Friday, October 01, 2010

CERNAK, 3 Oktober 2010


Di Mana Dompet Ibu?


Sabtu pagi Ibu datang ke lantai atas untuk melihat Abby di kamarnya. Begitu banyak buku berantakan di lantai sehingga Ibu hanya bisa terpaku di pintu. Abby duduk di tengah-tengah semua membaca buku.

"Duh, berantakan sekali," kata Ibu. "Kamu harus merapikan ini."

"Kenapa?" tanya Abby.

"Kenapa?" Ibu mengulang. "Kalau dibiarkan berantakan begini, nanti buku kamu cepat rusak dan susah mencarinya. Ayo, rapikan sekarang."

"Aku lagi asyik membaca," kata Abby, "Mau nggak Ibu membantu?"

"Ibu juga lagi sibuk. Pokoknya, kalau dirapikan sekarang, Inu akan memberikan uang jajan ekstra," janji Ibu.

Abby langsung merapikan kamarnya.


"
Ibu senang kamu merapikannya. Lihat, kamarmu jadi luas kalau tidak berantakan ," kata Ibu.

"Bisakah aku
mendapatka uang ekstra sekarang?" tanya Abby.

"Baiklah.
Ambil di dompet di dalam laci dapur."

Abby pergi ke
dapur dan membuka laci lemarinya. Dia mencari dompet.

"
Ada nggak?" tanya Ibu.

Abby menggeleng.

"
Sembunyi di bagian bawah," kata Mum. "Mari kita cari."

Ibu menarik laci itu dan membawanya ke meja. Abby berlutut di kursi melihat ke dalam. Ada banyak hal yang membosankan seperti stapler, tapi ada banyak hal menarik juga.

"Apa ini?" Abby bertanya
sambil memegang botol plastik penuh cairan merah.

Ibu tertawa.


"
Darah palsu, bekas drama bertahun lalu. Ayah membawa itu untuk pentas dramamu di sekolah dulu. Ingat?"

"
Aku tidak ingat itu."

Abby terus melihat melalui laci. Dia menemukan gigi vampir, cat wajah putih, kuku
plastik penyihir dan gel rambut. Ibu mengeluarkan sebuah bando rambut berkilauan. Dia menaruhnya di atas kepala. Abby menemukan beberapa ikat rambut gemerlapan agar sesuai dengan bando rambut.


"Aku ingat ini," kata Abby sambil mengeluarkan kantong plastik. "Ini adalah dari
perlatan bajak laut." Di dalamnya ada kumis, hitam palsu dan beberapa anting-anting emas besar.

Abby menempelkan kumis palsu di atas bibir Ibu. Abby kemudian mengambil kuas cat di laci dan mengecat bekas luka di pipinya dengan darah palsu. Ibu memakai anting-anting bajak laut.

"Ayo sini," kata
Ibu mengoles cat putih ke seluruh wajah Abby. Ibu meneteskan darah palsu sehingga tampak seperti menetes dari mata dan mulut Abby. Ibu juga memberi gel rambut, membuat rambut Abby berdiri .

Abby memasang gigi vampir dan kuku penyihir. Dia membuat suara-suara menakutkan.

"
Avahc Inich?" Abby bertanya. Sulit untuk berbicara melalui gigi vampir.

"Ini bantal
kaget," kata Mum. "Kamu bisa meniupnya dan duduk di atasnya sampai terdengar suara kentut." Ibu meniup itu dan memberikannya kepada Abby.

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu belakang. Sebuah suara memanggil. "Hal
o, aku masuk ya…"

Itu adalah tetangga usil mereka,
Ibu Hilda. Dia selalu mengganggu dan mengeluh.

Ibu Hilda masuk ke dapur. Mulutnya ternganga. "Aku hanya ingin minta penjelasan tentang pagar yang jatuh kei sisi saya.."

Pada saat itu Abby duduk di bantal
kaget dan mengeluarkan bunyi mengagetkan. Woki, kucing Abby, langsung melompat dari tempat duduknya dan lari.

"
Aduh!" jerit Bu Hilda kaget dan bergegas keluar rumah.

Abby dan Mum tertawa terbahak-bahak sampai kumis
Ibu dan gigi vampir Abby putus.

Abby duduk di
lutut Ibu. "Sangat menyenangkan melakukan ini bersama-sama," katanya.

"
Tapi dompet Ibu belum ketemu,” kata Abby.

“Sepertinya Ibu lupa menyimpannya. Lihatlah dapur ini. Berantakan sekali. Ibu belum sempat merapikannya,” kata Ibu.

“Kalo begitu Abby bantu ya,” Abby menawarkan kebaikan.

“Boleh,” kata Ibu.

Mereka kemudian merapikan dapur bersama. Sungguh menyangkan karena Ibu kemudian menemukan beberapa benda yang hilang. Termasuk dompetnya.

Setelah rapi, Ibu mengucapkan terima kasih.

“Karena aku sudah membantu, sekarang Ibu membantu Abby merapikan kamar,” kata Abby.

“Lho, bukankah sudah kamu rapikan?”

Abby menarik Ibu ke kamarnya. Dia menunjuk kolong tempat tidurnya. Olalala, di kolong tempat tidur, bermacam benda milik Abby ditumpuk tak karuan.

Ibu tertawa. Tapi Ibu mau merapikan kamar Abby bersama Abby kok. Tanpa uang saku ekstra.

^-^

No comments: