Friday, January 06, 2012
CERNAK, 8 Januari 2012
Payung Biru Ajaib
oleh Benny Ramdani
Tika menemukannya di gudang nenek tadi pagi. Sebuah payung berwarna biru. Bentuknya seperti kebanyakan payung tua. Memiliki pegangan yang melengkung dan tidak bisa dipendekan ketika dilipat. Tika tetap mengambilnya.
Sore ini Tika berencana jalan-jalan mengitari lembah sekitar rumah Nenek. Dia tak mau menghabiskan waktu liburannya hanya dengan berdiam di kamar dan menghabiskan kue buatan Nenek.
"Nenek, aku pinjam payung biru ini ya. Aku mau jalan-jalan sekarang," kata Tika sambil mendekati nenek yang tengah memasak pastel.
"Oh ... payung itu," Nenek kaget. "Ya, tapi jangan jauh-jauh. Pakai payung itu jika hujan saja."
"Iya, Nek." Tika kemudian berjalan meninggalkan rumah Nenek. Tika tidak bisa pamit kepada Kakek karena sedang pergi ke toko pupuk. Mungkin tak lama lagi pulang.
Tika menapaki jalan desa dengan riang. Dia kemudian memasuki pematang ladang palawija yang menghijau. Wuah, di kota mana bisa dia melakukan hal ini. Apalagi ada angin lembah yang bertiup.
Bagaimana rasanya berpayung di ladang? tanya Tika dalam hatinya. Dia pun membuka payung biru di tangannya. Plop. Payung terbuka.
Tik-tik-tik.
Lho, kok tiba-tiba hujan? Tika menarik payungnya agar berdiri tegak. Tika berusaha mencari pohon agar bisa berlindung.
"Hai, jangan dekati pohon besar itu. Bahaya kalau hujan begini," tiba-tiba terdengar suara di belakang Tika.
Tika menoleh. Seorang anak perempuan sebaya dengannya berdiri sekitar lima meter dari Tika. Dia juga memakai payung biru seperti Tika.
"Ayo ke rumahku saja," ajaknya.
Tika tak mengerti, tiba-tiba kakinya mengikuti langkah anak perempuan itu. Tak seberapa jauh berjalan, mereka tiba di depan sebuah rumah besar. Seperti kastil.
Anak perempuan itu menutup payungnya. Tika juga. Ajaib! hujan tiba-tiba berhenti.
"Namaku Zela. Selamat datang di rumahku," sapa anak perempuan itu ramah.
"Namaku Tika. Rumahmu besar sekali ya. Rasanya, aku baru melihat ada rumah besar di sekitar rumah nenekku," balas Tika.
"Mari masuk. Kamu pasti suka bermain di dalam," kata Zela.
Tika masuk tanpa ragu. Dia terkejut ketika melihat di dalam rumah itu ternyata banyak sekali wahana mainan. Ada jet coaster, komidi putar, bom-bom car, dan banyak lagi.
"Silakan pilih sendiri mainanmu," kata Zela. "Aku mau mengambil makanan dan minuman untukmu."
Begitu Zela masuk ke sebuah ruangan, Tika langsung bingung memilih. AKhirnya dia mulai naik jetcoaster. Ada petugas yang baik hati yang mebantunya. Begitu jetcoaster dijalankan, Tika langsung teriak nyaring. Wuuuah! Kencang sekali.
Setelah satu putaran selesai, Tika menuju wahana lainnya, yakni komidi putar. Ada patung kuda sembrani yang bisa ditunggangi. Tika memilih itu.
Saat komidi putar itu berputar, tiba-tiba dia mendengar suara ...
"Kau harus pergi dari sini secepatnya."
Tika bingung. Siapa yang bicara?
"Aku yang bicara. Kuda yang kamu naiki. Sebenarnya aku adalah anak perempuan sepertimu. tapi aku pergi dari rumah dan masuk ke rumah ini. Tapi aku keasyikan bermain dan lupa pulang. Akhirnya, Zela menyihirku jadi begini. Beberapa anak juga disihir jadi boneka di wahana puri boneka, dan sebagainya," jelas kuda sembrani.
Tika mulai ketakutan. Komidi putar berhenti. Tika melihat Zela berdiri di dekat wahana sambiol membawa puding stroberi.
"Jangan makan puding itu," teriak suara kuda sembrani.
"Suara siapa itu?" tanya Zela.
"Sudahlah, kamu tidak usah bohong. Aku tahu akal licikmu. Kamu ingin menyhirku menjadi penghias istana mainanmu ini, kan?" tanya Tika berbalik.
Zela mendelik. Dia berubah begitu cepat menjadi seorang pertempuan keriput bermata besar.
"Cepat, buka payung ajaibmu!" tiba-tiba terdengar suara lainnya.
Tika segera membuka payung birunya. Plop. Bersamaan dengan itu hujan besar datang. Halilintar pun berdentam dan petirnya mengenai perempuan tua itu. Tiba-tiba semua wahanan mainan berubah. Beberapa anak kembali ke asalnya.
"Terima kasih, kau telah menyelamatkan kami. Sekarang tutuplah payungmu agar kamu bisa kembali," kata anak peremnpuan yang disihir jadi patung kuda sembrani.
Tika menutup kembali payungnya. Perlahan sekelilingnya berubah menjadi pemandangan ladang yang didatanginya tadi. Anak-ana itu telah menghilang.
"Aku harus segera pulang dan menceritakan ini semua kepada nenek," ucap Tika.
^_^
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment