Friday, January 25, 2013

ARENA KKPK, 27 Januari 2013

Rumah Angker
















Judul: Rumah Berhantu
Penulis: Nayla
124 halaman



 “Siska…Siska…Siskaaa!”

Suara bisikan halus itu memanggil-manggil Siska yang sedang membersihkan rumah, yang sudah lama tidak dihuni. Amanda, Novia dan Shafa juga ‘diganggu’ oleh ‘penghuni’ rumah kosong itu. Mengapa Shafa, Siska, Amanda, dan Novia mau masuk dan bahkan membersihkan rumah angker yang tidak berpenghuni itu? Benarkah rumah kosong itu berhantu?

Kalian pasti penasarankan. Cerita hantu-hantuan juga sering membuat aku penasaran kok. Tapi seru karena sedikit menegangkan. Untung saja kalau bukan hantu sungguhan. Yang mau tahu akhir ceritanya,  baca saja dalam kumpulan cerpen karya Ananda Kayla Karima ini!  Menurutku, membaca cerita berhantu membuat kita jadi  pemberani dan tidak berpikiran negatif.

Selain cerpen “Rumah Berhantu”, masih ada lima cerpen keren lainnya yang sayang banget kalau dilewatkan.

Geus Rama Syarif, SD Az Zahra, Palembang

Hore, 27 Januari 2013



Si Kaos Kaki


Konon, kaos kaki sudah ada sejak jaman batu. Pasti  bentuk dan desainnya beda banget dengan kaos kaki yang melekat di kaki saya saat ini. Saat itu, kaos kaki dibuat dari kulit binatang yang dililitkan di kaki.
Sebuah bukti ditemukan di mesir kuno, kaos kaki rajut sudah muncul abad 8 sebelum masehi dibuat dari rambut kusut binatang. Kaos kaki ini dipakai oleh komedian di jaman itu.

Sejarah kian bergulir  keabad pertengahan, kaos kaki berwarna muncul. Kain berwarna dililitkan dan disokong dengan ikatan elastis pada kaki. Ikatan itu diletakkan di ujung atas kaos kaki agar tak melorot.
Saat kaos kaki di abad pertengahan ini hanya digunakan oleh segelintir orang kaya raya di jaman itu.

Pada tahun 1490-an, celana pendek dan kaos kaki muncul sebagai ‘pasangan’. Keduanya kemudian muncul sebagai celana panjang ketat. Dibikin dari sutera yang berwarna, wool maupun beludru. Memasuki abad 15, rumah rajut mulai bermunculan di perancis maupun skotlandia. Hingga akhirnya tahun 1590 mesin rajut pun dibikin. Ini yang kian mendukung kaos kaki makin massal penggunaannya.

Abad 17, katun makin banyak digunakan untuk kaos kaki. Orang amerika juga menggunakan wool dan sutera. Warna kaos kakinya beragam dan menggunakan sutera yang bagus. Sebaliknya, orang yang tak begitu tajir hanya pakai wool yang warnanya kecokelatan. Begitulah, kaos kaki makin berkembang dan banyak dipakai orang. Hiasan di pergelangan kaki yang kemudian kondang dengan nama ‘clocks’.

Warna Gelap

Pada abad berikutnya, baik laki-laki maupun perempuan menggunakan kaos kaki yang terbuat dari sutera atau wool. Akhir abad 19, Victorians bersikeras agar laki-laki menggunakan kaos kaki dengan warna gelap.
 lebih-lebih setelah kematian Albert, suami dari Queen Victoria yang meninggal pada 1861. Tapi nyatanya warna gelap tak berhenti sampai di sini. Dalam revolusi desain kaos kaki, warna gelap sengaja didesain untuk kaos kaki laki-laki.

Pada tahun 1930, mesin untuk bikin kaos kaki anyar kembali. Mesin rajutan kaos kaki dibikin lebih canggih dari sebelumnya dan tak lagi dijahit bersamaan.

