Friday, August 27, 2010

Cernak, 29 Agustus 2010


Keajiaban Doa

Selepas waktu dhuha, Princess Jihan bermain ditemani dua dayang istimewanya di taman istana. Tapi dia merasa aneh dengan sikap salah satu dayangnya.

“Dayang Melati, mengapa kamu kelihatan bersedih hari ini?” tanya Princess Jihan. “Sejak tadi Dayang Mawar menggodamu, tapi mukamu selalu cemberut.”

“Oh, maafkan jika sikap saya tidak menyenangkan, Princess Jihan. Saya memang sedang bersedih karena nenek yang saya cintai sedang sakit,” jelas Dayang Melati yang berpakaian serbaputih.

“Apakah sudah dibawa ke tabib?” tanya Princess Jihan lagi.

“Sudah. Tapi kesehatannya belum juga membaik,” jawab Dayang Melati. “Mungkin ayah saya akan membawanya ke tabib lain yang lebih hebat, agar cepat sembuh.”

“Bukankah tabib yang lebih hebat berarti kita harus membayar lebih mahal? Lagipula, biasanya tabib hebat itu penuh dengan orang yang berobat sehingga kita harus menunggu lama. Bahkan kita harus membuat janji dulu,” sela Dayang Mawar yang berpakaian serbamerah.

“Biar nanti kuminta salah satu tabib istana mengobati nenekmu. Sekarang, lebih baik kita berdoa agar Allah menyembuhkan nenek Dayang Melati dari penyakitnya,” ajak Princess Hamesha.

Ketiganya kemudian menengadahkan tangan mereka dan berdoa untuk nenek Dayang Melati. Selesai berdoa, hati Dayang Melati sedikit lega. Dia bisa kembali tersenyum seperti sedia kala.

Tes ... tes ... tes!

“Wah, hujan. Mari kita kembali ke istana!” ajak Dayang Mawar.

Mereka bertiga setengah berlari segera masuk ke istana. Kerajaan Istiqlal. Begitu mereka menginjak lantai marmer istana, hujan turun dengan deras. Bukan hanya hujan, tapi juga angin kencang.

Melihat cuaca buruk itu, giliran Dayang Mawar yang wajahnya berubah.

“Aduh, saya cemas jika cuaca seperti ini. Rumah kakek saya berada tak jauh dari sungai yang kadang meluap jika hujan lebat. Tahun lalu saja rumah kakek saya hampir terendam banjir,” ucap Dayang Mawar.

“Oh, mudah-mudahan kakekmu baik-baik saja, Dayang Mawar. Bagaimana kalau kita berdoa untuk keselamatan kakekmu,” ajak Princess Jihan.

“Apakah Allah tidak akan bosan mendengar doa kita? Tadia kita kan baru berdoa untuk nenek Dayang Melati,” tanya dayang Mawar.

“Kata ayahku, Allah itu Mahapengasih dan Mahapenyayang. Allah tidak akan pernah bosan mendengar doa kita,” jawab Princess Jihan. “Yuk kita berdoa saja!”

Mereka bertiga kemudian memanjatkan doa demi keselamatan kakek dayang Mawar. Namun hati Dayang Mawar tak langsung lega begitu saja. Dia masih mencemaskan keadaan kakeknya.
Princes Jihan kemudian mendatangi ruang kepala tabib istana. Dia meminta bantuan agar kerajaan mengutus salah seorang tabib terbaiknya mengobati nenek Dayang Melati. Permintaan Princess Jihan langsung dipenuhi sendiri oleh Tabib Sina sebagai kepala tabib istana.

Sementara hujan di luar masih turun deras, Raja Haedar menyampaikan kabar kepada Princess Jihan tentang rencana kedatangan Sultan siang ini. Sultan adalah adik sepupupu Princess Jihan. Usianya sedikit lebih muda.

Dua dayang setia Princess Jihan langsung garuk-garuk kepala mendengar rencana itu. Kedatangan Sultan di istana kerajaan sama dengan mimpi buruk.

“Wah, sebentar lagi angin taufan akan mengacaukan istana,” bisik Dayang Mawar.

“Mudah-mudahan Princess Jihan tidak kalang kabut atas ulah Sultan,” harap Dayang Melati.
Saat zuhur tiba hujan pun reda. Tamu yang direncanakan datang setelah acara makan siang.

“Sebenarnya aku nggak mau ke sini. Sungguh, di sini tidak lebih baik dari istanaku,” teriakan itu terdengar dari pintu masuk istana hingga ke dalam. Tidak heran jika Sultan sering dijuluki angin taufan karena suara ributnya bsai terdengar dari kejauhan.

Sultan tinggal bersama orangtuanya di sebuah istana di sebelah barat kerajaan. Tentu saja istananya tidak seperti istana kerajaan yang luas. Di saat orangtuanya hendak bepergian, Sultan sering dititipkan di istana kerajaan.

“Assalamualaikum, Sultan. Apa kabarmu?” tanya Princes Jihan ketika bertemu dengannya.

“Huh! Buat apa tanya-tanya kabarku? Lihat saja sendiri. Aku sedang kurang bahagia,” jawab Sultan sambil mengangkat dagunya.

“Mengapa kurang bahagia?” tanya Princess Jihan.

“Karena orangtuaku menitipkan aku ke sini. Padahal aku ingin tinggal di istanaku sendiri. Di istana ini, walaupun lebih besar, aturannya lebih banyak,” kata Sultan lagi.

“Aku berjanji tidak akan mengaturmu,” kata Princess Jihan. “Silakan, lakukan apa saja sesukamu, Asal ...”

“Tuh kan masih pakai asal. Artinya belum benar-benar bebas,” keluh Sultan. Dia langsung berjalan menuju ruang belakang istana. Beberapa pelayan perempuan sedang sibuk mencuci piring yang baru saja dipakai makan siang.

“Kalian sedang sibuk ya? Berhenti dulu semuanya! Aku ingin mengenalkan dua teman baruku, Kodi dan Komal,” teriak Sultan sambil merogoh dua sakunya. Ia kemudian mengeluarkan katak rawa yang besar dan melemparkannya ke arah para pelayan itu.

“Aaaargh!” sebagian pelayan berteriak ketakutan melihat katak berkulit bopeng itu.

“Hahahaha!” Sultan tertawa puas melihat rencananya berhasil dijalankan. Dia kemudian berjalan menuju ke dapur istana.

Para koki istana sedang sibuk membuat adonan roti dan kue dari tepung gandum. Melihat banyak adonan tepung, Sultan langsung mengambilnya dan melemparkan tinggi-tinggi. Plok! Adonan itu kemudian menimpa kepala seorang koki.

“Hahahahaha!” lagi-lagi Sultan tertawa nyaring. Dia mengulangi hal dilakukannya tadi berkali-kali hingga hampir semua kepala koki di dapur kotor oleh adonan yang dilempar Sultan.
Puas tertawa di dapur, Sultan mendatangi ruang perpustakaan istana. Dia kemudian mengacak-acak buku-buku yang tersusun rapi di rak. Tentu saja hal ini membuat para petugas perpusatakaan kalang kabut merapikannya kembali.

