Gadis Futsal
Oleh Benny Rhamdani
Kiera mendatangi
lapangan itu lagi. Anak-anak lelaki sedang bermain futsal di depannya.
Tampak seru. Ketika salah satu anak menendang, bola keluar lapangan,
menghampiri kaki Kiera.
Kiera memungut bola itu. Seorang anak lelaki menghampirinya.
“Kemarikan
bolanya!” seru anak lelaki bernama Bidin itu. Dia sudah tiga kali
melihat anak perempuan itu mengamati mereka latihan futsal.
“Noleh aku bergabung bermain dengan kalian?” tanya Kiera.
Bidin malah tertawa. “Cepat sinikan bolanya! Futsal bukan untuk anak perempuan. Mendingan kamu nari balet atau main karet sana!” kata Bidin.
Kiera mendengus kesal. Bukannya menyerahkan bola itu, Kiera malah menendang sekras mungkin hingga bola itu makin jauh.
“Heh! Apa maksudmu menendang bola itu?” tanya Bidin.
“Ambil saja sendiri bolanya.” Kiera membaikan badannya.
“Heh, jangan pergi dulu!” Bidin menarik bahu Kiera.
“Apa sih?” Kiera menepis tangan Bidin. Matanya manatap tajam ke mata Bidin.
Beberapa anak lelaki menyusul Bidin karena Bidin terlalu lama mengambil bola.
“Ada
apa sih? Sudah, anak perempuan nggak usah dilawan!” kata Rifan.
Sepertinya dia anak yang paling disegani di antara anak-anak itu.
“Dia sih nyari gara-gara!” tunjuk Bidin.
“Enak aja! Aku kan Cuma ingin ikut bermain futsal!” sahut Kiera.
“Maaf,
bukannya kami tidak mau mengajakmu. Tapi tim kami sedang berlatih. Dua
bulan lagi akan ada pertandingan futsal. Sebagai juara bertahan, ya kami
harus latihan serius,” kata Rifan.
Kiera tidak membantah apa-apa lagi. Dia mundur perlahan lalu menjauh meninggalkan lapangan futsal itu.
“Heh tunggu!” teriak suara perempuan di belakang Kiera.
Kiera langsung nengok. Ternyata ada anak perempuan yang sebaya dengannya.
“Aku tadi melihatmu menendang bola mereka. Hebat sekali! Kamu suka main bola ya? Aku juga. Kenalkan namaku Dea.”
“Namaku
Kiera. Apa yang sedang kamu lakukan di sini?” tanya Kiera. Ia menduga
Dea adalah adik salah satu anak lelaki yang bertanding tadi.
“Aku sedang mengintip latihan Klub Galaksi. Ya, meereka itu!”
“Untuk apa?”
“Untuk mengalahkan mereka di pertandingan nanti.”
“Hah? Maksudmu…..”
“Ya, aku punya klub futsal juga. Namanya Futsaluv. Kami beranggota lima
orang. Anak perempuan semua. Sebenarnya, kami akan senang jika tim kami
bertambah. Jadi kalau bertanding akan ada pemain cadangan kalau pemain
utama kecapaian,” kata Dea.
Kiera terbelalak. Ia kagum karena baru pertama kali mendengar ada tim futsal anak perempuan.
“Kamu mau bergabung dengan kami?” ajak Dea.
“Ya, tentu saja. Kapan kalian latihan?” tanya Kiera.
“Besok
sore. Tempatnya tidak di sini. Kami punya tempat latihan khusus. Kalau
kamu mau ikut, biar aku nanti yang menjemputmu. Rumahmu di mana?”
“Pasirjati 55.”
“Oh iya, aku tahu daerah itu. Besok aku jemput ya.”
Mereka kemudian berpisah.
Esok
sorenya Kiera dijemput. Bukan hanya oleh Dea. Tapi juga Jovita, Mutya,
Lia dan Flo. Senangnya Kiera bisa bertemu dengan teman-teman yang suka
menendang bola, bukan menari balet.
Ternyata tempat latihan mereka di sebuah gudang tua. Lumayan luas.
“Kalau mau menang kita harus punya pelath,” kata Kiera.
“Kami sudah punya. Sebentar lagi juga dia dating,” kata Flo.
Benar saja, tak lama kemudian datang seorang lelaki. Tapi … lho kok dia memakai kruk? Jalannya terpincang-pincang pula.
“Ssst, jangan pandang remeh dia. Yang aku tahu, dia adalah pelatih terbaik futsal,” bisik Jovita.
Dea
mengenalkan Kiera kepada pelatih bernama Om Pasha itu. Kiera akhirnya
ingat nama itu. Ya, bukankan Pasha adalah atlet sepakbola terkenal yang
kemudian berhenti menjadi pemain sepakbola setelah kecelakaan lalu
lintas tahu lalu. Kiera tadi tidak mengenainya karena m Pasha terlihat
lusuh. Wajahnya berewkan tidak seperti dulu yang pernah ia lihat di
Koran.
Mereka kemudian berlatih. Om Pasha ternyata benar-benar pelatih yang handal. Kiera terus berlatih serius karena tak mengecewakan teman-teman barunya.
Minggu
demi minggu berlalu, pendaftran lomba futsal pun dibuka. Kiera dan Dea
mendaftarkan klub mereka ke panitia. Ternyata panitai malah
menertawakan.
“Apa? Kalian mau ikut futsa? Anak perempuan semua? Hahahahaha!”
Kiera
dan Dea kesal. Untung kemudian di belakang mereka muncul Om Pasha.
Melihat sosok pemain sepakbola terkenal itu, panitia jadi terdiam.
“Biarkan mereka ikut!” kata Om Pasha.
Panitia pun menerima pendaftraan tim Futsaluv. Memang tidak ada peraturan melarang anak perempuan main futsal.
Kompetisi
pun bergulir. Dari pertandinga satu ke pertandingan lainnya tim
Futsaluv terus emmenangkan pertandingan. Dari yang semula dicemooh
penonton, jadi tim yang selalu ditunggu-tunggu penampilannya. Dari yang
semula dianggap remeh, jadi dianggap tim yang paling ditakuti. Bayangkan
sayja, ada satu tim yang dihajar habis-habisan 10-0. Dan delapan gol
berkat tendangan geledek dari kaki kiera. Ya, kiera jadi bintang
lapangannya.
Akhirnya tim Futsaluv masuk ke final. Lawannya tim pemenang tahun lalu. Galaksi!
Kiera makin bersemangat bertanding. Dia ingin membuktikan kepada anak-anak lelaki itu bahwa mereka salah telah meremehkannya.
Pertandingan
berjalan seru. Tim Galaksi terbilang kompak. Jadi agak susah menembus
pertahanan mereka. Tapi akhirnya Kiera menemukan celah. Ya, setiap bola
berada di kaki Bidin, Kiera dengan mudah merebutnya dan menendang ke
gawang Galaksi. Tapi rupanya Rifan pun sangat lihai. Dia juga banyak
memasukkan gol ke gawang Futsaluv.
Semenit menjelang pertandingan usai, kedudukan angka adalah 5-5.
Akhirnya
…. Kiera berhasil memasukan bola di detik terakhir. Tim Futaluv pun
menang! Rifan yang tertunduk lesu segera menyalami kiera dan memberi
selamat.
Tim ini kemudian jadi terkenal. Bahkan masuk teve dan media cetak.
Nah, apakah kalian ingin bertanding juga dengan tim Futsaluv?