Gadis Kecil Misterius
Oleh Benny Rhamdani
“Bisakah kamu menemui aku?”
Itu bunyi SMS yang diterima Sita sore ini. Sita tidak mengenal nomor pengirimnya.
“Ini siapa?” Begitu kalimat SMS balasan dari Sita.
“Aku sangat memerlukan pertolonganmu.” SMS balasan malah tidak menjawab pertanyaan Sita.
“Kamu di mana?” tanya Sita.
“Aku di taman
“Baik aku akan ke
Sita meninggalkan kamarnya. Jarak ke taman
Ah, tapi tidak ada salahnya kalau ke taman
Sore ini taman
“Maaf, apakah kamu tadi yang mengirim sms untukku?” tanya Sita.
Gadis itu menoleh, tapi pandangan matanya tidak tertuju langsung ke wajah Sita. “Ya. Maaf aku mengganggumu,” kata gadis kecil tu. “Silakan duduk. Oh iya namaku Veni.”
Veni menjulurkan tangannya tapi tidak tepat kea rah Sita.
“Maaf, apakah kamu tidak bisa melihat?” tanya Sita.
“Ya, aku tunanetra,” kata Veni.
Sita menyambut uluran tangan itu, menyalaminya. Dia pun duduk di samping Veni. “Apa yang bisa kubantu untukmu? Dan dari mana kamu tahu nomor HP-ku?” tanya Sita. Dia bingung bagaimana Veni bisa sampai di taman
“Aku tadi asal pencet saja nomornya. Aku tidak meyangka yang akan datang anak perempuan sebaya denganku. Oh iya, aku minta bantuan untukmu …. Maukah kamu menjaga binatang kesayangku ini?”
Sita terbelalak. Veni mengeluarkan hamster putih. Sita meloncat karena takut.
“Aduh sebaiknya orang lain saja,” kata Sita. “Aku takut.”
“Kenapa takut?”
“Bintang ini mengggigit
“Tentu tidak. Peganglah. Lihat, aku saja tidak pernah digigit.”
Sita menolak memegangnya.
“Masa kalah dengan orang buta seperti aku?” kata Veni.
“Mengapa kamu ingn menitipkannya padaku?”
“Umurku tak lama lagi. Nah, di keluargaku tak ada yang suka hamster ini. Makanya ingin kutitipkan kepada orang lain. Kupikir kamu akan mau memeliharnya.”
“Baiklah aku mau memeliharanya. Tapi tak mau memegangnya.”
Veni mengeluarkan kandang kawat di sampingnya. Hamster itu di masukan ke kandangnya. “Ini. Sudah kukandangkan.”
Sita mengambilnya walau agak ketakutan.
“Terima kasih. Maaf aku tidak bisa lama-lama di sini.” Veni kemudian mengeluarkan tongkat penuntun yang bisa dilipat. Ia kemudian berjalan sendiri meninggalkan taman
Sita kemudian membawa hamster itu ke rumah. Untung ayah da ibu tak keberatan. Sita merawatnya dengan baik. Hanya sehari dia tak mau memegang hamster itu. Hari-hari berikutnya Sita tak takut lagi. Malah kini Sita jadi berani dengan binatang peliharaan lainnya seperti anjing, kucing. Padahal dulu Sita paling takut dengan binatang peliharaan.
Setiap sore Sita kemudian membawa hamster itu ke taman
Oh iya, jika kalian punya teman tunanetra bernama Veni, jangan lupa beritahu Sita ya!
^-^
No comments:
Post a Comment