Salah seorang petugas perpustakaan yang berkacamata tebal malah sampai tersandung buku yang berserakan. Kacamatanya sampai terjatuh hingga ia meraba-raba lantai untuk mencarinya.

“Hahahahaha!” Sultan kembai tertawa puas.

Princess Jihan berusaha menenangkan para pekerja istana agar tidak marah karena ulah Sultan.

“Tolong maafkan Sultan. Dan tolong doakan agar Allah segera menyadarkan Sultan dari perbuatannya,” begitu pinta Princess Jihan kepada semua orang yang tertimpa masalah karena ulah Sultan.

Sultan kemudian berjalan menuju kolam ikan istana. Dia duduk di pinggir kolam yang terbuat dari batu pualam. Kedua kakinya diceburkan ke kolam dan menggerak-gerakannya dengan cepat sehingga ikan-ikan pada ketakutan.

“Sultan, hati-hati duduk di sana. Nanti malah kamu yang kecebur ke kolam,” kata Princess Jihan.

“Ah, mana bisa aku kecebur. Ayo ke sini duduk denganku. Mengasyikan memainkan kaki di kolam seperti ini,” ajak sultan sambil terus menggerak-gerakkan kakinya.

Princess Jihan mendekati Sultan. Dia kemudian duduk di samping Sultan. Tapi Sultan tiba-tiba berdiri. Lalu Suyltan mendorong Princess Jihan ke kolam hingga kecebur.

Byuuur! Untung saja kolam ikan itu tidak terlalu dalam.

“Hahahahahaha!” Sultan langsung tertawa terbahak-bahak sambil guling-gulingan. Ia merasa ulahnya tadi adalah hal paling lucu yang dilakukannya sepanjang hari ini.

Dayang Melati dan Dayang Mawar segera menolong Princess Jihan naik. Tak sedikit pun tampak amarah di wajah Princess Jihan atas ulah Sultan. Justru dua dayangnya yang tampak kesal.

“Hahaha .... ha .... ha ...,” suara Sultan berubah. Bunyi yang terdengar bukan lagi suara tawa senang tapi suara takut dan kesakitan.

Princess Jihan segera menghampirinya. “Kenapa, Sultan?” tanyanya.

“Ha-hah-hah-ha,” kata Sultan dengan mulut yang terus menganga.

“Wah, jangan-jangan ada yang salah dengan rahang Sultan,” kata Dayang Melati.

“Pasti karena tertawa terlalu lebar jadinya malah tidak bisa menutup mulutnya,” tambah Dayang Mawar.

“Ha-hah-hah,” kata Sultan lagi sambil mengangguk. Dia kelihatan panik dengan keadaan yang menimpanya.

Bagaimana nanti dia bisa makan dengan mulut seperti itu? Ya, makanan bisa saja masuk ke mulutnya. Tapi bagaiamana cara mengunyahnya? Bagaimana jika ada lalat yang masuk ke mulutnya karena tidak bisa mengatup? Iya, kalau lalat. Bagimana kalau yang amsuk itu kecoa.

Hiiiiy!

“Ayo kita periksa ke tabib istana,” ajak Princess Jihan iba.

Mereka pun berjalan ke ruang tabib. Beberapa pekerja istana yang melihat keadaan Sultan juga merasa kasihan.

Untungnya Tabib Sina sudah kembali setelah mengobati nenek Dayang Melati. Seebelum mengobati Sultan, dia menyampaikan kabar gembira kepada Dayang melati.

“Aku tadi sudah memeriksa nenek Dayang Melati. Kesehatannya sudah membaik sebelum aku obati. Rupanya tabib yang menanganinya sudah memberikan ramuan obat yang mujarab. Jadi aku tidak perlu turun tangan ikut mengobatinya,” kata Tabib Sina.

“Oh, alhamdulillah,” Dayang melati tampak senang. Dia mengucapkan terima kasih kepada Princess Jihan dan Dayang Mawar yang tadi ikut emndoakan kesehatan neneknya.

Selanjutnya Tabib Sina memeriksa keadaan Sultan. Ternyata dugaan Dayang Melati tadi benar. Ada masalah dengan rahang Sultan akibat tertawa terlalu lebar. Apalagi tadi sampai berguling-guling.

“Aku akan berusaha mengembalikan keadaan Sultan, tapi ada syaratnya,” kata Tabib Sina yang sebelumnya sudah mendengar laporan ulah Sultan yang menjengkelkan selama ini.

“Hah-hah-hah!” kata Sultan sambil manggut-manggut tanda menyetujui.

“Jika sembuh, Sultan harus meminta maaf kepada semua orang yang sudah Sultan perlakukan tidak baik,” pinta Tabib Sina.

“Hah!” Sultan lagi-lagi mengangguk. Dia sudah tidak sabar agar Tabib Sina segera mengobatinya.

Tabib Sina pun segera memembetulkan letak rahang Sultan dengan memijatnya perlahan-lahan. Setelah itu Tabib Sina menempelkan param ramuan di bagian rahang Sultan agar nyerinya segera hilang.

“Nah, sekarang mulut Sultan sudah kembali seperti semula. Tapi jangan dipakai banyak bercakap terlalu banyak. Apalagi teriak-teriak dan tertawa lebar,” jelas Tabib Sina.

Princess Jihan merasa senang karena saudara sepupunya berhasil diobati.

Sesuai janjinya, Sultan kemudian berkeliling istana menemui orang-orang yang tadi sudah dibuatnya kesal. Semua yang ditemui mau memaafkan Sultan, bahkan kembali mendoakan agar Sultan senantiasa sehat.

“Oh senangnya didoakan banyak orang agar aku sehat,” kata Sultan sambil tersenyum.
Selepas makan malam Sultan dijemput orangtuanya kembali ke istananya. “Aku berjanji jika datang lagi ke istana kerajaan, tidak akan lagi menjadi sepupu yang menyebalkan,” ucapnya kepada Princess Jihan.

Princess Jihan senang mendengarnya. Hari ini dia mendengar dua kabar yang menggembirakan. Pertama tentang nenek Dayang Melati, kedua tentang Sultan. Tapi bagaimana dengan kakek Dayang Mawar?

“Alhamdulillah, kerajaan telah memindahkan rumah-rumah penduduk sekitar sungai ke daerah yang lebih aman. Jadi, jika sungai meluap pun kakek saya tetap selamat dari bahaya banjir,” ucap Dayang Mawar menyampaikan kabar gembira.

Princess Jihan semakin bersyukur karena doa-doanya hari ini dikabulkan. Dia pun semakin percaya bahwa Allah akan selalu menyayanginya. Amin!

^-^

Hore, 29 Agustus 2010

Benda Penting di Ruang Dokter

Kalian ingin menjadi dokter? Bagaimana kalau kita kenalan dulu dengan benda-benda penting yang biasanya kita llihat di ruang dokter umum?

Karena Malu

Stetoskop berasal dari bahasa Yunani, stethos artinya dada dan skopeein artinya memeriksa. Setetoskop adalah sebuah alat medis untuk memeriksa suara dalam tubuh. Dia banyak digunakan untuk mendengar suara jantung dan pernapasan.