Julian Hill kemudian menemukan polymer 6.6. Ini adalah jenis bahan yang digunakan untuk membikin kaos kaki dengan tampilan yang menyerupai sutera. Dua tahun sesudahnya, pada 1937, Du Pont mematenkan temuan ini. Padahal perusahaan ini dikomandani oleh Wallace Carothers. Wah, terang saja Wallace marah.
dia akhirnya menutup perusahaan ini.

Synthetic fibers kemudian dikenalkan pada dunia pada World’s Fair di New York pada 1939. Menjumput inisial dari NY aluas New York, maka fiber itu dikenal sebagai “nylon”. Kaos kaki nilon pertama muncul di gerai-gerai New York pada May 15, 1940. lebih dari 72,000 pasang laris terjual pada hari pertama.


Manfaat Kaos Kaki

Salah satu fungsi kaus kaki adalah untuk menghangatkan kaki, khususnya untuk mereka yang tinggal di tempat-tempat bersuhu rendah atau bayi-bayi mungil yang masih perlu perhatian ekstra. Selain hal tersebut, masih banyak kegunaan lain dari kaus kaki. Untuk melindungi kaki agar tidak lecet selama memakai sepatu. Tapi ada juga yang memakai kaus kaki tanpa sepatu, sebagai alas kaki di rumah agar kaki tidak mudah kotor. Bagi mereka yang di masa kecilnya suka membaca atau dibacakan dongeng pasti masih ingat cerita tentang anak-anak yang menggantungkan kaus kakinya di malam-malam tertentu dengan harapan akan ada seseorang yang mengisi kaus kakinya dengan hadiah-hadiah.


Kaus kaki, baru atau lama, masih bagus atau sudah butut dan berlubang, tetap saja banyak gunanya. Kaus kaki lama bisa kita pakai untuk lap : sepatu, kaca, bahkan memoles ulang pelitur furnitur dirumah yg sudah berubah warna. Juga bisa sebagai pelindung tangan para ibu di dapur untuk mengangkat panci panas. Selain fungsi-fungsi kaus kaki yg berhubungan erat dengan kebutuhan rumah tangga, kaus kaki juga bisa menyenangkan bagi buah hati kita. Tidak percaya? coba saja ambil satu buah kaus kaki yang sudah tak terpakai, lalu gambari mata, hidung, mulut dan telinga pada bagian telapaknya dengan spidol atau cat kain. Setelah selesai, mainkan kaos kaki tersebut seperti boneka tangan. Pasti anak-anak akan terhibur dan berebut memainkannya.

Selain menyenangkan, kaus kaki juga bisa menyebalkan sekaligus membawa petaka. Seperti kaus kaki yang sudah seminggu penuh dipakai tanpa pernah dicuci, aromanya bisa membuat selera makan hilang. Hiiy!

(ben/net)

