Friday, December 11, 2009

Cernak, 13 Desember 2009


Tepat Waktu


Oleh Benny Rhamdani


“Dion, ayo kita berangkat! Lima menit lagi jam tiga. Kita kan janjian sama teman-teman ketemu jam tiga,” Farel mengingatkan temannya.


Dion masih asyik main game. “Sebentar lagi. Tanggung nih. Paling juga mereka datang telat,” katanya.


“Jalan ke lapangan futsalnya saja sudah sepuluh menit. Sebenarnya kita udah terlambat,” desak Farel yang sudah siap bermain futsal.


“Ah, kamu cerewet amat sih. Kalau mau pergi duluan, ya pergi saja sana. Lagian aku ini kan yang paling jago di tim futsal. Jadi yang lain nggak mungkin main kalau aku belum datang,” sewot Dion sambil tetap memainkan game sepak bola.


Akhirnya, Farel memutuskan pergi sendiri menemui teman-teman di lapangan futsal. Ternyata mereka sudah datang.


“Dion mana?” tanya Aga.


“Nanti nyusul. Masih asyik main game.”


“Ya, sudah. Kita pemanasan saja dulu,” kata Indra.


Empat anak itu kemudian melakukan pemanasan lebih dulu seperti yang diajarkan guru mereka. Setelah latihan, barulah mereka bermain futsal. Tapi belum seru karena belum ada Dion.


Tak berapa lama lima anak datang mendekati mereka. Lima anak ini masih teman-teman Farel dan kawan-kawan juga, hanya beda sekolah.


“Hai, kalian mau nggak tanding sama kami?” tanya salah satu dari mereka.


“Ya, mau saja. Tapi kami kurang satu pemain. Tunggu sebentar sampai Dion datang.”


“Kalau gitu kami pemanasan dulu.”


Lima anak itu melakukan pemanasan dulu. Setelah beberapa menit, barulah Dion muncul. Farel langsung mengatakan kepada Dion bahwa teman-temannya ngajak bertanding.


“Ayo, siapa takut?” ujar Dion. “Mari kita langsung tanding!”


“Kamu kan belum pemanasan. Pemanasan dulu saja,” saran Farel.


“Ah, nggak perlu. Aku tadi habis main game. Jadi sudah pemanasan,” timpal Dion malas.


Pertandingan pun segera dimulai. Dion langsung bergerak cepat. Dion memang pemain futsal yang hebat. Semua mengakuinya. Baru tiga menit saja bermain dia sudah mencetak gol. Tapi …


Mungkin karena tidak pemanasan dulu, tiba-tiba saat Dion menggiing bola, kakinya tiba-tiba kram. Dia langsung berguling-guling kesakitan. Teman-temannya langsung menolong Dion.


“Kamu sih nggak mau pemanasan dulu,” bisik Farel.


Tapi Dion tak menggubrisnya.


Keesokan harinya Farel kembali ke rumah Dion. Kali ini Farel ingin mengajak Dion nonton pertandingan futsal.


“Aku dapat tiketnya nih. Pemain futsal tingkat nasional lho,” kata Farel.


“Ya, aku mau ikut. Mainnya jam berapa?” tanya Dion.


“Empat. Masih dua jam lagi. Tapi kata ayahku, sebaiknya berangkat lebih awal karena macet dan penontonnya padat.”


“Tenang saja. Paling juga ngaret mulainya.” Dion malah asyik main game. Sampai setengah jam kemudian, Farel mulai gelisah. Di luar cuaca mendung.


“Ayo, kita berangkat. Sebentar lagi hujan,” kata Farel.


“Huh, dasar cerewet. Baik kita berangkat. Tapi aku ganti pakaian dulu.” Dion pun beranjak berganti pakaian. Rupanya Dion tiba-tiba sakit perut, akhirnya dia ke toilet dulu beberapa menit.


“Di luar udah hujan gede tuh!” kata Farel kesal begitu Dion keluar toilet.


“Tinggal pake jaket, apa susahnya sih?”


“Aku nggak mau. Hujannya gede sekali.”


“Huh dasar penakut! BIar aku saja yang pergi sendirian.” Dion membawa tiket dan pergi sendirian. Sementara Farel pulang ke rumahnya yang ada di seblah rumah Dion.


Ternyata Dion tak bisa tepat waktu sampai stadion futsal. Hujan besar membuat jalanan macet di mana-mana. Ketika sampai stadion tertutup itu, pertandingan sudah berakhir. Padahal Dion sudah basah-basahan.


Keesokan harinya Dion malah sakit flu berat. Saat Farel menjenguk, Dion berkata,” Mulai sekarang aku akan berusaha tepat waktu kalo janjian. Malah kalau bias lebih awal. Sudah dua kali aku sakit gara-gara menyepelekan waktu.”

^_^

No comments: