tabib istana, terutama Bu Bayang!
“Bagaimana caranya kamu bisa mengobati Raja Pundre, Not?” tanya Bu Bayang heran.
“Jawabannya mudah. Aku bisa mengobati Raja Pundre karena aku suka membaca,” jawab Inot singkat.
Ya, jawaban itu selalu dikatakannya bila ada yang bertanya tentang kemampuannya. Inot berharap banyak orang yang akan gemar membaca seperti dirinya.
******

Thursday, November 29, 2012

[BUKU] KKPK LUX DESEMBER 2012



Menjelang Desember, paling seru baca KKPK LUX ...





Friday, November 23, 2012

ARENA KKPK, 25 November 2012


Suara Aneh

Judul: Suara Misterius
Penulis: Tian
120 halaman



Hihihi… terdengar suara menyeramkan di hutan kecil dekat rumah Gadis. Mendengar suara itu, Gadis yang semula hendak pergi ke warnet pun, lari tunggang langgang karena ketakutan. Suara apakah itu? Apakah itu suara Miss Kunti? Tapiii…hari kan, masih terang… Mana mungkin ada “hantu” berkeliaran!
Jadi, suara apa sebenarnya yang didengar Gadis? Apakah itu benar-benar suara “hantu” atau suara yang lainnya? Yuk, kita cari tahu apa yang sebenarnya dialami Gadis!

Aku suka sekali membaca cerita yang agak membuat bulu kuduk merinding sep[erti ini. Menguji keberanian. Memang ada teman-temkan yang tidak suka membaca cerita menegangkan begini. Tapi menurutku, cerita ini nggak terlalu menakuktkan buat yang sedikit penakut.

Oh iya, di buku KKPK ini nkita bisa membaca enam cerpen lainnya yang nggak kalah menarik. Pokoknya kita bakal puas.

Geus rama Syarif, SD Az Zahra, Palembang

HORE, 25 November 2012


Sehat di Musim Hujan

Musim hujan tiba,  biasanya banyak yang sakit. Nah, kita bisa melakukan tindakan pencegahan lho biar tetap sehat di musim hujan.

Jaga cairan tubuh
Saat musim hujan, keringat tidak menguap dengan cepat karena tingkat kelembapan tinggi dan hal ini mencegah tubuh mengeluarkan panas. Oleh karena itu, kami menyarankan agar kita selalu membawa satu botol air.

Hindari minuman berkarbonasi karena minuman tersebut mengurangi tingkat mineral yang menghentikan enzim berfungsi dengan efisien dan akhirnya menyebabkan gangguan pencernaan. Sebagai gantinya, minum minuman hangat seperti teh jahe. Selalu minum air yang sudah dimasak dan didinginkan.

Konsumsi makanan secara seimbang
Proses pencernaan saat musim dingin menjadi lambat, makanlah seperlunya dan ketika lapar. Makan ketika kita tidak merasa lapar dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan terkadang penyakit kuning.

Sayuran seperti labu, rempah-rempah pahit seperti kunyit yang kaya akan antioksidan dan khasiat lainnya yang bisa membantu mencegah infeksi. Juga makanlah buah-buahan seperti ceri, pisang, apel, delima, plum, kelengkeng, pir, dan sayuran seperti wortel, lobak dan kelabat sebagai bagian dari makanan reguler Kita.

Rempah rempah seperti lada, asafotida, kunyit, dan ketumbar bisa meningkatkan kekebalan tubuh dan secara bersamaan membantu proses pencernaan.

Pastikan kita mencuci semua buah-buahan dan sayuran sebelum memakannya, terutama sayuran berdaun. Kukus sayuran berdaun dan kembang kol untuk membunuh semua kuman.

Mengonsumsi makanan yang baru dimasak sangat direkomendasikan.
Sop dan semur juga baik untuk dimakan karena mudah dicerna tubuh dan bergizi, tapi berisi.
Makanlah makanan yang dimasak sebagai ganti sayuran yang tidak dimasak dan salad, kalau itu makanan organik.

Menjauhi sumber penyakit
Mengusir nyamuk saat musim hujan adalah hal yang sangat penting untuk menghindari penyakit malaria.

Air yang tenang adalah tempat bertelur bagi nyamuk.
Membuang air dari pot bunga dan pendingin yang tidak berguna adalah cara pertama mengendalikan pertumbuhan nyamuk.

Selanjutnya, gunakanlah krim dan raket antinyamuk, yang tersedia di pasar untuk melindungi Kita dari gigitan nyamuk. Kita juga bisa menggunakan kamper atau cengkeh dari dapur Kita untuk menjauhkan Kita dari serangga seperti lalat dan rayap saat musim hujan.

