Friday, August 16, 2013

Cernak, 18 Agustus 2013




Misteri Loteng Tua

Keluarga Farah pindah rumah. Bukan rumah di kompleks perumahan yang baru dibuka. Tapi ke
daerah perkebunan di pinggir kota. Rumahnya besar, dengan loteng yang luas pula.
Saat pertama datang Farah tak sabar untuk masuk ke loteng itu. Dia menarik kakaknya, Ibnu,
untuk melihat ke atas. Mereka pun menapaki tangga yang terbuat dari kayu jati.
Di loteng ternyata ada beberapa ruang. Tapi yang terluas adalah gudang.

“Wah, kita lihat-lihat yuk! Siapa tahu ada mainan Jumanji,” kata Ibnu.
Jumanji adalah nama permainan yang bias membawa pemainnya terlibat petualangan dengan
aneka binatang. Tentu saja mainan ini hanya ada di film.
“Ah, mendingan juga menemukan mainan Zathura,” kata Farha.
Zathura mirip mainan Jumanji. Hanya lokasinya berbeda. Zathura membawa pemainnya ke
petualangan di luar angkasa. Lagi-lagi, ini Cuma ada di film.
Merteka membongkar-bongkar kardus yang ada di sana. Ternyata mereka tak menemukan
mainan apapun. Hanya ada buku-bukutebal, peralatan olahraga, lalu mesin tik tua.
“Kita buka lemari itu yuk!’ tunjuk Ibnu.
“Tapi jangan masuk ke dalamnya. Nanti kita kesasar ke negeri Narnia,” ucap Farah.
Dalam buku cerita Narnia karangan C.S Lewis, para pelakunya memang tersesat ke negeri Naria
ketika masuk ke lemari. Di negeri itu mereka bertualangan dengan segala keanehan makhluk
hidup.
Ibnu membuka pintunya perlahan. Ketika setengahnya, dia melihat ….
“AAAAAHRG!”
Jaritan suara Ibnu membuat Ayah dan Ibu naik ke loteng. Keduanya terkejut ketika masuk.
Soalnya, mereka melihat wajah Ibnu pucat, tapi Farah malah terbahak-bahak.
“Ada apa ini?” tanya Ibu.
“Kak Ibnu ketakukan setengah mati melihat kerangka palsu di lemari ini,” jelas Farah.
“Hm, kalian ini. Bukannya membantu Ayah dan Ibu di bawah. Malah main-main,” kata Ayah.
Mereka kemudian turun. Di lantai bawah masih banyak yang harus dikerjakan.
Setelah seharian membereskan rumah dibantu dengan beberapa tetangga, malamnya mereka
kelelahan. Tak terkecuali Farah. Dia langsung tidur tak lama setelah makan malam.
Namun tengah malam, Farah terbangun. Dia mendengar bunyi suara mesin tik.
Tik-tik-tik …
Hari gini masih ada mesin tik? Bukannya sekarang eranya komputer? Pikir Farah.
Farah mencari sumber suara itu. Ternyata dari loteng. Farah pun penasaran menuju loteng. Dia
menyalakan lampu loteng. Tepatnya suara itu dari gudang. Ya, tadi siang Farah melihat ada
mesin tik tua di sana.
Farah membuka pintu gudang lalu menyalakan lampu. Tak ada siapapun. Dia melihat mesin tik
itu.
“Jangan-jangan ada tikus tadi,” pikir Farah. Dia memerhatikan mesin tik tua itu. Bentuknya
menarik. Farah memutuskan membawanya dan menjaduikannya hiasan di meja belajarnya.
Farah pun kembali ke kamar sambil membawa mesin tik itu.
Keesokan paginya saat sarapan Farah emmberitahukan Ayah dan IUbu ytentang mesin tik itu.
“Mesin tik itu pasti punya Pak Bondan,” kata Ayah. “Tapi ambil saja. Pak Bondan sudah
meninggal. Isterinya bilang, kita boleh memiliki semua yang ada di rumah ini.”
“Memangnya apa sih pekerjaan Pak Bondan?” tanya Farah.
“Penulis. Dia menulis buku, menulis scenario.”
“Kok Farah nggak pernah kenal penuylis dengan nama Bondan?”
“Dia menulis dengan Bahasa Inggris. Karyanya lebih banyak diterbitkan di luar negeri. Dia pakai
nama samaran tentu saja.”
“Oh begitu.”
Malam harinya Farah melihat-lihat mesin tik itu. Tiba-tiba Farah jadi ingin mengetik cerita.
Farah mengambil selembar kertas.
Misteri Loteng Tua.
Farah mengetik dulu judulnya.
Lalu apa lagi ya? Farah bingung. Untuk memancing ide Farah mencari buku bacaan. Tapi karena
keasyikan membaca, Farah jadi lupa meneruskan mengetik. Farah malah akhirnya terlelap di
tempat tidurnya.
Esok paginya ketika terbangun, Farah teringat mesin tiknya. Dia melihat mesin tik itu. Farah
kaget. Tak ada lagi lembar kertas yang dipasangnya terselip di mesin tik. Farah menemukan
beberapa lembar kertas yang sudah diketik. Lembar kertas itu berisi sebuah cerita yang
temanya sesuai degan judul diketik farah. Tentang loteng tua.
Farah bingung. Siapa yang menuliskan cerita ini? Tadi malam dia tak mendengar sama sekali
suara mesin tik.
Esok malamnya Farh kembali memasukan selembar kertas. Dia hanya mengetik judul. Esoknya
dia menemukan setumpuk lembaran kertas yang sudah diketik rapi. Kertas itu berisi cerita
sesuai judul yang diketiknya.
Farah tak memberitahukan hal itu kepada siapapun. Dia kemudian mengirimkan cerita-cerita
itu ke majalah, penerbit buku. Ceritanya banyak diterbitkan. Farah menjadi penulis terkenal
dalam waktu singkat.
Cerita pertama yang dihasilkan mesin tik itu adalah cerita yang kalian baca ini.

No comments: