Kurang tidur
Teng … teng … teng!
Meski bangunan SD Teladan Hati
baru, tapi mereka tetap mempertahankan bel sekolah seperti sebelumnya. Masih
berbunyi seperti tukang es keliling. Bunyi tadi itu tanda masuk sekolah, dan saat ini sedang tes semester ganjil!
Rambut Joko terlihat makin jabrik ketika hari pertama tes. Teman-temannya maklum, karena memang selalu begitu kalau Joko panik.
“Memangnya kamu tidak belajar semalam?” tanya Fahmi.
“Belajar. Tapi, semalam kipas angin di rumahku rusak. Aku jadi tidak bisa tidur. Menyebalkan. Sekarang aku kurang tidur, jadi susah berpikir,” keluh Joko yang sejak kecil terbiasa tidur dengan kipas angin. Tidak heran jika akhirnya dia suka kentut karena perutnya banyak diisi angin.
“Harusnya, kamu siapkan kipas angin cadangan. Jadi, kalau rusak ada gantinya,” saran Fahmi.
“Aku boleh duduk di dekatmu, ya? Biar aku bisa nyontek,” bujuk Joko.
“Mana bisa begitu.”
“Sekali ini saja.”
“Tidak. Kita sekelas sudah berjanji tidak nyontek atau memberi contekan. Aku tidak mau dimusuhi teman-teman sekelas karena melanggar janji itu.”
Joko bersungut sambil melangkah masuk kelas. Dilihatnya beberapa temannya masih ada yang berusaha belajar menjelang tanda bel masuk. Dilihatnya Ayra paling santai di antara mereka.
“Ayra, pagi ini wajahmu cerah sekali,” sapa Joko mendekati Ayra.
“Terima kasih pujianmu. Sekarang katakan, apa sebenarnya yang kamu inginkan?” tanya Ayra yang sudah terbiasa dengan gaya Joko. Setiap habis memuji pasti ada permintaan.
Muka Joko langsung pucat, “Aku … ingin duduk di dekatmu. Biar ….”
Ayra langsung menggeleng, “Nyontek? Tidak bisa. Memang kamu tidak belajar?”
“Belajar. Tapi, aku takut nanti lupa.”
“Berdoa saja kalau begitu biar tidak lupa.”
Joko bersungut dalam hati. Ia segera ke tempat duduknya.
Bu Retno masuk ke kelas tak lama kemudian.
Setelah Fahmi memimpin doa, kertas soal pun dibagikan satu per satu ke meja
lima belas murid kelas ajaib. Tes pertama hari pertama adalah pelajaran Bahasa
Indonesia.
Joko yang kurang tidur sudah
panik sebelum membaca seluruh soal. Ia gelisah. Fahmi melirik ke arah Joko.
Wah, sesuatu yang buruk pasti akan terjadi lagi di kelas ini, pikir Fahmi.
Benar saja. Joko makin panik karena tiba-tiba saja tak bisa konsentrasi. Ia lantas menarik sendiri rambut jabriknya. Dan …
Duuuttt …!
Seisi kelas ajaib langsung menutup hidung mereka begitu mendengar suara kentut nyaring dan panjang. Bu Retno langsung menghampiri Joko sambil menutup hidungnya.
“Ibu sudah bilang beberapa kali, jangan kentut di kelas!” teriak Bu Retno dengan suara sengau karena sambil menutup hidung.
“Maaf, Bu. Saya kelepasan …,” kata Joko.
“Kasihan teman-teman yang lain, terganggu konsentrasinya,” Bu Retno memperhatikan wajah Joko yang pucat, “kamu sakit, ya?”
“Tidak, Bu. Hanya kurang tidur semalam. Makanya, sekarang jadi susah konsentrasi.”
“Begitu, ya? Kalau begitu, nanti kamu bisa kentut terus di kelas karena kurang konsentrasi. Begini saja, Ibu akan minta kamu kerjakan soal-soal itu di perpustakaan sendirian. Biar nanti kamu bisa kentut sepuasmu. Tapi, jangan sesekali coba nyontek di sana. Setuju?”
Joko manggut-manggut. Ia lantas keluar kelas membawa kertas tesnya. Joko sendirian mengerjakan soal tes di perpustakaan. Tapi, ia tidak berani nyontek. Ia justru semakin tertantang untuk menahan diri tidak menyontek meski tidak diawasi Bu Retno. Ya, padahal ia bisa saja melihat dari buku-buku yang ada di perpustakaan.
Lambat-laun, Joko bisa memulihkan konsentrasi. Ia pun bisa mengingat kembali bahan pelajaran yang pernah dibacanya.
Hari-hari tes berikutnya Joko tak perlu lagi merayu Fahmi atau Ayra minta contekan. Kipas anginnya sudah diperbaiki. Bahkan, ibunya sudah membelikan kipas angin baru sebagai cadangan kalau-kalau kipas angin yang lama rusak. Kebiasaan Joko tidur dengan kipas angin memang sulit dihilangkan. Entah karena memang anginnya atau bunyi baling-balingnya.
^_^
No comments:
Post a Comment