Hilangnya
Koki Istana
Sudah waktunya dapur
istana menyiapkan makan siang. Namun, sang kepala koki istana, Pak Kiko,
belum juga datang. Para pembantu Pak Kiko segera melaporkan hal tersebut pada
Patih Garda.
“Kalian sudah lama
bekerja dengan Pak Kiko. Pasti kalian tahu masakan yang biasa disajikan untuk
keluarga istana. Tak perlu menunggu Pak Kiko. Masaklah segera!” Patih Garda
malah membentak.
Tujuh koki pembantu Pak
Kiko segera memasak. Hidangan itu lalu disajikan di meja makan.
“Aku tidak melihat Pak
Kiko menyapa kami siang ini. Kemana Pak Kiko?” tanya Pangeran Sulung kepada
pelayan.
“Pak Kiko belum juga
datang ke istana. Kami tidak tahu apa yang terjadi dengannya,” jawab si
pelayan.
“Jadi, semua makanan
kali ini bukan masakan Pak Kiko?” tanya Putri Bungsu.
“Ayolah, kalian semua makan saja,” bujuk Raja Sagalaya.
Namun, baru beberapa
suap makanan, tiba-tiba Pangeran Sulung meletakkan sendok dan garpunya. Begitu
juga Putri Bungsu. Ada yang kurang dari hidangan itu.
Mengetahui ada yang tidak
beres, Patih Garda memanggil ketujuh koki pembantu. Semua langsung gemetar
ketakutan.
“Ampuni kami, Patih. Kami sudah memasak hidangan tersebut
seperti biasa kami lakukan bersama Pak Kiko. Tidak ada bumbu yang kami kurangi
atau tambahkan,” kata salah seorang koki.
“Mungkin saja tanpa
sepengetahuan kami, Pak Kiko punya bumbu rahasia,” kata pelayan yang lain.
Tiba-tiba, seorang
pengawal istana melapor pada Patih Garda. Ia membawa segulung surat yang
ditemukannya di pintu gerbang istana. Segera Patih Garda membaca isi surat itu.
“Baginda Raja yang Mulia, koki istana telah kami culik. Jika ingin dikembalikan dengan selamat, serahkan dulu seratus karung emas pada kami. Kami tunggu tebusan itu di hutan perbatasan sebelah selatan sore ini. Dari kami, Gerombolan Macan Hitam.”
“Baginda Raja yang Mulia, koki istana telah kami culik. Jika ingin dikembalikan dengan selamat, serahkan dulu seratus karung emas pada kami. Kami tunggu tebusan itu di hutan perbatasan sebelah selatan sore ini. Dari kami, Gerombolan Macan Hitam.”
Raja
Sagalaya terkejut mendapat laporan dari Patih Garda. Tebusan yang mereka minta
sangat banyak. Namun, Raja Sagalaya tak punya pilihan lain. Raja sekeluarga
sangat menyayangi Pak Kiko.
“Baginda,
izinkan hamba yang mengatur semuanya,” pinta Patih Garda.
“Baiklah,
kuserahkan tugas ini padamu,” titah Raja Sagalaya.
Bergegas
Patih Garda membawa sepasukan prajurit berkuda, juga seratus karung berisi
keping emas yang diangkut dalam beberapa gerobak. Rombongan itu lalu bergerak
menuju hutan di sebelah kerajaan.
Di tengah
perjalanan, tiba-tiba sebuah anak panah melesat dan menancap di salah satu
karung pada gerobak paling depan. Sepucuk surat terikat di pangkalnya.
“Patih Garda yang bijaksana, suruhlah prajuritmu berhenti
sampai di sini. Biarkan Patih sendiri yang membawa gerobak-gerobak itu. Dari
kami, Gerombolan Beruang Hitam.”
Patih Garda
menuruti permintaan itu. Ia meneruskan perjalanan dengan tenang seorang diri.
Hingga di perbatasan, ia bertemu dengan puluhan lelaki bertampang seram.
“Hahaha …,
kami bangga kerajaan ini mau mengeluarkan seratus karung emas hanya untuk
ditukar dengan seorang koki,” teriak si Brewok, kepala gerombolan penjahat.
“Jangan
terlalu lama. Serahkan segera koki kami!” seru Patih Garda.
Seorang
penjahat segera menarik Kiko yang terikat tangannya ke hadapan Patih Damar.
Namun sebelum menyerahkan Pak Kiko, mereka membuka ikatan karung dalam gerobak
yang ada di bagian depan. Setelah yakin karung itu berisi kepingan emas, Pak
Kiko diserahkan kepada Patih Garda.
Namun,
ketika Patih Garda mendapatkan Pak Kiko, ia tiba-tiba berteriak, “Serang!”
Aha!
Rupanya, hanya sepuluh karung di gerobak depan saja yang berisi kepingan emas.
Sembilan puluh karung lainnya berisi prajurit istana yang gagah perkasa. Mereka
langsung menyerbu dan menangkap gerombolan penjahat itu.
Perjalanan
pulang, Patih Garda dan Pak Kiko duduk bersisian di kereta perang.
“Kalau boleh
tahu, apakah Pak Kiko punya bumbu rahasia saat memasak? Tadi siang, semua
pembantu Pak Kiko tak ada yang bisa memasak selezat Pak Kiko,” tanya Patih
Garda.
“Ada,
namanya bumbu cinta. Aku selalu menanamkan rasa cinta pada pekerjaanku. Aku
juga menanamkan rasa cinta pada keluarga kerajaan,” jawab Pak Kiko.
Patih Rangga
manggut-manggut. Rupanya, bumbu rahasia Pak Kiko sangat sederhana, yakni
memasak dengan penuh cinta.
******
No comments:
Post a Comment