Lo Sun
Pada zaman dahulu kala, ada seorang anak buta bernama Lo Sun. Ia tinggal bersama ayahnya di sebuah gubuk tua. Saat Lo Sun berusia lima tahun, ayahnya mengusirnya. Sebab, ia sudah tak sanggup membiayai hidup Lo Sun.
"Kau pergi saja mengemis. Nanti, akan banyak orang memberi sedekah. Mereka pasti kasihan padamu karena kau buta," begitu sang ayah mengusir Lo Sun.
Lo Sun meninggalkan rumah tanpa bekal apa pun. Ia ditemani Fan, anjingnya yang pandai dan setia. Mereka pergi ke kota dan mencari nafkah dengan meminta-minta. Lo Sun berjalan memakai tongkat dan Fan menjadi penunjuk jalan.
Lima tahun sudah Lo Sun hidup dari belas kasihan orang lain. Suatu malam, Fan menuntun majikannya ke sebatang pohon berdaun lebat di tepi jalan. Setelah lahap makan, Lo Sun tertidur di bawah pohon itu.
Dalam tidurnya, Lo Sun bermimpi seorang peri datang dan berbicara lembut padanya, "Lo Sun, apa kau dapat melihatku?"
La Sun menjawab sedih, "Tidak bisa, aku buta."
"Kasihan, tapi jangan sedih. Kau tahu, kau bisa menolong dirimu sendiri. Aku hanya membantu. Kalau kau berbuat baik maka secercah cahaya kecil akan memasuki matamu. Semakin banyak kau beramal kebaikan, semakin bertambah baik penglihatanmu. Tapi ingat, apabila kau berbuat buruk, sinar itu akan meredup dan kau akan kembali buta," kata peri.
Suara itu hilang dan Lo Sun terbangun. "Fan, bantulah aku agar bisa melihat lagi," kata Lo Sun yang disambut gonggongan anjingnya.
Mereka berjalan bersama menelusuri jalan-jalan di kota. Tanpa disadari, mereka melintas di depan seorang pengemis tua buta dan lumpuh di tepi jalan. Pengemis itu berkata, "Kasihani aku. Aku seorang pengemis buta."
Lo Sun menjawab, "Tapi, aku juga buta, Kek. Aku juga pengemis, seperti Kakek."
"Tapi, kau lebih beruntung," sahut pengemis tua.
"Kau masih bisa berjalan. Tapi, aku lumpuh," kata pengemis itu lagi.
"Oh, ya," pekik Lo Sun. Ia segera memberi si kakek sekeping uang receh. Itu satu-satunya uang yang dimilikinya. Pengemis tua pun mengucapkan terima kasih.
Tiba-tiba, Lo Sun merasakan secercah cahaya melintas di depan matanya. Dunia tampak sedikit terang. Ia sudah tidak buta total.
Sejak saat itu, Lo Sun selalu berbuat baik dan matanya semakin terang dan mulai bisa melihat. Suatu hari, Lo Sun dan Fan sedang duduk di pinggir sungai. Tiba-tiba, terdengar suara orang meminta tolong.
Samar-samar Lo Sun melihat seorang laki-laki terbawa arus deras sungai. Lo Sun ingat, Fan pandai berenang. "Fan! Selamatkan lelaki yang tenggelam itu!" kata Lo Sun.
Lo Sun hanya bisa diam dan berdoa. Sementara, Fan yang menolong laki-laki itu.
Akhirnya, terdengar suara si Lelaki naik ke tepian dan merebahkan tubuhnya di tepi sungai. Lo Sun bertanya, "Apakah Anda baik-baik saja? Di mana anjingku?"
Lelaki itu berkata pelan, "Menyesal sekali, anjingmu terseret arus. Aku telah berusaha menariknya, tapi kami berdua sama-sama lemah."
Lo Sun menangis meraung-raung. "Fan, apa yang bisa kulakukan tanpa kau di sampingku? Kau satu-satunya sahabatku," teriak Lo Sun.
Lelaki yang ditolong Fan mencoba menenangkan Lo Sun, "Jangan menangis! Pulanglah pada ayahmu. Aku yakin dia akan membelikanmu anjing lain."
"Aku tak punya rumah. Ayah mengusirku lima tahun lalu," jawab Lo Sun.
Lelaki itu turut menangis, "Angkatlah wajahmu, Nak," katanya.
Lo Sun menengadah dan memandangi laki-laki itu. Ternyata, ia dapat melihat wajah lelaki itu. Matanya tidak buta lagi. Perbuatan baiknya yang terakhir telah menyembuhkan kebutaannya.
Lelaki itu bicara dengan suara pelan, "Apakah namamu Lo Sun?"
"Ya, benar. Darimana Anda tahu?"
"Lo Sun, anakku. Maafkan aku," ujar laki-laki itu sambil menangis.
"Aku ayahmu. Aku telah berlaku kejam kepadamu. Pulanglah bersamaku!" katanya menyesal.
Lo Sun marah. Laki-laki di depannya ternyata ayahnya yang telah membuat hidupnya sengsara. Tapi, Lo Sun kemudian sadar, "Aku maafkan, Ayah. Aku akan pulang bersama Ayah."
Keduanya pun pulang dan hidup bahagia selamanya. Ayah Lo Sun membelikannya anjing baru yang diberi nama Min.
No comments:
Post a Comment