Cernak, 27 Januari 2013






I Love You, Mama
Oleh Benny Rhamdani
Musim hujan belum juga tiba. Belakangan ini matahari terasa terik. Cukup lama juga hujan tidak turun. Aku jadi merindukan hujan.
Ya, hujan selalu membuatku teringat sebuah cerita yang kualami.
Hari itu awal musim hujan. Mama memintaku membawa payung ke sekolah.
“Ma, aku kan sudah bawa jas hujan,” kataku.
“Ya, jas hujan memang bisa melindungi kita dari hujan. Tapi itu kalau hujannya kecil atau gerimis. Sekarang kan musim hujan. Biasanya hujannya lebat. Belum lagi kalau hujan disertai angin. Jas hujan saja tidak cukup untuk melindungimu,” kata Mama.
Aku tidak berani melawan permintaan Mama. Akhirnya terpaksa kubawa payung biru dari rumah. Sebenarnya agak merepotkan juga. Sudah membawa tas harus membawa payung juga. Apalagi payung biru Mama besar dan tidak bisa dilipat.
Setiba di sekolah kulihat cuaca sangat cerah. Aku jadi menyesal bawa payung segala.
“Pulang sekolah mau ngojek payung ya, Ryu?” ledek Ken.
“Sampai rumah ngojek payung berapa, Ryu?” ledek lainnya.
Uuuuh, aku benar-benar kesal mendengar ledekan mereka. Ah, tapi kata Mama aku tidak perlu meladeni teman-teman yang meledek. Mereka nanti malah akan kesenangan dan terus meledekku. Jadi aku diamkan saja mereka.
“Biar saja,Ryu. Aku juga bawa payung meskipun sudah bawa jas hujan. Kita kan nggak pernah tahu nanti hujan lebat atau nggak,” hibur Mia sahabat sebangkuku.
Payung Mia kecil dan bisa dilipat. Jadi tak ada anak lelaki yang melihatnya. Mia tak diolok-olok mereka seperti aku.
Pelajaran pertama adalah bahasa Inggris. Aku senang sekali pelajaran ini. Di kelas lima kami memang mulai diajari bahasa Inggris. Kali ini Bu Nurky mengajarkan tentang nama-nama benda dalam bahasa Inggris.
“Payung dalam bahasa Inggris adalah umbrella,” kata Bu Nurky.
“Bu saya mau tanya boleh?” tanya Ken.
“Ya, silakan,” ucap Bu Nurky.
“Kalau ojek payung bahasa Inggrisnya apa?” tanya Ken kemudian.
Seisi kelas tertawa. Tentu saja mereka menertawai aku, bukan Ken. Untung Bu Nurky tidak menyahuti pertanyaan konyol Ken tadi.
Pelajaran berikutnya Pak Juhro membahas tentang makhluk hidup spora.
“Salah satu tanaman spora adalah jamur payung,” jelas Pak Juhro.
“Wah, jamur payung sebesar payung yang dipakai Ryu ya, Pak?” celetuk Ken.
Anak-anak tak berani tertawa karena Pak Juhro tak suka kalau di kelas murid-muridnya berisik. Tapi aku tahu pasti sebagian besar isi kelasku pasti menahan tawa untukku.
Uh, aku jadi sebal setiap kali mendengar kata payung.
Saat istirahat tiba, kami bisa bermain d halaman seperti biasanya. Di luar cuaca mulai mendung, tapi hujan belum turun. Ken dan kawan-kawan terus mengejekku tentang payung. Mia berusahamenguatkan aku agar tidak membalas.
“Biar tahu rasa kalau hujan lebat nanti,” ucap Mia.
Ternyata apa yang dikatakan Mia terjadi. Menjelang pulang di luar hujan turun lebat. Bahkan anginnya terasa sampai ke dalam kelas. Begitu kelas bubar, kami memakai jas hujan kami. Meskipun begitu tak semua anak berani langsung pulang karena derasnya hujan.
“Ojek payung! Buruan pulang mumpung hujan. Jangan lupa mampir ke mall karena banyak yang membutuhkan ojekpayung,” ledek Ken dan kawan-kawan sambil berlari menerobos hujan. Mereka tidak peduli dengan hujan yang deras. Mungkin karena merasa cukup terlindungi oleh jas hujan yang mereka pakai.
Aku pun membuka payungku. Mia melakukan hal yang sama. Tapi ooops!
“Wah, payungku macet. Sepertinya rusak,” kata Mia.
“Kita berpayung berdua saja. Payungku lumayan besar,” ajakku.
Kami pun berjalan berdua menggunakan payung yang kami bawa. Untungnya rumah Mia berada sebelum rumahku. Jadi aku bisa mengantarnya dulu.
“Mampir dulu yuk! Nanti kubuatkan minuman hangat untukmu,” ajak Mia.
“Terima kasih, Mia. Aku mau mau buru-buru pulang. Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Mama. Karena Mama tadi pagi sudah memintaku membawa payung ini. Ternyata payung ini berguna sekali,” tolakku halus.
Aku pun berjalan pulang. Begitu sampai di rumah aku langsung menemui Mama dan memeluknya. Aku bersyukur memiliki Mama yang baik dan sangat memerhatikan aku. Coba kalau aku tidak menuruti kata Mama.
Oh iya keesokan harinya aku tetap emmbawapayung. Aku tak takut lagi diledek. Lagi pula tidak ada yang meledekku. Soalnya Ken tidak masuk sekolah. Dia demam karena kemaren kehujanan. Jas hujan saja tidak cukup untuk melindunginya.
Ah ... hujan begitu penuh kenangan indah. Terutama kenangan bersama Mama.
Kini tidak akan ada lagi yang akan mengingatkanku untuk membawa payung bila musim hujan tiba nanti. Mama sudah meninggal dunia karena sakit kanker sebulan lalu. Meskipun begitu, aku akan selalu mengingat pesan-pesan Mama.
I love you, Mama ....