Stetoskop ditemukan di Perancis pada 1816 oleh René-Théophile-Hyacinthe Laennec. Dia terdiri dari tabung kayu kosong. Konon dia menciptakan stetoskop sehingga ia tidak perlu menaruh telinganya dada wanita Perancis. Alat ini juga bisa untuk menghindari rasa malu pasien.

Stetoskop digunakan sebagai alat untuk mendiagnosa penyakit tertentu. Stetoskop dapat menyalurkan suara tertentu dan menghilangkan suara yang lain. Sebelum stetoskop ditemukan, doktor meletakkan telinganya ke dekat badan pasien dengan harapan untuk mendengarkan sesuatu.

Stetoskop seringkali dianggap sebagai simbol pekerjaan dokter, karena dokter sering dilihat atau digambarkan dengan sebuah stetoskop yang tergantung di sekitar lehernya. Stetoskop juga digunakan oleh mekanik untuk mengisolasi suara tertentu dari mesin untuk diagnosa.

Jarum Suntik

Alat suntik adalah pompa piston sederhana untuk menyuntikkan atau menghisap cairan atau gas. Alat suntik terdiri dari tabung dengan piston di dalamnya yang keluar dari ujung belakang.

Adapun ujung depannya dapat dilengkapi dengan jarum hipodermik atau selang untuk membantu mengarahkan aliran ke dalam atau keluar tabung. Alat suntik beserta jarum suntik umumnya dijual dalam satu paket.

Jarum suntik adalah jarum yang secara umum digunakan dengan alat suntik untuk menyuntikkan suatu zat ke dalam tubuh. Jarum ini juga dapat digunakan untuk mengambil sampel zat cair dari tubuh, contohnya mengambil darah dari urat darah halus pada venipuntur.
Jarum suntik digunakan untuk memasukkan obat, atau ketika zat yang disuntikkan tidak bisa ditelan, maupun karena tidak akan diserap (seperti insulin), atau karena akan melukai hati. Terdapat banyak rute penyuntikan yang ada.


Diperkirakan 10% dari populasi orang dewasa memiliki phobia terhadap jarum (Trypanophobia), dan lebih umum pada anak-anak. Bagi penderita trypanophobia bila berhadapan dengan jarum suntik akan menjadi suatu mimpi buruk. apalagi bila sudah membayangkan masuknya jarum ke dalam tubuh.

Kemungkinan besar jarum suntik yang menakutkan akan menjadi masa lalu bila memakai penemuan yang dilakukan oleh Institut Teknologi Kharagpur ( Institute of Technology Kharagpur) dan Universitas Tokai, Jepang ( Tokai University). Mereka telah mengembangkan sebuah jarum suntik yang disebut jarum suntik mikro ( microneedles) yang menjamin bahwa sama sekali tidak ada rasa sakit bagi siapaun bila disuntik dengan menggunkan jarum mickro yang satu ini.

Disain jarum ini sendiri diinspirasi oleh sengat yang ada di seekor nyamuk betina. Tahu kan, kebanyakan dari kita, tidak pernah merasakan apapun bila digigit nyamuk dan inilah yang menjadi inspirasi dari jarum mikro tersebut.

Termometer

Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti bahang dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa.

Termometer merkuri (air raksa) terbungkus kaca untuk mengukur suhu tubuh. Termometer raksa dapat merekam temperatur dari mulut, ketiak atau dubur. Tapi tak lagi dianjurkan karena dapat merusak dan merkuri bisa terhirup. Jika memiliki sebuah termometer merkuri, pertimbangkan untuk menggantinya

Termometer yang sering dipakai juga adalah termometerdigital biasa, menggunakan sensor elektronik untuk merekam panas suhu tubuh. Suhu dapat diukur pada dubur, mulut, atau ketiak. Cara yang paling akurat untuk mengukur suhu anak adalah dengan menggunakan termometer digital dubur atau oral. Suhu rektal (dubur) memperlihatkan suhu yang terbaik untuk bayi. Sedangkan untuk anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa, biasanya suhu mulut Pengukuran melalui ketiak kurang akurat dibanding dubur dan mulut.

Kebanyakan termometer digital dapat merekam temperatur dari mulut, ketiak, atau dubur - sering dalam satu menit atau kurang. Sebuah termometer digital yang tepat untuk bayi baru lahir, bayi, anak-anak dan orang dewasa.

Plester

Plester ialah perban kecil yang digunakan pada luka yang tidak begitu serius untuk diberi perban besar. Plester ditemukan oleh Earle Dickson pada tahun 1920.

Plester berguna melindungi luka dari terbentur, rusak, atau kotor. Plester biasanya ditutupi oleh tenunan, plastik, atau karet lateks yang memiliki kemampuan rekat. Meskipun terdapat banyak vatiasi plester dengan fungsi perlindungan, terdapat pula jenis yang khusus untuk kesempatan tertentu, seperti untuk kedokteran olahraga, pemegang makanan, dan rehabilitasi.

Nah, sekarang kalin sebuatkan peralatan kedokteran lainnya yang kamu ketahui!

(ben)

Friday, August 20, 2010

Cernak, 22 Agustus 2010


Sahur … Sahuuur!

Oleh Benny Rhamdani


“Aga, jam berapa nanti kamu bangun?” tanya Haris sepulang sholat taraweh hari pertama.

“Terserah ibuku yang membangunkan,” jawab Aga.

Haris tertawa. “Bagaimana sih? Masa nunggu dibangunkan ibumu. Mestinya kamu bangun lebih awal, lalu nanti kita ikut pawai bedug keliling kampung membangunkan yang sahur,” kata Haris.

“Itu bukannya hanya dilakukan orang dewasa?” tanya Aga.

“Kata siapa? Kita juga boleh ikutan kok. Asyik lho. Kita bisa membantu membangunkan orang lain untuk sahur. Tahun lalu aku sudah ikutan. Sekarang jua mau ikutan. Kamu mau?” ajak Haris.

“Ya, kalau kamu ikut aku ikutan ya.”

“Jangan molor ya. Pukul dua aku tunggu di depan rumahmu,” kata Haris.

Mereka berpisah di pertigaan jalan karena berbeda arah. Setiba di rumah Aga langsung mengutarakan keinginannya ikutan pawai sahur kepada Ayah. Tentu saja Ayah tidak keberatan.

“Ayah juga pengin ikutan. Tapi Ayah ada acara pagi harinya. Ayah harus cukup tidur. Mungkin Mingu depan Ayah baru ikut.,” ucap Ayah.

Aga mengangguk. Dia juga tidak menghendaki ayahnya ikutan. Hm, sebab kalau ada Ayah pasti selalu banyak larangan. Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Maksudnya sih baik. Tapi Aga merasa jadi tidak bebas.

Atas saran Ibu, Aga tidur pukul sembilan. Aga berharap semoga dia tidak terlambat bangun. Malu sama Haris nanti. Dan, mungkin karena terlalu cemas, pukul satu dini hari Aga sudah terbangun. Lebih cepat satu jam yang dari yang diinginkan. Tapi untuk kembali tidur, Aga tidak berani.

