Pangeran Vampir
Oleh Benny Rhamdani
Sore itu benar-benar ingin santai.Segera saja kubawa buku kesukaanku berjudul Princess Hamesha yang ditulis oleh pengarang favoritku. Aku membaca buku itu di lapangan di belakang rumah. Di atas rumput hijau di bawah pohon rindang.
Ssssrrrr….
Rasanya nikmat sekali karena angina berembus perlahan.
Saat itulah aku mendengar suara derap langkah kuda. Aku terkejut. Kulihat bebrapa orang berpakaian prajurit menuju ke arahku.
Aku pun buru-buru berdiri.
“Selamat siang, Nona. Kami ingin tahu, apakah kau melihat seorang pria berpakaian hitam lewat daerah ini?” tanya salah satu dari mereka.
“Sejak tadi aku di sini, aku tidak melihat seorang pun sampai kalian dating. Mengapa dengan pria berpakaian hitam itu?” tanyaku heran.
“Hati-hati saja. Dia adalah vampir. Permisi, Nona,” kata mereka sambil kemudian meninggalkanku.
Huh, konyol sekali! Mereka pasti orang-orang yang sedang berlatih sandiwara. Mana ada vampir di sini!
Aku meneruskan kembali membaca buku. Tapi perutku kemudian berbunyi. Wah, aku lupa membawa makanan untuk ngemil. Hm, padahal kalau ada kue dan limun pasti lebih asyik lagi.
Ah, pulang saja dulu.
Aku berjalan menuju rumah. Tapi sebelum sampai pintu, aku terkejut melihat seorang pria tergeletak di halamn rumahku. Pria yang tampan dengan mata berkilau.
Aku menhampirinya. Berharap dia masih hidup.
“Tolong … tolong aku …,” katanya mengiba.
Aku pun sebisa mungkin memapahnya. Hm, sebenarnya aku tidak sungguh-sungguh memapahnya karena tubuhnya sangat berat. Dan aku hanyalah seorang gadis kecil yang mungil serta cantik jelita. Hehehehe …
Aku membawanya masuk, lalu duduk di sofa tamu.
“Siapa kau?” tanyaku bingung.
“Namaku Edward. Aku tersesat. Tadi aku berlari-lari karena dikejar seekor serigala,” katanya.
Oh iya, kata orang di sekitar hutan memang masih ada serigala. Tapi aku belum pernah melihatnya. Kalau bisa sih jangan sampai ketemu yang namanya serigala. Melihat bentuknya saja di televisi sudah membuatku merinding.
Aku memberi Edward makan dan minuman. Tapi sepertinya dia tak suka roti dan limun. Ketika kutawari susu, dia juga tidak mau.
“Aku tidak lapar dan haus. Aku hanya lelah. Boleh aku istirahat di sini sebentar?” tanya Edward.
“Ya, silakan saja. Ibu dan ayahku baru pulang sejam lagi.”
“Aku berjanji akan pergi sebelum ayah dan ibumu pulang.”
:Lho kenapa? Mereka tentu tidak akan keberatan,” tanyaku bingung.
Edward menggeleng lalu membaringkan kepalanya. Dia benar-benar capek.
BRUK!
Aku terkejut karema tahu-tahu terdengar bunyi benda jatuh di belakangku. Saat menoleh aku kaget.
“Ini korban kita kali ini,” kata yang perempuan.
“Lihat, ada Vampir pelindung di sini. Si Pangeran Edward!” kata yang lelaki.
Mendegar suara itu Edward terbangun. Dia jadi sehat seketika. Aku bingung, benar-benar bingung.
“Jangan ganggu dia. Suatu saat dia dewasa nanti, dia akan menjadi permaisuriku,” kata Edward.
Sepasang makhluk menakutkan itu tertawa. Mereka mendekatiku. Edward langsung menghadang.
Akhirnya pertempuran sengit terjadi. Aku hanya berteriak membayangkan ibuku akan ngomel karena perabotan rumahnya pecah berantakan.
Tak lama kemudian aku melihat dua makluk menyeramkan itu menghilang setelah dihajar Edward.
“Maafkan, rumahmu berantakan,” kata Edward kemudian.
“Tak apa-apa. Nanti aku akan bilang ada sapi gila masuk rumah ini. Maaf, sebenarnya siapa kau?” tanyaku ingin tahu.
“Aku adalah seorang pangeran. Pangeran yang punya kekuatan melihat ke masa depan. Sebelum ini, aku melihat di masa depan nanti kau akan menjadi permaisuriku. Maka aku harus selalu menjagamu. Karena akan banyak orang yang akan mencelakaimu,” jelas Edward.
“Iya. Tapi pangeran apa? Pangeran dari mana?” tanyaku.
“Pangeran Vampir.”
“Vampir?”
"Betul".
Oh … vampire! Jadi … dia benar-benar vampire. Dia akan mengambil darahku. Hiiiy! Dan katanya aku akan jadi permasurinya. Oh ….
Kepalaku pusing. Aku pingsan!
Entah berapa lama aku tak sadar. Sampai akhirnya ada yang mengguncang bahuku.
“Bella… Bella! Bangun. Mengapa tertidur di sini?”
Aku terbangun. Oh syukurlah. Aku melihat Ibu di sebelahku.
Mataku melihat ke sekelilingku. Lho, kok aku di lapangan sih?
“Di mana Edward?” tanyaku pada Ibu.
“Edward? Edward siapa?”
Aku tersipu malu. Oh, ternyata aku tadi bermimpi. Hera ya kenapa aku bermimpi tentang pangeran vampire? Padahal buku Princess Hamesha yang kubaca bukan tentang vampire.
Ssssr ….
Angin sore meniup rambutku.
Saat aku berjalan meuju rumah, samar-samar aku mendengar suara bisikan memanggil namaku.
“Bella … Bella ….”
Buku kudukku langsung merinding.
*-*
No comments:
Post a Comment