Friday, January 18, 2013

ARENA KKPK, 20 Januari 2013

Kisah Umay






Judul: Umay Jagoan Cilik
Penulis: Umay
124 alaman


Siapa, sih, yang enggak kenal Umay? Wajah imutnya sering banget berseliweran di layar kaca. Setiap hari, adaaa aja di TV. Si kecil cabe rawit ini merupakan artis serbabia, lho. Main iklan, iya. Main sinetron, iya. main film? Eh, iya juga. Presenter?Iyaaaa. Penyanyi? Ah, itu sudah pasti.

Enggak heran, deh, Umay jadi salah satu artis cilik yang cukup terkenal di Indonesia.

Ternyata kesuksesan Umay enggak mudah, lho. Umay sudah meniti kariernya sejak masih kecil banget. Berbekal belajar dan kerja keras, akhirnya dia bisa meraih kesuksesan seperti sekarang ini. Yuk! baca bukunya! Kocak dan seru abis!

Aku suka baca buku tentang oprang-orang sukses di KKPK. Dengan begitu aku bisa belajar banyak hal dari mereka. tetrutama tentang kedisiplinan.

HORE, 20 Januari 2013





Alarm, Sang Penyelamat

Agar tak terlambat, kita perlu lho memasang alarm di jam beker atau telepon genggam kita. Selain itu, masih banyak fungsi alarm. Apa saja ya?


Alarm secara umum dapat didefinisikan sebagai bunyi peringatan atau pemberitahuan. Dalam istilah jaringan, alarm dapat juga didefinisikan sebagai pesan berisi pemberitahuan ketika terjadi penurunan atau kegagalan dalam penyampaian sinyal komunikasi data ataupun ada peralatan yang mengalami kerusakan (penurunan kinerja). Pesan ini digunakan untuk memperingatkan operator atau administrator mengenai adanya masalah (bahaya) pada jaringan. Alarm memberikan tanda bahaya berupa sinyal, bunyi, ataupun sinar.

Memberitahukan apabila terjadi bahaya dan kerusakan ataupun kejadian yang tidak diharapkan pada jaringan melalui sinyal sehingga memberikan peringatan secara jelas agar dapat diantisipasi.

Industri keamanan elektronik dan peringatan kebakaran telah berdiri sejak tahun 1850 yang dipelopori oleh John Gamewell dan Edwin Holmes yang mengubah penemuan menjadi bisnis untuk mengamankan properti dan kehidupan. Keduanya memperdalam kemampuan ilmiah di akhir abad ke-18.

Alarm Kebakaran

Awalnya, penemuan baterai pada tahun 1799 dan telegraf pada tahun 1841 secara umum mengubah dunia dan menginspirasi para penyuka hobi, ahli listrik dan ilmuwan yang ada di seluruh dunia untuk melihat dan memperdalam ilmu komunikasi.