Nanti malah terlambat bangunnya, pikir Aga. Akhirnya Aga berusaha terjaga. Dia mencuci muka dan menunggu datangnya pukul dua dengan membaca komik. Tepat pukul dua, Aga pergi ke luar rumah. Haris belum datang, tapi tak lama kemudian Haris muncul bersama beberapa teman.

“Ayo, kita ke mesjid mengambil bedugnya!” ajak Haris.

Aga mengikuti rombongan menuju mesjid. Sudah ada beberapa orang dewasa yang menyiapkan perlatan pawai sahur. Tak lama kemudian, mereka pun berkelililing perumahan.

“Sahuuuur … sahuuuur!” teriak Aga bersama yang lain berirama.

Mereka juga memukul beduk dan apapun yang berbunyi. Diharapkan dengan bunyi-bunyian tersebut, penduduk yang hendak sahur terjaga. Terutama kaum ibu yang harus bangun lebih dulu, menyiapkan makanan sahur.

Aga menikmati pawai sahur. Apalagi ketika dia diperbolehkan memukul beduk bertalu-talu. Seru sekali.

Setelah berputar-putar, entah pukul berapa rombongan pun berpencar. Mereka harus kembali ke rumah masing-masing. Aga masuk ke rumah. Ayah sudah bangun, Ibu masih memasak. Tapi adiknya, Salsa, masih tertidur pulas.

Aduh, masih ada waktu … masakan belum selesai, pikir Aga. Matanya tiba-tiba terasa berat melihat Salsa tertidur lelap. Aga pun merebahkan tubuhnya di samping Salsa.
Ia ikut tertidur. Bahkan Aga bermimpi. Mau tahu Aga mimpi apa? Dia mimpi naik pesawat terbang, tapi ketika asyik terbang kapalnya terguncang. Aga kemudian terbang melayang di awan, lalu tahu-tahu berada di negeri yang indah.

Entah jam berapa Aga terbangun. Yang jelas Salsa sudah tidak ada di dekatnya. Matahari sudah terang benderang.

“Hah sudah jam delapan pagi?!” teriak Aga kaget.

Lho, aku belum sahur? Kenapa Ibu tidak membangunkan aku? Tanya Aga dalam hati. Buru-buru Aga ke luar kamar dan mendapatkan Ibu yang tengah membaca.

“Ibu … Aga kok tidak diajak sahur?” protes Aga kemudian.

“Oh, Aga sudah bangun. Ibu dan Ayah sudah membangunkanmu. Tapi kamunya malah marah-marah. Jadi Ayah dan Ibu pikir kamu tidak mau sahur,” jelas Ibu.

“Aga kan mau puasa, pasti mau sahur.”

“Ya, kalau mau puasa, silakan saja puasa. Nanti kalau tidak kuat boleh buka jam berapa saja. Kamu masih kelas tiga SD, masih Ayah dan Ibu izinkan puasa setengah hari. Tapi tahun depan kamu harus puasa sehari penuh!”

Uuuuh! Aga mengeluh dalam hati. Padahal ia sudah berniat puasa sehari penuh tahun ini. Dia tidak mau kalah sama Haris. Ini semua gara-gara Aga terbangun terlalu cepat, jadinya malah menganuk saat waktu sahur. Hm, bisa ya, orang yang membangunkan sahur malah tidak sahur!

Ngomong-ngomong, Aga jadi puasa nggak ya?

^_^

Hore, 22 Agustus 2010

Hal-hal Unik Puasa di Mancanegara

Umat Islam tersebar luas ke berbagai penjuru dunia. Karenanya, suasana bulan puasa juga tampak di berbagai negeri. Tentu saja karena letak geografisnya, tradisi pun bereda-beda. Seperti apa saja ya?

Bioskop Sepi


Masih ingat negara penyelenggaran Piala Dunia 2010? Ya, Afrika Selatan! Ramadhan di Afrika Selatan dilalui lebih dari 14 jam lho, dengan temperatur di atas 30 derajat celcius. Wuih, panasnya! Meskipun demikian, umat Muslim di negeri paling selatan benua Afrika itu tidak kehilangan atmosfer bulan penuh rahmat.

Seperti halnya di Indonesia, jika pada hari biasa masjid-masjid kosong, maka pada bulan Ramadhan, orang-orang selalu berdesak-desakan untuk memasuki masjid. Di rumah, perempuan melakukan shalat Tarawih sendiri. Bioskop dan teater sepi karena membaca Alquran menjadi salah satu pusat kegiatan di bulan Ramadhan. Pemakaman juga banyak dikunjungi pada bulan Ramadhan untuk mendoakan keluarga yang telah tiada.

Di Afrika Selatan, hingga kini terdapat sekitar 500 masjid dan 408 lembaga pendidikan Islam. Banyak di antara universitas menawarkan bahasa Arab dan Studi Islam sebagai bagian dari kurikulum akademik mereka. Hal itu menunjukkan bahwa perkembangan Islam cukup pesat di negara itu. Peran Muslim di sana pun tidak bisa dibilang sedikit. Orang-orang Muslim terlibat dalam setiap profesi dan lapangan kerja.

Biasanya, bulan suci Ramadhan dimanfaatkan dengan baik untuk memublikasikan dan menjelaskan agama dan budaya Islam. Terlebih khusus menyampaikan pesan Ramadhan, baik untuk Muslim maupun non-Muslim. Tujuannya, agar non-Muslim mempunyai pemahaman yang benar tentang Islam, tidak hanya sepenggal-sepenggal.

Salah satu cara menyebarkan pesan Ramadhan itu adalah dengan menggunakan media Islam. Stasiun radio swasta menyiarkan shalat Tarawih di hampir setiap provinsi. Di antara radio yang aktif menyiarkan pesan Ramadhan, antara lain Radio Islam di Johannesburg, Radio 786 di Cape Town, dan Radio Al-Anshar di Durban.

Koran Islam juga memainkan peran penting dalam mendidik masyarakat Muslim dan non-Muslim tentang Ramadhan. Surat kabar terkemuka meliputi Al-Qalamn, Tampilan Muslim, Al-Ummah, dan Al-Miftah berperan dalam menyebarluaskan informasi tentang Islam.

Sejak awal Ramadhan, perempuan Afrika Selatan sudah antusias mempersiapkan hidangan lezat untuk makan bersama keluarga pada waktu iftar. Menu makanan, antara lain samosa, pie, kari, dan halim (sejenis kaldu) yang hadir pada hampir setiap meja makan keluarga.

Poster Ucapan

Seperti halnya kaum Muslim di seluruh dunia, lebih dari lima juta Muslim di negara Tajikistani merayakan bulan Ramadhan. Kebiasaan yang berhubungan dengan tradisi, budaya, dan nilai keagamaan berintegrasi selama bulan suci.
Jumlah populasi Tajikistan sekitar enam juta jiwa, 90 persen di antaranya adalah Muslim.
Muslim di Tajikistan disebut-sebut sebagai Muslim paling taat dalam menjalankan kewajiban beragama di antara negara di Asia Tengah.

