H.C Andersen, si Raja Dongeng Dunia
Pernah dengar atau tak asing lagi dengan dongeng “The Little Mermaid” yang bercerita tentang putri duyung yang jatuh cinta dengan seorang pangeran? Atau “The Little Match Girl” yang mengisahkan gadis penjual korek api? Rupanya, semua dongeng itu merupakan ciptaan dari Hans Christian Andersen, atau disingkat H.C. Andersen. Dia bisa dibilang merupakan Bapak Dongeng Dunia, karena setelah peninggalannya, masih banyak pembuat dongeng anak-anak lainnya yang menggunakan gaya yang sama dengannya. Dilansir jadiBerita dari berbagai sumber, berikut adalah kisah hidup Andersen.
Hans Christian Andersen dilahirkan di Odense, Denmark, pada 2 April 1805. Lingkungan tempat tinggalnya adalah kawasan kumuh di Denmark bagian selatan. Ayah Andersen adalah pembuat sepatu yang buta huruf, sedangkan ibundanya bekerja sebagai buruh cuci. Sang ibu selalu mendongeng untuknya setiap menjelang tidur. Sedangkan dari ayahnya, Andersen memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra. Pengalaman sastrawi Andersen semakin bertambah berkat sang ayah yang kerap mengajaknya menonton pertunjukan sandiwara.
Meskipun tidak pernah merasakan bangku sekolah, Andersen punya daya imajinasi yang tinggi. Semua itu tentunya berkat ayah dan ibunya yang mengenalkan banyak dongeng kepadanya sejak dini. Setelah orang tuanya wafat, Andersen mencoba bertahan hidup dengan bekerja apa saja. Ia pernah bekerja di pabrik rokok, magang pada seorang penjahit, dan cukup lama menjadi buruh. Meskipun demikian, dalam hati kecil Andersen masih memendam cita – cita ingin berkiprah di dunia seni. Pada 1819, Andersen mencari peruntungan ke Kopenhagen, ibu kota Denmark, dan berharap impiannya terwujud.
Ia harus bersusah payah dahulu sebelum kemudian bisa bergabung dengan grup sandiwara Royal Danish Theatre sebagai pemain sekaligus penyanyi. Namun, ia tak bisa berlama-lama menikmati perannya itu karena perubahan suaranya akibat masa puber di mana Andersen mulai beranjak dewasa. Sempat menjadi penyair, Andersen kemudian mencoba menulis naskah sandiwara, namun tidak ada orang yang mau memakai karyanya. Salah satu karya perdananya adalah “The Ghost at Palnatoke’s Grave” yang diciptakannya pada 1822.
Nasib Andersen berubah ketika ia bertemu dengan Raja Denmark, Frederik VI. Sang raja pernah menyaksikan aksi teatrikal Andersen dan ternyata terkesan. Merasa anak muda ini memiliki bakat, sang raja kemudian menyekolahkan Andersen ke sekolah bahasa di Slagelse dan Elsinore. Setelah lulus pada 1827, salah seorang petinggi Royal Danish Theatre bersedia mendanai kuliahnya. Andersen kemudian melanjutkan studi ke Universitas Kopenhagen. Sembari kuliah, Andersen tetap berkaya, salah satu hasil ciptaanya adalah kisah perjalanan dengan judul “Fodreise fra Holmens Kanal Til Ostpynten of Amager” yang dibuatnya pada 1828 dan memperoleh sambutan yang menggembirakan.
Sejak itu, nama Andersen semakin terangkat dan berbagai karyanya pun mulai laku. Salah satu puisinya yang berjudul “The Dying Child” diterbitkan oleh Journal Sastra di Kopenhagen. Naskah drama Andersen pun mulai sering dipentaskan. Tokoh sastra yang menjadi inspirasi Andersen antara lain adalah ETA Hoffmann, seorang penulis roman dari Jerman, dan sastrawan terkemuka asal Inggris, William Shakespeare.
Setelah lulus kuliah, Andersen memperoleh tawaran dari Raja Denmark berkeliling dunia untuk menambah wawasannya. Andersen tentunya menerima tawaran itu dan segera memulai perjalannya. Negara-negara yang pernah ia sambangi antara lain adalah Jerman, Prancis, Swedia, Spanyol, Portugal, Italia, hingga ke Timur Tengah. Petualangan yang melahirkan banyak kisah itu berakhir pada 1833. Pada 1840 sampai 1857, Andersen kembali melakukan perjalanan ke beberapa negara Eropa, Turki, bahkan ke negara-negara Afrika.
Andersen semakin produktif menghasilkan karya. Meskipun hampir semua novelnya memperoleh apresiasi yang luar biasa, Andersen justru lebih kondang sebagai penulis dongeng. Ia menerbitkan cerita anak-anak “Tales for Children” pada 1835, kemudian kumpulan kisah dengan judul “Fairy Tales and Story” yang penulisannya dimulai pada 1836. Popularitas Andersen sebagai pakarnya dongeng dunia tak pelak kian meledak.
Karya-karya Andersen, terutama cerita dongengnya, memuat pesan moral yang luhur. Banyak sekali karya Andersen yang sudah diterjemahkan ke lebih dari 147 bahasa di dunia. Pengaruh Andersen bagi perkembangan sastra, khususnya sastra anak, di dunia sangat besar. Banyak penulis di era-era selanjutnya yang meneladani sosok Andersen. Pada 4 Agustus 1874, Hans Christian Andersen wafat karena sakit. Jenazahnya dikebumikan secara khusus di Kopenhagen.
No comments:
Post a Comment