Pesan dari Bunda
oleh Benny Rhamdani
“Bagaimana kalau hape itu hilang?”
Yuka melihat hape di tangannya. Benda mungil hadiah Paman Ken kemarin sore. Dia ingin sekali membawa ke sekolah. Biar Aime dan kawan-kawan tahu, dia juga bisa punya handphone canggih.
“Nggak akan hilang kok, Bunda. Yuka janji akan menjaganya,” ucap Yuka dengan muka sememelas mungkin.
Bunda tak berdaya melihat wajah merajuk Yuka. “Bawalah. Tapi saat jam pelajaran dimatikan hapenya. Nanti jam istirahat telepon Bunda, biar bunda yakin hape itu tidak kamu hilangkan,” kata Bunda.
Yuka ingin bersorak girang sambil meloncat ke atas genteng. Hehehe, tapi tidak mungkinlah. Dia kan harus buru-buru ke sekolah. Keinginannya saat ini adalah pamer di pagi hari di depan Aime dan kawan-kawannya.
“Hai, Aime. Sekarang aku punya hape yang keren. Bisa musik, film, bikin video, nulis di blog, chating,” cerocos Yuka ketika di depan kelas melihat Aimee. Dia mengipas-ngipas hape barunya perlahan.
Aime yang tengah berdiri bersama Orin, Tami dan Cika langsung tertawa cekikikkan. “Itu sih hape kuno. Hapeku tuh bisa buat mengetahui gempa satu jam sebelumnya, juga buat pewangi,” kata Aime sambil mengacungkan hape terbarunya.
Yuka menalan ludah. Uuh, niatnya mau pamer, malah jadi kayak orang kampung ketinggalan jaman. Hapenya dia matikan dan disimpan di dalam tas. Harusnya, dia minta Paman Ken membelikan hape yang bisa memotret hantu. Pasti seisi kelas akan heboh.
Yuka baru kembali teringat hape itu saat jam belajar berakhir. Ia bahkan tadi tidak menyalakan hape saat istirahat. Buru-buru Yuka menyalakan hape. Dia kan harus segera menghubungi Bunda agar Bunda tahu hapenya masih baik-baik saja.
Satu pesan masuk terpampang di layar hape. Yuka buru-buru membacanya.
Pulang sekolah langsung ke rumah ya. Bunda tadi telepon. Tapi tidak aktif. Lupa dinyalakan pas istirahat ya?
Yuka segera membalasnya.
Sekolah bubaran. Yuka baru hidupin hape. Bunda pulangnya jangan terlalu malam ya.
Tidak ada jawaban dari Bunda. Mungkin Bunda sedang shalat atau sedang rapat di kantornya.
Yuka turun dari angkot tepat di depan pintu pagar rumahnya. Suasana sepi langsung menyambutnya. Sejak Ayah meninggal setahun lalu, Bunda tak lagi menyapanya di depan pintu karena bekerja.
Tiba-tiba hape Yuka bersuara. Tanda SMS masuk. Ternyata SMS dari Bunda. Yuka membaca pesan yang masuk.
Bunda mnta tman Bunda mengmbil laptop n tv. Sbntar lg smpai di rmh. Bunda mo tukar dgn yg bru.
Yuka segera membalasnya.
Oke, Bunda.
Pesan itu dikirimkan ke hape Bunda. Tapi yang membaca pesan itu bukan Bunda, tapi seorang pria berkumis.
Ketika jam istirahat kerja, Bunda seperti biasa bersama teman-temannya pergi ke kantin untuk makan siang. Tapi hape Bunda terjatuh tak sengaja. Hape itu kemudian dipungut petugas kebersihan bernama Bang Gio. Dia kemudian segera memberi tahu temannya bernama Bang Heru. Mereka akhirnya berkomplot merencanakan penipuan untuk menguras harta Bunda.
Bang Gio tahu di mana rumah Bunda karena pernah diminta mengantar barang. Bang Heru yang berkumis kemudian membawa sebuah mobil pengangkut barang ke tempat tinggal Yuka. Dia membuka pintu pagar perlahan.
“Selamat siang. Saya diminta mengambil laptop dan teve,” kata Bang Heru begitu melihat Yuka membuka pintu.
“Oh, iya tadi Bunda sudah SMS. Silakan masuk. Ambil saja,” kata Yuka.
Bang Heru tersenyum senang. Ternyata begitu mudah menipu seorang anak. Dia pun mengangkut laptop yang tergeletak di meja kerja di ruang tengah. Berikutnya teve dari ruang tengah pula. Tapi saat hendak masuk ke balik kemudi, tiba-tiba datang dua mobil polisi menghadang mobil Bang Heru. Empat petugas polisi langsung meringkus Bang Heru.
“Kamu tidak apa-apa, Yuka?” tanya seorang polisi.
“Tidak apa-apa, Paman Ken. Berkat petunjuk Paman Ken di telepon tadi, Yuka harus bersikap seolah-olah tidak curiga sma orang berkumis itu,” jawab Yuka.
Ya, setelah membaca SMS tadi, Yuka langsung menghubungi Paman Ken yang inspektur polisi. Dia merasa janggal dengan SMS yang diterimanya. Bunda tidak pernah menyingkat pesan yang dikirimnya. Semua kata pasti diketik sempurna.
Paman Ken kemudian menghubungi Bunda. Ternyata Bunda melaporkan hapenya yang hilang. Paman Ken langsung mencurigai SMS yang diterima Yuka.
“Untung aku selalu ingat kebiasaan baik Bunda yang tidak pernah mengirim pesan disingkat setiap katanya,” kata Yuka dalam hati.
^-^
No comments:
Post a Comment