Tidak lama setelah telegraf diperkenalkan, seorang dokter muda yang kaya bernama William Channing membuat sebuah sistem dari pemerintah untuk menyalurkan sinyal alarm kebakaran kepada stasiun pemadam kebakaran yang ada di sekeliling kota Boston, Amerika Serikat. Menggunakan morse yang ditemukan oleh Samuel Morse dalam sistem telegram yang memadukan kode dengan teknologi, Channing membuat rencana elaborasi untuk menyalurkan sinyal dari pusat sistem pemerintah menuju stasiun pemadam kebakaran untuk memberitahu titik lokasi terjadinya kebakaran. Rencana Channing memiliki masalah karena besar bunyi bel alarm tidak dapat dikendalikan dari stasiun pemadam kebakaran.

Pada waktu yang sama, Augustus Pope, seorang menteri yang tinggal di luar Boston, mulai merancang alarm elektrik anti pencuri untuk dipasang di rumah. Ia mengikuti sistem kerja Channing dan menemukan kesulitan dalam membunyikan bel untuk membangunkan orang-orang di rumahnya.
Solusi datang dari Moses Farmer, seseorang dari New Hampshire yang dikenal secara luas sebagai insinyur dan ahli listrik. Ia merancang sistem alarm dengan menggunakan peralatan elektromagnetik untuk membuka tutup rangkaian sirkuit jaringan listrik, sehingga dapat membunyikan bel secara otomatis. Rancangan Farmer memecahkan kebingungan antara Channing dan Pope, sehingga melengkapi penemuan alarm pada tahun 1848 dan 1853.



Dalam kurun waktu 10 tahun, seorang agen pos dan telegraf di South Carolina bernama John Gamewell membawa sistem rancangan Channing ke pasar di tenggara dan kemudian membuat hak paten. Setelah itu, seorang pengusaha bernama Edwin Holmes membeli hak paten terhadap rancangan Pope dan memasarkan produk alarm elektromagnetik anti pencuri ke Boston dan New York.

Pada tahun 1895, Gamewell mengendalikan 95 persen pasar alarm kebakaran di Amerika Serikat. Pada waktu yang sama, perusahaan alarm anti pencuri produksi Holmes menjadi salah satu perusahaan terkuat di pantai timur dan menyediakan produk alarm keamanan selama ratusan tahun kemudian. Kesuksesan Holmes di dunia telekomunikasi membawanya menjadi presiden pertama di perusahaan New York Telephone Company dan stasiun pusat di Boston menjadi stasiun telepon terpusat pertama di Amerika Serikat.



Alarm Antipencuri

Stasiun pengendali alarm anti pencuri didirikan pada awal tahun 1870 menggunakan teknologi kabel. Ini adalah pengembangan dari alarm lokal yang ada di lokasi pusat di mana kegiatan pengawasan sirkuit jaringan listrik berada. Sistem alarm tersebut mulai dipasang di 32 bank, 30 toko dan juga beberapa rumah pribadi.
Melihat manfaat penggunaan teknologi di stasiun pusat, maka seorang ahli telegraf dan penemu bernama Edward Calahan pada tahun 1857 membuat sebuah tempat kecil berupa boks pemanggil yang ada di beberapa lokasi umum di sekeliling kota Boston untuk memberikan sinyal bahaya kepada stasiun pusat melalui seorang kurir pembawa pesan. Untuk memudahkan penyampaian sinyal, kode yang berbeda akan diubah oleh kurir menjadi sebuah deteksi kejadian darurat. Calahan menjual rencana tersebut kepada investor yang mendirikan perusahaan American District Telegraph

Peningkatan teknologi alarm anti pencuri dan alarm anti kebakaran mulai terjadi sejak awal 1880-an saat Chauncey McCulloh dari Baltimore mendirikan sebuah sistem pembagian jaringan sirkuit tunggal menjadi beberapa bagian yang dihubungkan ke stasiun pusat untuk menghemat biaya penghubungan jaringan. Dengan kontribusi McCulloh, teknologi sistem transmisi sinyal alarm telah berubah dan berkembang lebih dari 100 tahun kemudian.

