Nikmat Bersyukur
oleh Benny Rhamdani
Princess Humayra sesekali senang menyamar menjadi rakyat jelata. Dia ingin menyaksikan sendiri kehidupan rakyatnya. Sebab, ada kalanya hal yang disampaikan oleh para pejabat kerajaan tidak sesuai kenyataan.
Hari ini Princess Humayra menyamar sebagai pedagang roti keliling.
“Roti-roti! Siapa mau beli?” teriaknya sambil membawa keranjang roti.
“Penjual roti! Aku mau beli roti. Boleh aku lihat rotinya,” panggil seorang wanita setengah baya.
Princess Humayra mendekatinya. “Silakan dilihat,” kata Princess Humayra.
“Huh, rotinya kecil-kecil dan tidak menarik. Aku tidak jadi beli ah,” kata wanita itu kemudian.
“Walaupun kecil-kecil, tapi roti ini sangat lezat dan penuh gizi,” jelas Princess Humayra.
“Aku tidak percaya kecuali aku diberikan satu roti gratis untuk kucoba,” kata wanita itu.
Princess Humayra memberikan satu roti kepada wanita itu. Tanpa mengucapkan terima kasih sepatah kata pun, wanita itu langsung memakannya.
“Ah, rasanya tidak enak. Aku tetap tidak mau beli,” kata wanita itu walaupun telah menghabiskan roti pemberian Princess Humayra.
Belum sempat Princess Humayra pergi, tiba-tiba lewat seorang lelaki tua penjual manisan.
“Penjual manisan! Aku mau beli manisan. Boleh aku lihat manisannya,” panggil wanita setengah baya itu.
Penjual manisan kemudian mendekat sambil membuka keranjangnya.
“Alhamdulillah. Silakan dilihat dulu,” kata penjual manisan.
“Ah, manisannya kecil-kecil dan kurang wangi. Ku tidak mau membeli kalau tidak boleh mencoba,” kata wanita itu.
“Alhamdulillah jika ibu mau mau mencobanya,” kata penjual manisan itu sambil memberikan satu manisan untuk dicobai wanita itu.
“Huh, tidak manis sama sekali. Aku tidak jadi beli ah,” kata wanita itu.
“Alhamdulillah. Terima kasih atas kometar ibu,” kata penjual manisan tak marah sama sekali.
Lelaki itu meneruskan langkahnya berkeliling menjual manisan. Princess Humayra mengikuti penjual manisan itu. Dia sangat kagum dengan kebaikan hati si penjual manisan.
“Pak, boleh aku bertanya sedikit?” pinta Princess Humayra sambil berjalan.
“Alhamdulillah, tentu saja boleh,” jawab penjual manisan sambil berhenti di sebuah bangku taman.
“Mengapa bapak selalu mengucapkan hamdalah?” tanya Princess Humayra.
“Alhamdulillah kau menanykannya. Aku mengucapkan hamdalah setiap kali aku mendapatkan sesuatu yang pastiya dari Allah juga. Sesuatu itu tidak mesti benda, tapi juga salam, sapaan, pertanyaan, pujian dan kritikan dari orang-orang,” kata penjual manisan.
“Tapi bapak juga mengucapkan hamdalah saat memberi manisan tadi. Padahal bukan sedang menerima,” kata Princess Humayra.
“Saat memberi, aku bersyukur kepada Allah karena dilimpahkan rejeki sehingga bisa memberi kepada orang lain. Itu sebabnya aku mengatakan hamdalah,” kata penjual manisan.
Princess Humayra mengucapkan terima kasih karena sudah memetik satau pelajaran dari penjual manisan itu.
“Alhamdulillah jika kau sudah mengerti. Sekarang, ayo ikut aku ke lapangan di utara. Di sana sedang ada perayaan. Pasti akan banyak pembeli dagangan kita,” ajak penjual manisan.
Mereka pun kemudian melanjutkan perjalanan ke lapangan utara.
Di lapangan utara Pincess Humayra langsung menjajakan dagangannya bersama penjual manisan. Dalam waktu tak berapa lama, dagangan mereka habis terjual.
“Alhamdulillah, dagangan ini habis lebih cepat dari yang aku perkirakan,” ucap penjual manisan.
“Sekarang bapak mau ke mana?” tanya Princess Humayra.
“Alhamdulillah aku ingin segera pulang. Anakku yang terkecil panas badannya pagi tadi. Aku ingin membawanya ke tabib tapi belum punya uang. Alhamdulillah
Princess Humayra minta izin mengikuti penjual manisan ke rumahnya. Penjual manisan itu tidak keberatan sama sekali.
Setelah berjalan agak jauh, Princess Humayra sampai juga di rumah penjual manisan yang sederhana. Dia tinggal bersama isterinya yang pembuat manisan, juga tiga anaknya.
Seisi rumah itu menyambut kedatangan Princess Humayra dengan ramah.
“Si bungsu tambah tinggi panasnya. Sebaiknya segera dibawa ke tabib,” lapor isteri penjual manisan.
Penjual manisan pun membawa anaknya ke tabib dengan menggendong karena tak punya kendaraan. Princess Humayra ikut mengantar
Untunglah pasien yang berobat tidak banyak, sehingga si bungsu bisa segera ditangani oleh si tabib.
“Aduuuuh! Sakiiiit! Aduuuh!”
Tiba-tiba terdengar suara jeritan orang kesakitan di sebuah tempat tidur. Princess Humayra melihatnya sebntar karena merasa mengenal suaranya. Oow! Ternyata wanita yang tidak jadi membeli roti dan manisan tadi siang.
“Kasihan wanita itu. Perutnya kesakitan karena terlalu banyak makan,” jelas si tabib tanpa diminta.
Penjual manisan pun kembali ke rumah dengan perasaan lega. Princess Humayra pun pamit karena harus segera pulang.
“Terimalah oleh-oleh dari kami ini,” kata isteri penjual m,anisan memberikan sekeranjang manisan.
“Alhamdulillah, semoga Allah membalas kebaikan keluarga ini,” ucap Princess Humayra menerimanya.
Begitu sampai di istana, Princess Humayra segera menyampaiakn peristiwa yang dialaminya kepada Baginda Raja Akbar.
“Alhamdulillah, puetriku telah mendapat pelajaran berharga hari ini,” kata Baginda Raja Akbar.
“Sebagai rasa syukur, aku ingin mengirim hadiah untuk penjual manisan itu,” ucap Princess Humayra.
Keesokan paginya keluarga penjual manisan terkejut ketika serombongan pegawai kerajaan mendatangi mereka. Selain perabotan baru, kerajaan juga menghadiahkan kereta kuda.
“Hadiah ini dari Princess Humayra yang menyamar sebagai penjual roti kemarin,” jelas pegawai yang mengantar.
Keluarga penjual manisan sangat terharu. Mereka terus mengucapkan hamdalah beulang-ulang sambil menitikkan air mata bahagia.
^-^
1 comment:
Alhamdulillah, saya diperkenankan untuk memberi komentar di blog ini. Ajaran moral dan agama yang akan saya terapkan pada diri saya sendiri dan menularkannya pada anak-anak didik saya. Terimakasih. Tulisan anda menarik untuk disimak. Salam kenal.
Post a Comment