Jangan beli makanan di luar
Makan di luar, terutama di pinggir jalan harus dihindari.
Snack seperti sandwich, gorengan, jus, adalah makanan yang sangat menggoda musim hujan, makanan-makanan itu mungkin mengandung bakteri yang menyebabkan gangguan pencernaan.
Membeli buah-buahan di pinggir jalan adalah penyebab utama keracunan makanan dan harus dihindari.

Hindari genangan air
Ketika kaki Kita basah karena genangan air, segera bersihkan dan keringkan dengan handuk.

Kelembapan bisa menyebabkan infeksi jamur.Kalau kita menderita diabetes, Kita harus merawat kaki Kita secara khusus. Jaga agar sepatu, kaos kaki, dan jas hujan tetap bersih kering sepanjang waktu.

Berolahraga dan istirahat saat musim hujan
Gerimis saat pagi dan malam mungkin mengganggu latihan rutin.
Namun itu bisa diganti dengan latihan di rumah. Kita bisa melakukan beberapa olahraga sederhana seperti sit-up, membungkukkan badan untuk meregangkan otot.
Yoga adalah olahraga lain yang bisa dilakukan di dalam ruangan dan bisa membantu mengurangi masalah pernapasan saat musim hujan.

Dan jika kita sedang tidak berminat melakukan olahraga, cobalah dengan aktifitas lainnya seperti membersihkan lemari atau membersihkan dapur. Namun, hindari kegiatan fisik yang berlebihan.
Jangan memakai sepatu yang basah karena akan menyebabakan infeksi. Belilah sepatu yang lain, agar Kita memiliki alternatif sepatu lain. Jangan berjalan telanjang kaki

(ben/net)