Selanjutnya, alat deteksi bahaya terus berkembang. Di awal 1880-an, seorang insinyur dan perancang lokomotif bernama Frederick Grinnel secara radikal membuat sistem keamanan kebakaran dengan mematenkan teknologi percikan (api) yang dapat terbuka ketika di sekelilingnya terjadi suhu panas yang ekstrem untuk menghindari terjadinya kebakaran besar. Kemudian, muncul teknologi ionisasi di mana teknologi yang digunakan adalah mendeteksi asap dan sensor gerakan yang dapat mendeteksi gerakan mencurigakan untuk mengaktifkan alarm keselamatan, meningkatkan detektor panas, dan mengaktifkan sensor magnetik pada pintu dan jendela rumah ataupun gedung perkantoran untuk menghindari bahaya pencurian.

(benny/net)

CERNAK, 20 Januari 2013

Komal & Kodi

Di sebuah pinggir kota, terdapat telaga kecil yang airnya bening. Para pedagang sering beristirahat di telaga itu untuk mencuci muka atau menghilangkan rasa haus.
Di telaga itu, tinggal dua ekor katak bernama Kodi dan Komal. Walaupun bersaudara, sifat mereka sangat berlainan.
Suatu hari, datang penjual gerabah dengan gerobaknya ke telaga itu. Namun, malang nasibnya. Ketika hendak mencuci muka, cincin emas di jari manisnya terlepas dan tenggelam ke dasar telaga.
“Aduh, sialnya aku! Cincinku jatuh dan aku tak bisa berenang,” keluhnya.
“Salah sendiri! Kalau tidak bisa berenang jangan dekat-dekat telaga ini,” timpal Komal mengagetkan.
Pedagang gerabah itu terkejut. Dia langsung memiliki harapan begitu melihat ada katak di dekatnya.
“Maukah kau menolongku mengambilkan cincinku yang terjatuh. Istriku bisa marah kalau tahu cincin pernikahan kami itu hilang,” pinta pedagang gerabah.
“Aku tidak mau!” jawab Komal ketus.
Pedagang itu terus memohon. Namun, Komal tetap menolak. Tak lama kemudian, Kodi datang. Pedagang gerabah itu langsung minta tolong pada Kodi.
“Tunggulah sebentar,” ujar Kodi, lalu segera menyelam ke dasar telaga. Tak lama, ia muncul dengan cincin emas. Diberikannya cincin emas itu pada pedagang gerabah.
“Terima kasih atas kebaikanmu. Sebagai balas budi, kuberikan kau hadiah.” Pedagang gerabah memberikan sebuah mangkuk keramik kecil untuk Kodi. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya.
“Heh, untuk apa mangkuk itu? Kita tidak memerlukannya,” ejek Komal.
“Ya, saat ini mungkin tidak perlu. Tapi, akan kusimpan,” sahut Kodi.
Beberapa hari kemudian, singgahlah seorang pedagang minyak keliling ke telaga itu. Nasibnya pun sedang sial. Kacamatanya terjatuh saat ia hendak mencuci muka.
“Bagaimana aku bisa pulang tanpa kacamataku,” gumam tukang minyak itu.
“Pakai tongkat saja!” seru Komal sambil tertawa mengejek.
Tukang minyak mengamati dengan saksama sumber suara yang didengarnya. Samar-samar ia melihat sekor katak dekat kakinya.
“Hei, maukah kau mengambilkan kacamataku?” pinta tukang minyak itu.
“Tidak!” jawab Komal langsung.
“Biar aku yang menolongmu,” tiba-tiba Kodi datang dan membantu mengambil kacamata tukang minyak.
“Terima kasih. Sebagai hadiah, aku berikan sebotol minyak tanah dan korek api. Mungkin kau memerlukannya suatu hari nanti,” kata tukang minyak. Ia pun melanjutkan perjalanannya.