Ada sekitar 300 masjid di penjuru Tajikistan. Keberadaan masjid-masjid itu memainkan peran penting dalam budaya dan kehidupan Muslim di sepanjang tahun. Khususnya selama bulan Ramadhan. Oleh karena itu, banyak masjid baru yang diresmikan saat Ramadhan. Kebiasaan menyambut Ramadhan di Tajikistan terutama dengan mempercantik, memperluas, memperbaiki, membersihkan,dan mengganti karpet masjid.

Tidak sekadar mengembalikan dan menghias masjid, menurut Syekh Muhammad, Muslim Tajikistan juga menampilkan karya seni Islam dan poster `Happy-Ramadhan' di sekitar masjid. Itu merupakan salah satu tradisi yang paling spektakuler yang dilakukan masyarakat Muslim untuk menujukkan kebesaran kebajikan bulan Ramadhan.

Setiap harinya di bulan Ramadhan, jamaah datang berbondong ke masjid untuk melakukan shalat berjamaah, membaca Alquran, dan mendengarkan ceramah. Mereka menyadari Ramadhan adalah bulan baik untuk banyak beribadah karena pahala yang digandakan.


Imam di masjid-masjid rajin mendistribusikan buklet agama dan menyampaikan khotbah dan doa wajib setelah shalat wajib atau shalat Tarawih. Sebagian besar imam menyampaikan tema yang berasal dari hadis nabi. Tidak seperti umat Islam di negara-negara lain yang melakukan shalat Tarawih sebanyak delapan rakaat, Muslim Tajikistan mengikuti Mazhab Hanafi, yakni melakukan shalat Tarawih sebanyak 20 rakaat.

Kebersamaan dalam satu meja Salah satu kegiatan unik Muslim Tajikistan pada bulan Ramadhan adalah kehadiran orang-orang sekeluarga di satu meja. Meskipun masjid dianggap sebagai tempat pertemuan utama, meja makan juga dinilai menjadi tempat yang penting untuk membangun kebersamaan.

Masjid tidak hanya menyediakan iftar (makanan untuk berbuka) bagi yang membutuhkan, tetapi juga melayani seluruh lingkungan. Sedangkan orangorang di rumah menyiapkan makanan dan melayani di satu meja. Mereka berbagi makanan satu sama lain untuk memperkuat prinsip kesatuan Islam.

Menu makanan khas Ramadhan yang menghiasi meja adalah seperti beras bukhari (dikenal sebagai plaw asch), sup, kebab, dan manto-piring yang terbuat dari daging cincang yang tercakup dalam adonan dan dikukus. Tabel iftar juga sarat dengan berbagai jenis jus dan sirup, seperti aprikot dan plum serta jus apel dan sirup ceri. Selain itu, ada juga berbagai permen tradisional.
Tradisi lain, yakni mengundang sanak saudara dan tetangga untuk berbuka puasa di rumah. Pihak yang diundang biasanya tidak dapat menolak undangan itu. Sebuah ruang tertentu di dalam rumah dipersiapkan untuk melayani tamu undangan guna melakukan shalat Tarawih berjamaah, diskusi keislaman, dan membaca Alquran.

Buka Puasa di Masjid

Ramadhan di Mesir sangat terasa berbeda dibanding hari-hari biasa. Beberapa hari sebelum Ramadhan, di setiap jalanan dan toko-toko menjual lampu Fanous yang dipasang tiap jalan atau depan pintu apartemen.



Dahulu lampu Fanous sering digunakan sebagai lampu penerang jalan menuju masjid atau rumah handai taulan saat malam hari. Konon, awal mula lampu Fanous digunakan masyarakat Mesir untuk menyambut kedatangan Khalifah Muiz Lidinillah pada masa dinasti Fathimiyah pada tanggal 5 Ramadan 358 Hijriah.

Sekarang, lampu Fanous menjadi salah satu tradisi masyarakat dalam menyambut Ramadan di Mesir. Bagi rakyat Mesir, lampu Fanous memiliki nilai filosofi yang berarti ungkapan kebahagiaan, kegembiraan serta kesyukuran dalam menjamu tamu Agung yaitu bulan Ramadan. Biasanya para orang tua akan selalu membelikan Fanous dan menghadiahkannya kepada anak-anaknya dan menjadi mainannya.

Sepanjang bulan Ramadan, dalam tradisi Mesir, orang-orang mengenakan Galabiya (jubah) dan topi. Dua jam jelang subuh, orang-orang Turki menyusuri jalan-jalan dengan mengenakan galabiya dan topi untuk membangunkan penduduk sahur sambil memukulkan Baza (drum kecil).

Ketika waktu Magrib akan tiba, selain suasana sunyi senyap jarang ada mobil yang lewat, kita akan melewati banyak sekali tenda-tenda yang dibangun, meja-meja yang berjejer rapi siap dengan hidangan aneka ragam makanan untuk berbuka puasa dan gratis untuk dinikmati oleh semua orang. Bukan hanya orang miskin boleh datang, semua orang yang kebetulan berada di jalan itu ketika saat berbuka tiba.



Tradisi unik lain kala Ramadhan adalah Maidatur Rahman atau memberikan hidangan puasa. Menurut sebagian sejarawan, permulaan adanya Maidaturrahman atau memberikan hidangan buka puasa saat bulan Ramadan terjadi pada masa Rasulullah Saw.

Kebaikan sosial para dermawan di Mesir, patut diacungi jempol. Salah satu bentuknya adalah pemberian bantuan (musa'adah) dalam bentuk uang, makanan atau sembako kepada para fakir miskin termasuk juga kepada mahasiswa asing .


Maidaturrahman diberikan dalam bentuk take away. Ada beberapa lokasi penyedia maidaturrahman, seperti di Distrik Tujuh, menu makanan yang terbilang istimewa dibagikan dari restoran cepat saji Cook Door. Juga di distrik Delapan, biasanya ramai mahasiswa asing mengantre untuk mendapatkan jatahnya dengan beragam menu.

Waktu pembagian dimulai sejak pukul 16.30 sampai menjelang azan magrib. Menu yang dibagikan berbeda-beda, karena penyumbang hidangan berbuka puasa itu biasanya lebih dari tiga orang. Setiap penyumbang maidaturrahman minimal menyumbang 100 kotak berisi makanan.

Selain di tempat tersebut, maidaturrahman bisa kita dapatkan di masjid-masjid. Baik di dalam masjid, ataupun di pelataran teras masjid. Rata-rata di masjid kita hanya diberikan ta'jil kurma saat azan magrib berkumandang, tidak sedikit pula seorang dermawan yang memberikan minuman manis seperti tamr hind (terbuat dari Asam) dana subiya (terbuat dari santan kelapa) di depan pintu masjid sebelum jamaah memasukinya.

