Sepatu Baru Princess Laura
Princess laura selalu ingin tampil menawan. Terutama dengan sepatu yang digunakannya. Dia mengganti sepatunya hampir satu jam sekali. Bahkan tak jarang dia menghabiskan waktyunya hanya untuk memilih sepatu yang akan digunakannya.
Suatu hari dua penipu datang ke kota. Mereka menyatakan bisa membuat sepatu terbaik dari yang pernah dibayangkan manusia. Warna dan pola, kata mereka, tidak hanya sangat indah, tapi sangat istimewa.
Princess Laura mendengar juga kabar itu. “Aku harus memiliki sepatu yang indah dari mereka,” pikir Princess Laura.
Tanpa
membuang waktu, Princess Laura meminta dua orang itu membuatkan sepatu
khusus untuknya. Princess Laura menyediakan sebuah ruangan khusus di
dekat istana. Dia memberikan segala jenis bahan sepatu yang mewah, juga aneka hiasan pemata untuk sepatu. Bahkan perkakas tukang sepatu pun disediakan.
Dua penipu itu kemudian membawa semua pemberian itu. Mereka hanya bekerja pada malam hari. Tentu saja Princess Laura jadi ingin tahu.
"Aku ingin tahu bagaimana mereka membuat sepatuku," kata
Princess Laura dalam hati. Tapi ia malu mengendap-endap. Apalagi dua
penipu itu telah mengajukan syarat agar mereka tidak diganggu selama
seminggu mengerjakan sepatu pesanan Princess Laura.
"Aku akan mengirimkan menteriku yang paling jujur saja," pikir Princess Laura.
Pak Chandra, menteri yang dipilih pun pergi ke ruangan tempat penipu duduk di depan perkakas pembuat sepatu.
Dia membuka mata lebar-lebar.
"Aku tidak bisa melihat apa-apa," tapi dia tidak berkata begitu.
“Ah, sayang sekali. Sepatu ini hanya bisa dilihat orang yang pintar. Orang bodoh tidak bisa melihatnya,” kata dua penipu.
“Oh… aku melihatnya,” kata Pak Chandra.
“Syukurlah.
Berarti bapak orang yang pintar. Lihatlah permata di sepatu ini, indah,
kan? Princess Laura pasti akan menyukainya,” kata dua penipu.
Pak Chandra hanya menganggukkan kepalanya. Dia kemudian melaporkan kepada Princess laura.
“Sepatunya sangat indah. Tapi percayalah, hanya orang-orang pandai yang bisa melihatnya,” kata Pak Chandra.
Princess
laura percaya kepada Pak Chandra. Lima ari kemudian waktu yang
diberikan oleh Princess Laura usai. Princess laura mendatangi ruang
kerja dua penipu. Dan dia tidak elihat apa-apa di atas meja.
“Lihat, sepatunya indah kan?” tunjuk dua penipu.
“Ya… iya… indah sekali,” kata Princess laura. Dia tidak ingin disebut bodoh karena tidak bisa melihat sepatu itu.
Dua
penipu itu berjalan ke meja, lalu seolah mengambil sepatu. Seorang
memasangkan sepatu ke kaki kiri, seorang lagi ke kaki kanan.
“Aku ingin memperlihatkannya kepada Baginda Raja,” kata Princess Laura. “Tapi aku ingin memamerkannya kepada rakyatku dulu.”
Princess
Laura pun berjalan seolah memakai sepatu yang indah. Semua yang melihat
semula merasa bingung. Tapi kemudian mereka pura-pura kagum dengan
sepatu yang dipakai Princess Laura.
Princess
laura kemudian menaiki kereta kencana. Dia minta diantar ke alun-alun.
Tiba di alun-alun dia turun dari kereta kencana dan berjalan
mengelilingi alun-alun dengan nyeker alias tanpa alas kaki. Seagian
rakyat kebingungan ada juga yang menahan geli. Baru kali ini mereka
melihat Princess Laura tak bersepatu.
“Wuah, lihat, Princess Laura tak memamerkan sepatunya lagi.Aku kagum padanya. Ayo kita beri dia tepuk tangan!” teriak seseorang.
Akhirnya semua rakyat bertepuk tangan. Princess laura mengira semua rakyat kagum dngan sepatunya.
Setelah
puas berjhalan di alun-alun, ia kembali ke istana. Dia menemui baginda
Raja. Melihat kaki Princess yang kotor tanpa alas kaki, Baginda Raja
tertawa.
“Kenapa kau tidak memakai sepatu, Princess?” tanya Baginda Raja.
“Aku
memakainya. Apakah Baginda tidak melihatnya. Kata pembuatnya, sepauku
hanya bisa dilihat orang yang pandai,” kata Princess Laura.
“Tidak ada sepatu seperti itu. Kau pasti tertipu,” kata Baginda Raja.
Princess
Laura marah. Dia menyuruh pengawal membawa dua penipu itu. Tak lama
kemudian dua penipu itu diserahkan. Namun Baginda Raja justru memaafan
dua penipu itu.
“Princess
Laura, kita harus berterimakasih kepada mereka. Karena merekalah
Princess laura mestinya menyadari bahwa sepatu bukanlah segalanya.
Rakyat mencintaimu bukan karena sepatumu, aku pun demikian,” kata
Baginda Raja.
Princess
Laura tersipu malu. Dia akhirnya mengurangi kebiasaannya berganti-ganti
sepatu setiap jam. Dia masih mengoleksi sepatu, tapi jumlahnya jauh
lebih kurang dari sebelumnya.
No comments:
Post a Comment