“Heh, hati-hati dengan hadiah itu. Bisa-bisa telaga ini kebakaran," komentar Komal.
”Aku akan hati-hati menyimpannya,” sahut kodi.
Pada hari lain, singgah pedagang kain ke telaga itu. Karena tidak hati-hati, jam tangannya tercebur ke telaga.
“Aduh, arloji kenang-kenangan ayahku tercebur. Siapa yang bisa membantuku mengambilkannya?” gumam pedagang kain itu.
“Aku bisa. Tapi, kau harus memberiku sekantong uang emas,” kata Komal tiba-tiba.
“Daganganku belum laku. Aku hanya punya beberapa keping uang perak.”
“Tenang saja. Biar aku yang membantu,” ujar Kodi yang muncul kemudian. Ia menceburkan diri ke dasar telaga dan mendapatkan arloji milik pedagang kain. Kodi segera memberikan arloji itu kepada pemiliknya.
“Terima kasih. Atas kebaikanmu, kuberikan kau sehelai kain,” kata pedagang kain, lalu meninggalkan telaga.
Komal tertawa melihat Kodi menerima kain itu. Tapi, Kodi menyimpan pemberian itu.
Beberapa waktu kemudian, datanglah musim kemarau. Lambat laun air telaga menyusut dan semak-semak di sekitarnya meranggas. Tidak ada lagi serangga yang datang ke telaga itu. Komal dan Kodi mulai kekurangan makanan.
Suatu malam, mereka mulai kelaparan karena sudah dua hari tidak makan.
“Coba kalau kau dulu meminta sesuatu yang bisa kita makan, saat menolong orang-orang itu. Pasti saat ini kita tidak kelaparan. Barang-barang yang mereka berikan itu tidak berguna,” ejek Komal kepada saudaranya.
Kodi terdiam sebentar. Tiba-tiba, ia mendapat ide. Kodi menuangkan sedikit minyak tanah ke mangkuk keramik di dekatnya. Ia menyobek kain dan memintalnya menjadi sumbu. Ujung sumbu lalu dibakar api. Maka jadilah barang-barang hadiah itu sebuah pelita yang menerangi mereka.
“Kodi, kita tidak perlu cahaya. Yang kita perlukan adalah makanan,” protes Komal.
“Tenang, Saudaraku. Apa kau tidak tahu, serangga paling senang melihat cahaya,” timpal Kodi.
Benar saja apa yang dikatakan Kodi. Tak lama kemudian, banyak serangga mendekati pelita itu. Mereka segera memangsa serangga itu hingga cukup mengisi perut mereka.
Komal akhirnya sadar, ternyata barang-barang pemberian yang dikumpulkan Kodi itu berguna juga. Komal bangga memiliki saudara yang baik hati dan cerdik.

Friday, January 11, 2013

ARENA KKPK, 13 Januari 2013


 
Penggemar Warna Merah Muda


Judul: Pinkieholic
Penulis: Laras
124 halaman



Teman-teman di sekolah, terutama putrinya, kebanyakan suka sekali dengan warna pink alias merah muda. Demikian juga dengan Nadira dalam cerita Pinkieholic. Benar-benar penggemar berat warna pink.

Dinding, tempat tidur, bed cover, bantal, guling, boneka… aduh, ini kamar siapa, sih? Kok, semuanya serba pink? Hm… pastu, kamar Nadira si Pinkieholic. Dia, kan, penggemar berat warna pink. Sampai-sampai mau ikutan lomba menggambar dan mewarnai hanya dengan warna pink! Wah…
Ada juga kisah Alylla yang hobi melompat-lompat diatas trampoline sampai ‘nyasar’ ke awan, lho! Bahkan, masih banyak kisah-kisah seru lainnya. Hanya di kumcer keren ini!
Kalau aku sih kurang suka warna pink. Tapi cerita ini tetap menarik dibaca walau oleh bukan penggemar warna pink.

Geus Rama Syarif, SD Az Zahra, Palembang