Saat berbuka menunya pun beragam, seperti nasi, isy (roti gandum), daging, ayam, buah-buahan, sayur kacang dan kentang. Cara menghidangkannya pun beragam pula. Di beberapa masjid besar, biasanya makanan tersaji dengan rapi dan bersih. Setiap orang mendapat jatah satu kemasan yang berisi makanan. Ada juga masjid-masjid yang menyediakan makanan dalam wadah-wadah besar, untuk dinikmati bersama-sama.

Rata-rata masyarakat Mesir yang sudah berkeluarga akan berbuka di rumah bersama keluarganya, sedang masyarakat Mesir seperti para pekerja kasar, penjaga warung berbuka di masjid atau di tempat-tempat terbuka. Begitu juga dengan mahasiswa asing seperti Rusia, Kazakhstan, Malaysia, Thailand, Afrika dan tak ketinggalan Indonesia. Semua terbuka dan tidak memandang status sosial. Semua orang berkumpul dengan beragam jenis suku, bangsa dan etnis menjadi satu.


Nah, dengan mengetahui puasa di berbagai negara kita bisa tahu banyak hal. Juga menyukuri nikmat yang ada. Karena kita tidak berpuasa terlalu lama seperti di negara-beara yang mengalami musim panas, misalnya. Masih semangat berpuasa, kan?


(ben)


Friday, August 13, 2010

Cernak, 15 Agustus 2010


Rahasia Bang Indra



Oleh Benny Rhamdani


“Bang Indra ke mana, Ndri?”


“Tidak tahu, Bu,” jawabku sambil tetap membaca buku cerita favoritku, Inilah Kelas Paling Ajaib.


“Sudah beberapa hari ini, kakakmu selalu tidak ada di rumah kalau menjelang buka puasa. Datang-datang selalu pas buka puasa,” kata Ibu.


“Mungkin main sama teman-teman sambil menunggu buka puasa?” timpalku.


“Teman-teman yang mana? Ibu sudah tanya sama teman-teman abangmu, mereka juga tidak tahu.”


Aku hanya menarik nafas kecil. Yang aku tahu, Ibu memang selalu berlebihan kalau mencemaskan Bang Indra. Bebeda terhadap Kak Salsa, atau bahkan aku. Kata Ayah, itu karena Bang Indra anak pertama. Dan Ibu sangat menginginkan kehadiran Bang Indra.


Apakah aku iri? Ya, sedikit. Tapi aku lebih banyak bersyukur. Lihat, betapa tidak enaknya jadi Bang Indra. Pergi ke mana pun selalu dicemaskan Ibu. Malah Ibu harus tahu pergi ke mana, berapa lama dan pergi dengan siapa.


“Coba nanti kamu tanyakan sama abangmu, perginya kemana … biar ibu tenang,” saran Ibu.


“Baik, Bu. Tapi seaiknya Ibu Tanya sendiri saja,” saranku.


“Sudah. Tapi abangmu tidak amu bilang. Malah marah-marah.”


“Ya, sudah. Ibu jangan sedih. Nanti Andri tanyakan,” janjiku lalu meneruskan membaca buku yang di sekolahku sangat banyak penggemarnya.


Menjelang adzan magrib tiba, aku berjalan ke loteng rumah. Aku memergoki Bang Indra datang sambil membawa tas yang terisi penuh. Dia baru mau masuk ke kamarnya.


“Bang Indra, bawa apa di tas. Kok kayaknya penuh banget isi tasnya?” tanyaku.


“Oh … ini … hm … pokoknya kamu nggak perlu tahu!” kata Bang Indra sambil masuk ke kamar dan menutup pintu. Klik. Kudengar suara anak kunci berputar.


Hm, Bang Indra benar-benar tidak ingin aku tahu isi tasnya itu.


Aku segera turun ke bawah, menunggu saat buka puasa. Sepuluh menit kemudian adzan maghrib berbunyi. Kami sekeluarga segera berbuka. Termasuk Bang Indra. Aku bersikap seolah-olah tidak peduli dengan sikap Bang Indra tadi. Bahkan aku berangkat bareng dengan Bang Indra ke mesjid untuk sholat taraweh. Hanya saat ceramah, aku buru-buru pulang ke rumah dan menuju kamar Bang Indra.


Ufh! Dikunci!


Tenang. Aku punya kunci kamarku sendiri. Ya, aku pernah mencoba mencocokkan kunci kamarku ke beberapa lobang kunci di rumah ini. Ternyata dapat kupakai di puntu kamar Bang indra.


Klik! Pintu kubuka cepat. Buru-buru aku mencari tas yang dipakai Bang indra tadi. Hm, akhirnya kutemukan di kolong tempat tidur. Buru-buru aku membukanya. Dan ternyata isinya … Baju Badut!


HAH!


Aku buru-buru mengembalikan semuanya ke tempat semula. Tapi ketika hendak keluar kamar aku menbruk meja belajar Bang Indra. Koleksi mobil-mobilan Bang Indra terjatuh beberapa. Aku segera membereskannya, lalu keluar kamar.


Kembali ke mesjid, ceramah baru saja usai. Selamat, aku masih bisa sholat berjamaah.


Keesokan harinya aku langsung membuat rencana. Tepat pukul tiga sore, aku berdiri di depan kompleks, di tempat tersembunyi. Aku ingin tahu apa yang dilakukan Bang Indra.


Tak lama kemudian, Bang Indra muncul di depan kompleks lalu naik angkot. Aku mengikutinya di angkot berikutnya. Lalu ketika aku melihat Bang Indra turun di sebuah mall, aku pun turun. Kulihat Bang Indra masuk mall, aku mengikutinya.


Di dalam mall aku kebingungan. Kehilangan jejak Bang Indra. Sampai di dekat toilet, tiba-tiba ada yang menarikku.


“Wua!” aku berteriak, tapi buru-buru kutahan sebelum mengeras.


Yang menarik tanganku ternyata Bang Indra. Hanya dia memakai kostum badut. Hampir aku tak mengenalinya kalau Bang Indra tidak buru-buru mengedipkan mata.


“Ma … af ….”


“Mengapa masih mengikuti aku kalau kemarin sudah melihat isi tasku?” tanya Bang Indra.


“Jadi …”


“Ya, aku udah tahu kamu masuk ke kamar ekmaren. Soalnya kamu ceroboh membereskan mainan mobil di atas meja. Ada beberapa mobil menghadap ke barat. Padahal aku selalu memasangnya menghadap ke timur. Karena yang aneh sikapnya tadi pagi di meja makan Cuma kamu, makanya aku udah langsung curiga,” papar Bang Indra.


Aku jadi malu.


“Tadi juga aku tahu kamu membuntuti. Nah, sekarang kamu tambah yakin dengan apa yang kakak lakukan setiap sore. Ya, kakak bekerja di mall ini menjadi badut. Lumayan uangnya bias buat membanti ibu beli kue lebaran nanti,” kata Bang Indra.


“Kalau pekerjaannya halal, kenapa Bang Indra harus sembunyikan dari Ibu?” tanyaku.


“Pertama, aku yakin Ibu tidak akan memberi izin kalau aku bekerja karena aku masih sekolah. Kedua, aku tidak mau keluargaku malu karena aku bekerja jadi badut mall,” kata Bang Indra.


