Dua Temanku
Oleh Benny Rhamdani
Kali ini aku ingin bercerita tentang dua temanku. Aku sudah izin sama mereka untuk bercerita kepada kalian.
Teman pertamaku bernama Julia. Dari namanya sudah ketahuan dia lahir di bulan Juli. Ya, bulan ini. Tepatnya tiga hari lagi dari sekarang.
Julia sedang bingung dengan rencana pesta hari ulang tahunnya.
“Aku ingin merayakannya. Tapi kulihat ayah dan ibuku sedang kerepotam,” katany beberapa hari lalu.
“Ya, sudah jangan rayakan. Kalaupun mau merayakan, ya sederhana saja,” saranku.
“Sederhana bagaimana?” tanya Julia.
“Nggak usah pakai kue ulangtahun yang mahal. Undangan juga jangan banyak-banyak. Cukup teman dekat saja. Terus jangan minta hadiah yang mahal-mahal sama orangtuamu,” kataku seperti nenek cerewet.
Julia tidak menjawab lagi. Kupikir tadinya dia menerima saranku. Tapi ternyata tidak. Dua hari kemudian dia membagi-bagikan undangan. Dia akan mereyakan ulangtahunnya di sebuah restoran. Semua teman sekelas diundang.
“Lho, katanya kamu tidak mau merepotkan orangtuamu?” tanyaku.
“Iya, tapi nenekku yang minta aku merayakannya besar-besaran. Katanya, aku ini cucu tercinta stu-satunya. Jadi setiap ulangtahun harus dirayakan,” kata Julia. Tapi dia masih bingung sampai sekarang. Bingung ingin pakai gaun ulangtahun apa nanti.
Teman keduaku bernama Arini. Dia juga sedang bingung. Tepatnya sejak menerima kartu undangan ulangtahun dari Julia.
“Aku bingung nih. Datang nggak ya ke ulangtahun Julia nanti?” tanya Arini.
“Lho, memangnya kamu kenapa nggak datang?” aku balik bertanya.
“Aku nggak punya uang untuk beli kadonya,” kata Arini.
“Kamu bisa minta belikan sama mama kamu,” kataku.
“Aku sudah terlalu banyak minta. Minggu kemarin ada teman lesku yang ulantahun, aku sudah minta belikan Mama. Sebelumnya juga begitu. Uuuuh, bingung!” tambah Arini.
“Ya, walaupun tidak bawa kado kan datang saja tidak apa-apa,” saranku.
“Mana bisa, Waktu aku ulangtahun, Julia ngasih aku kado bagus. Masa sekarang aku datang nggak kasih kado,” tolak Arini.
Aku menarik nafasku. Ikut-ikutan bingung.
Karena aku tidak mau keduanya bingung terus menerus, aku mengajak mereka main ke rumahku. Pertama aku meminta Arini mengatakan sebenarnya kepada Julia tentang masalahnya.
Arini semula malu-malu mengatakannya. Tapi akhirnya dia berani juga.
“Julia, aku lagi bingung mau datang ke ulangtahun kamu atau nggak nanti. Soalnya aku nggak punya uang buat beli kado. Aku juga malu minta terus uang buat beli kado sama Mama,” ungkap Arini.
Julia tersenyum.
“Kado memang penting buatku. Tapi lebih penting dari itu adalah kehadiran sahabatku. Aku sudah dapat kado banyak dari nenek dan pamaku. Tenang saja, aku tidak akan mengusirmu karena tidka bawa kado,” kata Julia.
Arini tersenyum senang. Ia kelihatan lega sekarang. Ia berjanji akan datang bersamaku ke ulangtahun Julia.
Lalu, Julia mengungkapkan kebingungannya memilih gaun ulangtahun nanti kepada Arini dan aku. Akhirnya aku dan Arini menjadi penasihat bagi Julia dalam memilih haun. Tak lama kemudian Julia bisa menentukan gaun yang akan dipakainya. Sebuah gaun biru yang pernah dipakai mamanya ketika masih kecil.
Kali ini giliran aku yang bingung.
Terus terang saja sampai saat ini aku belum bisa menentukan akan datang ke ulangtahun Julia atau tidak. Bukan apa-apa sih. Pada hari yang sama aku mendapat dua kartu undangan ulangtahun lainnya yang waktunya bersamaan. Yang pertama dari sahabat di tempat les menariku. Satu lagi dari teman di tempat les renangku.
Aduh, besok-besok aku tidak ingin menambah lagi teman yang ulangtahunnya bersamaan dengan teman yang sudah ada. Kalau begini kan aku yang jadi kebingungan!
^-^
No comments:
Post a Comment