Belajar Mengenal Emosi Yuk!
Apa sih emosi itu? Emosi adalah apa yang dirasakan seperti rasa marah, takut, sedih, gembira, terharu, dan lainnya. Kita-kita seperti juga orang dewasa juga mengalami perasaan tersebut. Emosi kemudian keluar dalam bentuk ekspresi seperti murung, rewel, nangis, diam saja, agresi, banting-banting barang … hehehe.
Orang tua kita lebih sering bereaksi terhadap ekspresi tampilan emosi, jarang langsung pada emosinya. Hal ini disebabkan karena memang emosi adalah sesuatu yang tidak terlihat sehingga sulit untuk dimengerti, selain itu perbendaharaan kata kita yang masih terbatas membuat mereka sulit untuk menjelaskan perasaannya.
Lalu kenapa ada kita yang sangat cuek dan ada yang sangat peka dengan perasaannya? Hal ini banyak disebabkan oleh pembawaan kita itu sendiri. Ada kita yang sejak bayi memang sudah sangat sensitif. Biasanya ini terlihat dari fisiknya yang juga menjadi sangat sensitif; kalau sakit sangat rewel dan lama, mudah mual, pusing, gatal-gatal, sangat peka terhadap label, renda atau kerah baju, dan lain-lain.
Mirip orang dewasa
Emosi kita mirip dengan orang dewasa, tapi cara berpikir kita dan orang dewasa berbeda. Kita menafsirkan peristiwa yang terjadi disekelilingnya dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa.
* Kita belum mampu melihat hubungan sebab akibat dari kejadian yang terjadi di luar dirinya; misalnya kalau ibu mendiamkan kita yang telah melakukan kesalahan (ditanya kitanya diam saja,dengan maksud menghukum) padahal si kita belum dapat mengkaitkan diamnya si ibu dengan kesalahan yang ia lakukan, sehingga ia mengambil kesimpulan yang salah, bahwa si ibu tidak suka kepada dia, dan menjadi luka di hati
* Kita menganggap bila sesuatu yang buruk terjadi, hal itu merupakan hukuman atas kesalahannya. Hal ini seringkali terjadi sebagai akibat dari pola pengasuhan yang suka mengancam atau menakut-nakuti kita supaya menurut. Misalnya kalimat yang sering terlontar untuk membuat kita menurut "awas ya, kalau nakal nanti mama pergi!" saat si memang harus pergi lama, si kita mengira itu adalah karena kesalahannya. Kita jadi banyak menyalahkan dirinya kalau ada yang sakit atau ada barang yang rusak, dan perasaan-perasaan bersalah ini sangat tidak sehat.
* Kita masih sulit membedakan antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain. Misalnya kita sering kali minta dibelikan mainan, sementara orang tua merasa mainan seperti itu sudah punya banyak, untuk apa beli lagi. Padahal buat kita, mengoleksi sesuatu adalah menyenangkan, menimbulkan perasaan tertentu dimana pemenuhannya memberi kepuasan, dan tidak dinilai dari harganya. Misalnya koleksi sticker, pinsil, atau benda2 kecil lainnya.
Selain cara berpikir yang berbeda, ada juga hal-hal lain yang secara umum berpengaruh terhadap tampilan emosi kita yang khas
* Kita banyak dibentuk menurut budaya yang berlaku, mereka diharapkan untuk belajar menampilkan emosi secara lebih terkendali, sehingga menurut hasil beberapa penelitian secara umum kita laki-laki itu menjadi lebih mudah marah, lebih jarang nangis, tidur lebih sedikit daripada kita perempuan, dan kurang memperhatikan kehadiran orang dewasa dekat mereka.
* Kita yang dilalaikan (kurang diterima/ kehadirannya dirasakan sebagai beban oleh orang tua) secara umum menunjukkan ciri-ciri: jarang menunjukkan rasa senang, jarang ingin bermain dengan alat-alat permainan/sangat menolak atau sangat terikat pada satu mainan/benda khusus (karena sebenarnya kebutuhannya yang utama adalah kebutuhan untuk diterima, disayang, disentuh), tidak terlalu peduli ribut atau takut kalau ditinggal ibunya (karena merasa keberadaannya tidak berarti bagi ibunya), terlihat lebih sedih, ekspresinya lebih datar daripada kita yang kehadirannya diterima dan berarti bagi orang tuanya (karena pengasuhan dilakukan secara 'datar' tanpa ekspresi, sehingga kita tidak belajar berekspresi)
Kita perlu belajar untuk:
* mengerti perbedaan antara mengalami perasaan dengan mengekspresikannya supaya bisa bertingkah laku terkendali
* menyadari perasaan-perasaan negatifnya
* mengendalikan tingkah laku negatifnya akibat perasaan negatifnya
* mencari jalan keluar dari perasaan negatifnya, misalnya dengan membicarakannya dengan orang tua atau orang lain, belajar mengekspresikannya secara visual (menuliskan atau menggambarkannya)
Nah, sekarang kalian mengerti soal emosi, kan?
(ben)
No comments:
Post a Comment