“Kenapa harus malu? Aku bangga kok punya kakak jadi badut. Daripada punya kakak pencuri, mendingan punya kakak badut!” seruku langsung.


Bang Indra tertawa sebentar. Lalu beberapa badut keluar dari toilet.


“Ayo, kita mulai kerja!” ajak salah satu badut.


“Selama bekerja, Bang Indra. Aku pulang duluan ya. Aku janji tidak akan meberitahu siapapun kalau Bang Indra bekerja jadi badut …”


“Kalau kamu tidak malu punya kakak jadi badut, kakak sih nggak keberatan juga kalau semua orang tahu kakak jadi badut. Bukankah jadi badut lebih baik daripada jadi pencuri?”


Aku mengangguk, lalu pulang dengan perasaan bangga terhadap kakakku. Ya, meski berpuasa, kakakku mau bekerja mencari uang tambahan.


***

HORE, 15 Agustus 2010


Beduk, Alat Tabuh Populer di Bulan Puasa


Dug-dug-dug! Nah, kalian pasti tahu suara apa itu. Ya, bunyi beduk. Selama bulan puasa ini, suara beduk sangat akrab di telinga. Mulai dari sebagai penanda azan, hingga dipukul berulang-ulang saat pawai sahur. Tapi, apa sebenarnya beduk itu?


Beduk adalah sebuah alat tabuh berbentuk tambun berbahan kulit. Di Mandailing, ada beduk besar bernama Tabu yang disimpan di Gordang Sembilang yang biasa digunakan untuk sebuah upacara adat. Begitupun di Nias terdapat beduk yang disebut Fondahi, disimpan dalam sebuah rumah adat. Awalnya memang beduk digunakan sebagai sebuah alat musik yang dipukul untuk keperluan dalam sebuah upacara adat.


Kemudian, Wali Songo, Sembilan Orang Wali terkenal penyebar agama Islam di Pulau Jawa memanfaatkan beduk untuk kepentingan ibadah. Beduk itu mereka tempatkan di sebelah masjid atau surau dengan posisi digantung. Pemukulan beduk sebagai tanda shalat diperkirakan sudah dilakukan sejak abad ke-17. Salah satu contoh, sebuah beduk di Masjid Agung Sumedang telah ada sejak tahun 1850.


Mengenai asal mulanya, sebagian tokoh agama dan masyarakat meyakini bahwa beduk berasal dari China. Walau memang belum ada penelitian yang memastikan asal-usul beduk. Cheng Ho, laksamana dari propinsi Yunnan, China yang hidup masa Dinasti Ming, disebut-sebut sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan alat tabuh ini ke Indonesia sekitar abad ke-15 Masehi. Di negeri asalnya, beduk dipakai sebagai sarana mengumpulkan massa atau iringan ritual keagamaan.


Beduk akhirnya punya tempat tersendiri dalam tradisi Islam, terutama di Jawa. Beduk juga begitu identik dengan masjid atau surau. Selain berfungsi sebagai tanda masuknya shalat, beduk juga bisa dipakai dalam berbagai peristiwa penting keagamaan, terutama menyambut Ramadhan dan Idul Fitri. Di Kudus, Jawa Tengah, menjelang datangnya bulan suci Ramadan ditandai dengan istilah beduk dandang atau dandangan, yaitu memukul beduk secara serentak dan dalam waktu bersamaan. Ketika ditabuh beduk itu menghasilkan bunyi dang-dang-dang.




Beduk Dandang difokuskan pada dua tempat yakni, Kudus Kulon dipusatkan di Masjid Menara dan Kudus Wetan yang berpusat di Masjid Agung Simpang Tujuh. Beduk Dandang pertama kali dilakukan pada 30 Syaban 956 H atau Senin Pahing, 1 Oktober 1549. Tanggal itu sekaligus ditetapkan sebagai hari jadi Kota Kudus. Begitupun di Masjid Agung Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, tradisi menabuh beduk pukul 24.00 memecah kesunyian malam yang semakin menyergap. Suaranya yang khas dan ditabuh dengan menggunakan langgam khusus menghasilkan irama yang cukup indah.



Tradisi


Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid III, 1988, disebutkan bahwa beduk yang menghasilkan kualitas suara bagus umumnya terbuat dari batang kayu atau batang pohon enau besar. Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Kemudian, ujung yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang yang berasal dari kulit sapi atau kerbau. Bila ditabuh, beduk seperti itu akan menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh.


Meski beduk terlanjur melekat dengan masjid. Ketua Lembaga Musik Indonesia, Didied Herwani Mahaswara, memandang bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam alat musik perkusi, termasuk di dalamnya beduk. Setidaknya ada tradisi yang melekat di masyarakat berasal dari dua tradisi besar, yaitu tradisi Asia Kuno. Tradisi Asia Kuno yang beraliran shamanisme membawa musik ritual yang memakai gendang, gong, dan kecrek.


Didied yang juga andil dalam lahirnya parade beduk Sampoerna Hijau, menjelaskan bahwa jejak keberadaan beduk bisa dilihat pada relief candi Borobudur. Pada relief candi dapat dilihat adanya penyebaran gendang atau beduk berukuran kecil pada masa itu. Senada pula dengan pendapat etnomusikolog asal Belanda, Jaap Kunts, dalam bukunya Music in Java, 1920. Dalam buku tersebut dinyatakan kalau beduk sudah dipakai dalam gamelan sebagai pembawa tempo atau penegasan dinamik.


Di Banten, beduk digunakan sebagai parade seni yang menghibur, yakni diikuti beberapa orang penabuh beduk yang dijejerkan di lapangan sambil sedikit menari. Begitu juga Masjid Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jawa Barat setiap tahun menyelenggarakan tradisi lomba penabuhan beduk.


Kini, beduk memang telah memasuki arena bukan seputar mesjid dan surau saja tapi sebagai salah satu elemen kesenian yang bisa dikolaborasikan dalam bentuk instrumen musik dalam pentas panggung. Beduk ini banyak digunakan kelompok-kelompok musik yang mengusung pada nuansa Islam. Di Banten, misalnya, beduk digunakan dalam seni beduk. Beberapa orang menabuh beduk yang dijejerkan di lapangan sambil sedikit menari.


Bahkan kini para pemusik mengkolaborasikan suara beduk dengan alat-alat musik lainnya, seperti gitar, kibor, drum, sehingga membentuk irama yang indah dan apik.

(ben/berbagai sumber)


Friday, August 06, 2010

CERNAK, 8 Agustus 2010


Princess Pyaara



oleh Benny Rhamdani

Matahari masih malu-malu bersinar ketika Princess Pyaara menapaki taman istana tanpa alas kaki. Kegemaran Princess Pyaara setiap pagi memang merasakan embun di rerumputan. Sesekali jarinya menentuh embun yang menetes di dedaunan.

"Auw, tolooong!"

Princess Pyaara terkejut mendengar suara jeritan minta tolong di dekatnya. Mata Princess Pyaara langsung mencari sumber suara. Aha! Akhirnya, ia menemukan seekor anak burung yang tergeletak dekat pohon flamboyan.

