Kebun Bunga Rahasia
Oleh Benny Rhamdani
Oleh Benny Rhamdani
“Hikaru, kamu mau ke mana?” tanya Ryu.
“Aku mau pulang dulu ya. Capek nih main melulu dari tadi,” kata Hikaru yang sejak tadi bermain sepeda.
“Pulang ke rumah? Pasti kamu bohong. Kemarin kamu juga bilang akan pulang ke rumah. Tapi ketika aku telepon ke rumahmu, orang rumahku bilang kamu belum pulang,” kata Ryu.
“Oh … kemarin ya? Ng … kemarin aku ke toko buku dulu. Beli novel baru berjudul Princess Hamesha. Novel anak yang bagus banget. Kamu harus beli deh. Ceritanya seru!” ucap Hikaru buru-buru.
“Hmm, ya sudah kalau begitu,” kata Ryu setengah percaya.
Hikaru kemudian mengayuh sepedanya meninggalkan lapangan tempat bermain sepeda. Di pertigaan jalan dia tidak belok ke kanan, malah ke kiri. Padahal kalau mau ke rumahnya harus belok ke kanan.
Hikaru terus mengayuh sepedanya sampai di ujung jalan. Dia tiba di sebuah tempat dengan bangunan tak terurus. Dulunya tempat itu sebuah gudang, tapi kemudian ditinggalkan pemiliknya. Entah siapa pemiliknya sekarang. Di bagian depan pagar ada tulisan dilarang masuk. Tapi Hikaru menerobosnya.
Anak-anak lain tak ada yang seberani Hikaru. Konon, bekas gudang tua itu ada hantunya. Tepatnya hantu perempuan. Itu sebabnya tempat itu dijauhi orang.
Hikaru tidak percaya hantu jahat. Itu sebabnya dia berani masuk. Dia bahkan menuju sebuah tempat yang kelihatan gelap, tapi makin ke dalam, tempat itu tampak terang karena cahaya matahari yang masuk drui sebagian atap yang bolong.
Di sana terhampar sebuah kebun bunga yang indah. Kebun bunga itu dibuat Hikaru sejak berminggu-minggu lalu.
“Aku senang menanambunga,” begitulah kata Hikaru kepada siapapun. Sayang, halaman rumahnya sempit. Hikaru hanya bisa membuat menanam bunga di dalam pot. Padahal dia ingin sekali punya kebu bunga yang luas.
Karena mencintai bunga, tanaman apapun yang ditanam Hiakru selalu berbunga dengan indahnya.
Di taman bunga rahasianya itu pun Hikaru memiliki sejumlah tanaman yang tengah berbunga indah. Hikaru pun menyirami taman rahasianya dengan air dari saluran air hujan. Beberapa daun yang berguguran ditimbunnya di dalam tanah agar cepat mejadi pupuk penyubur.
“Ah, indahnya andai bisa kumiliki taman bunga seperti ini di depan rumahku,” gumam Hikaru sambil mencium aroma bunga-bunga yang bermekaran.
Matahari pun beranjak ke senja. Hikaru harus buru-buru pulang. Dia segara meninggalkan gudang. Tapi betapa kagetnya Hikaru ketika melewati pintu gerbang gudang, dia bertemu Ryu.
“Tuh, kamu bohong, kan? Katanya tadi mau langsung pulang ke rumah?” tanya Ryu.
Pipi Hikaru memerah karena ketahuan berbohong. “Ng … anu … aku …”
“Sudahlah. Jangan bohong lagi. Kamu habis dari dalam gudang tua itu kan? Memangnya kamu tidak takut?”
“Ya … takut sih. Tapi justru itu aku penasaran masuk ke dalam gudang itu seidkit demi sedikit.”
“Oh ya? Kamu masuk ke dalam gudang itu? Sampai berapa jauh? Apa kamu bertemu hantunya?” tanya Ryu.
“Bertemu belum sih. Tapi aku tadi mendengar suara orang menangis ….”
“Hiiiy!” Ryu langsung kabur sambil mengayuh sepedanya menjauh.
Hikaru tersenyum. Maafkan aku membohongimu. Aku ingin kebun bunga rahasiaku tetap aman, kata Hikaru dalam hati.
Keesokan harinya lagi-lagi Hikaru masuk ke gudang tua itu. Kali ini dia mesti meyakinkan dirinya tak ada teman yang mengikutinya.
Hati Hikaru sangat senang setiap kali hendak melihat kebun bunga rahasianya.
“Hmmm …”
Hikaru tersentak kaget. Dia melihat sesosok makhluk di dekat kebun bunganya. Sosok makhluk wanita tua.
“Siapa kau?” tanya Hikaru ketakutan.
“Aku Nyonya Myagi. Apakah kau yang membuat kebun bunga di sini?” tanyanya.
“Iy …. Iya,” jawab Hikaru. Rasanya dia pernah mendengar nama itu. Myagi. Bukankah itu nama pemilik gudang tua ini?
“Aku senang melihat kebun bunga ini. Terima kasih, kau telah membuat gudang tua milikku menjadi indah,” kata Nyonya Myagi.
“Maafkan aku, Nyonya Myagi. Aku tak bermaksud lancang masuk ke gudang ini.”
“Tidak apa-apa. Aku malah senang. Adanya kebun bunga ini malah menyadarkan aku jadinya. Tadinya aku ingin menjual gudang tua ini kepada seorang pengusaha untuk dijadikan pabrik. Tapi aku kemudian sadar, kalau dijadikan pabrik maka daerah ini akan jadi kotor dan tercemar. Sekarang aku malah tidak ingin menjual gudang tua ini. Tapi aku akan membongkar tempat ini menjadi sebuah kebun bunga yang luas.”
“Maksud Nyonya Myagi?”
“Ya, gudang tua ini akan kujadikan kebun bunga. Dan kau harus membantuku untuk merawatnya,” kata Nyonya Myagi.
Hikaru merasa senang mendengarnya. Itu artinya dia akan memiliki sebuah kebun bunga yang luas tanpa harus takut diketahui orang lain.
Seminggu kemudian gudang tua itu dibereskan oleh sejumlah orang. Bangunannya dihancurkan, tapi tidak sampai merusak taman bunga Hikaru. Kemudian beberapa tanaman bunga ditanam di atas tanah itu. Bahkan Nyonya Myagi yang kaya raya itu membuat air mancur lucu dengan hiasan patung puteri cantik menyerupai Hikaru.
Betapa senangnya Hikaru. Dia berdoa semoga banyak pengusaha kaya yang membuat taman-taman cantik di negeri ini. Amin.
^-^
^-^
No comments:
Post a Comment