CERNAK, 25 November 2012


Gara - Gara Nama
 
 
Ina sedang menyiram bunga di pekarangan samping rumah. Matanya terus mengamati bunga-bunga yang bermekaran. Ia terkejut ketika namanya dipanggil-panggil dari seberang pagar yang membatasi pekarangan rumah sebelah.
"Ina ... Ina ke sini!" suara itu terdengar lagi. Jelas itu suara anak lelaki. Tetapi, Ina tidak mengenali suara itu. Ia tahu ada tetangga yang baru pindah ke rumah itu dua hari lalu.
Ina naik ke atas batu yang menempel di bawah pagar. Kepalanya menyembul melihat ke pekarangan tetangganya. Seorang anak laki-laki sebayanya tengah asyik bercanda dengan seekor anak anjing.
"Ayo Ina, lompat!" anak laki-laki itu menyeru lagi.
Muka Ina langsung pucat. Ia baru sadar kalau nama yang disebut-sebut anak itu bukan ditujukan kepadanya, melainkan kepada anak anjing berbulu putih hitam itu.
"Hey!" panggil Ina agak keras. Anak lelaki itu langsung menatap ke arah Ina. Ia sudah mengetahui keberadaan Ina sejak tadi. "Aku sarankan padamu, sebaiknya nama anjing itu kamu ganti."
Anak lelaki itu mengerutkan dahinya. "Mengapa harus kuganti? Nama itu kan, kedengarannya lucu," sahutnya.
"Tetapi kan, kamu tidak tahu kalau nama itu sama dengan namaku. Bagaimana kalau sampai teman-temanku mengetahuinya?"
"Itu urusanmu."
Muka Ina berlipat kesal. Rupanya anak ini harus dibujuk, pikirnya. "Hey, memangnya kenapa sih, kamu keberatan mengganti nama anjing itu? Kan, lebih bagus kalau kamu ganti dengan Snowi, Tintin, atau Skipi," suara Ina agak merayu.
"Tidak bisa. Anjing ini kenang-kenangan dari sahabatku sebelum pindah ke sini. Ia yang memberi nama itu. Kalau ia sampai tahu, aku mengganti nama yang ia berikan, nanti aku dianggap tidak bisa menghargai kenang-kenangan darinya," jelas anak laki-laki itu.
Mulut Ina terkatup rapat. Kasusnya jadi semakin buntu.
"Bobi ... Bobi! Sudah sore kamu belum mandi juga. Nanti Mama pulang baru tahu rasa!" suara teriakan terdengar bersamaan dengan keluarnya anak perempuan yang umurnya dua tahun di atas Ina.
Anak lelaki bernama Bobi itu bergegas meninggalkan pekarangan sambil berteriak, "Ina, ayo kita mandi dulu!"
Ina cuma bisa mendengus kesal. Kekesalannya terus berlanjut ketika ia di sekolah esok paginya. Tentu hal ini mengundang tanya teman-temannya. Selama ini, Ina dikenal paling ceria.
"Kamu tidak dikasih uang jajan sama mamamu, ya?" tanya Idong di waktu istirahat. Tetapi, Ina cuma menggeleng.
"Terus kenapa?" tanya Wini.
"Aku mau cerita, tetapi kalian harus janji tidak menertawakannya," Ina memberikan syarat.
Idong, Wini, dan Herman mengangguk. Setelah menarik napas sebentar, Ina menceritakan semua yang dialaminya kemarin sore. Dan secara bersamaan, semua terbahak-bahak setelah Ina menghabiskan ceritanya.
"Kalian kok malah ketawa, bukannya membantu aku menyelesaikan masalah ini," protes Ina.
Serentak Idong dan Wini terdiam, lalu mata mereka menatap ke arah Herman. Ia memang dikenal banyak akal. Dari masalah pertengkaran sampai pencurian di kelas pernah diselesaikannya.
"Aku ada akal untuk menyelesaikan kasus ini. Ina, kamu tahu nama tetangga barumu itu?"
"Bobi. Aku mendengar kakaknya menyebut namanya demikian kemarin."
"Bagus. Lantas, di antara kalian ada yang punya hewan peliharaan di rumah?"
"Aku punya kucing," jawab Idong.
"Aku punya kelinci," timpal Wini.
"Ah, itu kurang seru. Begini saja. Pamanku punya seekor monyet. Kamu tidak takut dengan monyet kan, Ina?"
"Monyet? Untuk apa?"
"Kalau tidak takut, kita lihat saja hasilnya nanti sore."
Sekitar pukul empat sore, Bobi tengah duduk di pekarangan rumahnya sambil memperhatikan anjing kecil di dekatnya. Ia merasa bosan tinggal di rumah. Kalau saja ia pindah ke sekolah seperti anak-anak di kompleks ini, tentu ia mudah mendapatkan teman.
"Bobi! Ayo, makan pisangnya!"
Suara itu terdengar jelas di telinga Bobi. Datangnya dari seberang pagar rumah. Ia beranjak melihat ke seberang pagar, penasaran. Dilihatnya, Ina tengah memberi sebuah pisang ke arah monyet kecil. Mata Bobi langsung membesar seketika.
"Hey, rupanya kamu dendam sama aku. Kamu pasti sengaja memberi nama monyet itu seperti namaku."
Ina memandang ke arah Bobi. "Bagaimana aku tahu kalau nama monyet ini sama dengan namamu? Sebagai orang baru di sini, kamu kan, tidak pernah memperkenalkan diri."
Bobi merasa diserang.
"Lagian, kalau monyet ini tidak dipanggil Bobi, tidak pernah mau makan. Kasihan kan, kalau dia sampai kurus kering karena namanya kuganti."
Bobi menyerah kalah. "Baiklah, tolong ganti nama monyet itu. Kalau kamu mengusahakannya sedikit-dikit, pasti monyet itu mau mengerti. Dan aku janji mengganti nama anjingku."
"Lho, nanti sahabat lamamu itu marah."
"Ah, sebenarnya aku kemarin mengada-ada saja. Anjing itu pemberian pamanku. Nama sebenarnya Skuli. Aku cuma iseng saja mencari cara agar bisa berkenalan dengan kamu. Kebetulan, aku sering mendengar namamu disebut-sebut. Tetapi untuk berkenalan langsung denganmu, aku tidak berani."
Ina manggut-manggut. Ia dapat memahami apa yang diucapkan Bobi. "Kalau begitu, melompatlah kemari. Kebetulan, teman-temanku juga ada di sini. Nah, itu Idong, Wini, dan Herman," ucap Ina ketika teman-temannya muncul dari persembunyian di balik tembok.
Bobi terkejut, tidak menduga ada orang lain di antara mereka berdua. Dalam beberapa menit saja, Bobi sudah bermain akrab dengan mereka. Pertengkarannya dengan Ina tidak pernah diingatnya lagi.

Friday, November 16, 2012

ARENA KKPK, 18 November 2012

Geng  Penyihir

Judul: Scopeto Elasre
Penulis: Nada
124 halaman


Kadang-kadang kalau membaca KKPK, aku menemukan cerita yang aneh dan ajaib. Salah satunya adalah KKPK kali ini yang berjudul Scopeto Elasre. Judulnya saja sudah aneh.

Mati… kemudian hidup lagi dan tetap bersahabat. Wow… menakjubkan! Itu yang terjadi pada Geng Scopeto Elasre, murid-murid sekolah sihir Wents Capety dari Planet Hoshida. Mereka mati dan terlahir kembali sebagai manusia biasa di Planet Bumi. Lewat The Adventure Door, mereka bertualang ke dalam laut sebagai manusia duyung dan menemukan “orangtua kedua” mereka di sana.

Seru banget, deh, petualangan mereka. Tapi… seru enggal, ya, kalau dikejar-kejar sekawanan ikan hiu?

Kalau kalian suka cerita yang aneh dan ajaib alias fantasi, kalian harus baca KKPK yang satu ini. Kalau tidak, ya coba dibaca dulu ya. Kalau buat aku sih oke-oke saja.

Geus Rama Syarif, SD Az Zahra, Palembang