"Hai burung kecil, apa yang terjadi denganmu?" tanya Princess Pyaara sambil memindahkan anak burung itu ke telapak tangannya.

"Aku terluka. Ada burung elang yang mengejarku," kata burung kecil itu lirih.

"Burung elang?" Princess Pyaara langsung mengedarkan matanya ke sekeliling.

Ya, di sebelah utara dia melihat seekor elang sedang memutar-mutari angkasa.

"Kalau begitu, kamu ikut saja denganku."
Princess Pyaara membawa burung kecil yang terluka itu ke kamarnya. Dia meminta beberapa dayang-dayang membuatkan tempat tidur yang empuk bagi burung kecil. Princess Pyaara kemudian mengobati luka burung kecil, kemudian memberinya buah-buahan segar.

"Terima kasih, Princess yang baik. AKu tidak tahu bagaimana bisa membalas kebaikanmu," ucap burung kecil itu setelah menghabiskan buah berry yang disediakan.

"Istirahatlah dulu sampai keadaanmu membaik. Bila sudah pulih, kamu boleh pergi kembali ke tempatmu. Bila lemah, kamu akan mudah dimangsa elang nanti," timpal Princess Pyaara.

Burung kecil itu pun mengangguk. Dia berbaring di tempat tidur yang dibuatkan khusus untuknya. Setelah burung itu tampak terlelap, Princess Pyaara meninggalkan burung itu sendirian di kamarnya.

Princess Pyaara kembali pergi ke taman. Baru beberapa saat Princess Pyaara duduk di bangku taman, tiba-tiba dia mendengar suara teriakan serak di belakangnya.

"Princess, mengapa burung kecil tadi dibawa ke dalam istana?" tanya suara itu.

Princess Pyaara menoleh. Dilihatnya seekor elang bertengger di dahan pohon, tak jauh darinya.

"Hai Elang, bukankah kamu tadi melukai burung itu? Karena dia terluka, maka aku menolongnya. Dia kuobati dan kuberi makan. Sekarang dia sedang tertidur di kamarku," kata Princess Pyaara.

"Mengapa Princess menolong burung itu? Apakah Princess mengenalnya?" tanya elang itu lagi.

"Aku memang tidak mengenalnya. Tapi aku harus menolong mahkluk yang sedang kesuasahan siapapun itu. Entah aku mengenalnya atu tidak," jawab Princess Pyaara.

"Bagaimana jika burung kecil yang Princess tolong itu bermaksud jahat?" tanya elang lagi.

"Apa maksudmu? Bukankah kamu yang bermaksud jahat terhadapnya?" Princess Pyaara membalikkan pertanyaan.

"Pasti itulah yang dikatakannya. Dengarlah, Princess. Aku sudah lama tinggal di sekitar istana, mengawasimu setiap saat.Aku terkesan dengan kebaikanmu. Karena itu, aku berusaha mengusir makhluk-makhluk yang bermaskud jahat terhadapmu. Termasuk brung kecil itu. Sebenarnya tadi pagi aku bermaksud mengusir burung itu jauh dari sekitar istana ini," jelas elang.

Princees Pyaara jadi bingung. Siapa yang harus dipercayainya? keduanya saling menjelekkan satu sama lain. Kalau melihat dari penampilan, jelas burung kecil itu sangat tidak mungkin berbuat jahat terhadapnya. Apa yang bisa dilakukan burung kecil itu? sedangkan elang bertubuh besar dan kuat. Cakarnya tajam. Jelas dia lebih pantas jika disebut punya maksud jahat.

"Jika Pincess tidak percaya, cobalah kembali ke kamar untuk memeriksa keadaannya. jangan lupa memeriksa kotak perhiasan Princess, karena aku tahu burung itu adalah milik seorang pencuri terkenal, si Tangan Berkait. Burung itu telah dilatih untuk mencuri perhiasan-perhiasan berharga," jelas elang lagi.

Walaupun agak sedikit ragu, Princess Pyaara kembali ke kamarnya. Jantungnya berdetak keras ketika dia tak menemukan burung kecil di tempat tidur yang dibuatkan khusus.Buru-buru Princess Pyaara melihat kotak perhiasan miliknya.

Benar saja! Kalung permata paling berharga miliknya telah hilang dicuri! Princess Pyaara segera memanggil kepala pengawal istana. Dia segera melaporkan pencurian yang telah dilakukan seekor burung kecil. Akhirnya, para pengawal istana sibuk mencari-cari burung kecil itu di dalam istana. Ya, karena belum terlalu lama, mereka yakin burung itu masih berada di dalam istana.

Sementara para pengawal mencari burung kecil itu, Princess Pyaara menemui kembali elang di taman.

"Kamu benar, elang. Burung kecil itu benar-benar licik. Dia pura-pura lemah, lalu setelah kutolong dia mencuri perhiasanku," keluh Princess Pyaara gemas.

"Princess, aku bisa membantumu menemukan tempat si Tangan Berkait. Perhiasan yang hilang itu pasti sudah dibawa burung kecil itu ke tempat si Tangan Berkait. Tapi ... Princess harus berjanji satu hal jika perhiasan Princess berhasil ditemukan," kata elang itu.

"Ya, aku berjanji akan memberimu hadiah. Apa pun yang kamu minta," kata Princess Pyaara.

"Hadiahnya adalah ... aku minta Princess nanti memaafkan kekhilafan si burung kecil itu. Percayalah, burung kecil itu berbuat jahat karena dia dididik menjadi makhluk jahat. Jika dia diajarkan hal-hal yang baik, tentu dia tak akan menjadi burng yang jahat," kata Elang.

Princess Pyaara termenung sesaat. Hadiah yang diminta elang ternyata bukan perhiasan atau makanan. Oh, betapa tulusnya hati elang itu.Di balik wajahnya yang sangar, tersimpan kelembutan di hatinya.

"Ayolah, Princess! Panggil pengawal terbaik Princees untuk ikut denganku ke tempat si Tangan Berkait, sebelum dia pergi jauh," kata elang itu.

Tak lama kemudian empat pengawal terbaik berangkat naik kuda mengikuti jejak elang terbang. Mereka kemduian sampai di sebuah gua yang dipenuhi aneka binatang kecil. Ada burung, tupai, tikus, kelinci, bahkan hamster. Mereka semua dididik mencuri oleh penjahat dengan tangan berkait baja.

Para pengawal itu dengan mudah meringkus Tangan Berkait dan menyeretnya ke sel penjara.Semua makhluk yang menjadi pengikut Tangan Berkait kemudian dibawa ke sebuah tempat yang lebih bersih dan nyaman. Mereka dilatih oleh seorang guru khusus agar makhluk-makhluk itu senantiasa berbuat kebajikan.

Princess Pyaara senang karena perhiasan berharganya telah kembali.Dia memaafkan kekhilafan burung kecil itu. Malah, beberapa waktu kemudian Princess Pyaara berteman dengan burung kecil itu dan tentu saja si elang yang baik hati. Mereka setiap pagi terlihat bermain bersama di taman istana.

^-^