Jejak Tertinggal
Oleh Benny Rhamdani
Kalung Tante Bianca hilang. Padahal kalung itu sangat berarti bagi Tante Bianca. Selain harganya mahal. Kalung itu merupakan warisan leluhur.
Prita pernah melihat kalung itu sekali. Bentuk liontinnya tidak terlalu istimewa, tapi tetap kelihatan indah.
Lantas siapa yang mencurinya?
Tante Bianca sudah melapor kepada Om Farhan, seorang inspektur polisi. Kemudian Om Farhan datang ke rumah dan menyelidiki rumah Tante Bianca. Prita yang tinggal di sebelah rumah Tante Bianca ikut menyaksikan.
“Pencurinya tidak mennggalkan jejak apapun. Dia menghapus semua jejak yang dibuatnya,” kesimpulan
Wah, hebat sekali pencurinya, pikir Prita. Tetapi, bukankah jejak yang dihapus semua sebenarnya justru merupakan jejak yang ditinggalkannya. Ya, berarti dia sudah merencanakan pencurian dengan matang.
“Kami akan menanyakan saksi-saksi,” kata Om Farhan.
Satu per satu orang-orang di sekitar rumah Tante Bianca ditanya.
Tante Bianca adalah yang pertama.
“Malam itu saya tidak menginap di rumah. Sejak sore saya pergi ke apartemen teman saya dan menginap di
Berikutnya, Bi Sarmila.
“Saya pergi meninggalkan rumah sebelum Tante Bianca pergi. Saya sudah izin untuk pulang dulu ke rumah saya. Begitulah yang saya lakukan setiap akhir pekan. Saya kembali esok dan mendapatkan rumah ini sudah didatangi bapak polisi,” jelas Bi Sarmila.
Berikutnya Pak Hansip.
“Saya bertugas setiap malam mengelilingi kompleks rumah ini. Tak ada satu pun yang mencurigakan ketika melewati rumah ini,” kata Pak Hansip.
Om Farhan kelihatan bingung. Prita ikut mengerutkan kening.
Jadi pelakunya tahu, setiap akhir pekan Bi Sarmila pulang, hingga rumah ini kosong. Juga, mungkin tahu kebiasaan Tante Bianca menginap di rumah temannya.
Ngomong-ngomong, kenapa ya Tante Bianca sering menginap di rumah temannya?
Prita pernah menanyakan hal itu.
“Teman Tante itu tinggal sendirian di apartemennya. Tidak ada pembantu seperti Tante. Makanya Tante suka kasihan dan ingin menemaninya biar dia tidak kesepian,” papar Tante Bianca.
Tante Bianca memang hanya tinggal berdua dengan Bi Sarmila. Empat anaknya sudah menikah dan tinggal di rumah masing-masing. Sumai Tante Bianca sudah meninggal setahun lalu.
Sampai berjam-jam Om Farhan belum juga menemukan hasil. Sementara anak-anak Tante Bianca berdatangan karena mengkhawatirkan keadaan Tante Bianca.
“Mama, sebaiknya Mama pindah saja ke rumah kami. Biar tidak ada pencuri lagi,” ajak anak-anaknya.
“Tidak. Mama suka di sini. Banyak kenangan Mama dengan Papa kalian. Mengapa tidak kalian saja yang pindah ke sini lagi?” tanya Tante Bianca.
Akhirnya, anak-anaknya pun memutuskan akan bergantian menemani tante Bianca. Terutama di malam hari.
Tante Bianca tampak senang dan melupakan kehilangan kalungnya. Saat akhir pekan, Prita berkunjung ke rumah Tante Bianca, dan ternyata Tante Bianca tidak pergi ke rumah temannya yang di apartmen.
“Mengapa Tante tidak menamni teman Tante yang sendirian itu?” tanya Pritha.
“Ah, aku akan memasak untuk anak-anak dan cucu-cucuku,” kilah Tante Bianca.
“Apakah aku boleh mengunjungi teman Tante itu? Biar dia tidak kesepian.”
“Ya, tentu saja. Akan kuberi alamat dan nomor teleponnya.” Tante Bianca pun memberikan secarik kertas.
Prita kemudian mendatangi teman Tante Bianca yang bernama Tante Frida. Tentu sebelumnya sudah menelepon.
Tante Frida menyambut kedatangan Pritha. Dia tampak senang dikunjungi gadis kecil yang membawa hadiah benang-benag rajut.
Saat berbincang, Pritha melihat kalung yang dikenalnya dikenakan Tante Frida.
“Oh ini memang bukan kalungku. Tante Bianca yang menitipkan padaku. Katanya, dia mungki akan sulit ke sini lagi. Nah, biar aku tidak merindukan kedatangannya, aku diminta memakai kalung ini,” jelas Tante Frida.
Pritha tersenyum.Dia mengerti sekarang. Kalung itu tidak hilang dicuri. Tapi dititipkan kepada Tante Frida. Pasti Tante Bianca sengaja melakukan. Ya, agar anak-anaknya kembali memerhatikannya, dan mau menamaninya yang mulai merasa kesepian.
“Tapi aku yakin, Tante Bianca sebenarnya mulai bosan main ke sini. Ah, untung sudah ada kamu, Pritha. Kalau saja anak-anakku tidak ke luar negeri, akau tidak akan kesepian di sini,” kata Tante Frida.
“Aku berjanji akan menemani Tante Frida sebisaku. Kalau aku tidak bisa, aku akan meminta teman-temanku yang lain ke sini,” kata Pritha.
Ya, Pritha memang tidak tega membiarkan orang-orang seperti Tante Fridha dan Tante Bianca tinggal kesepian di masa tuanya.
Kalau kalian bagaimana? Apakah kalian juga senang menemani kakek ataupun nenek kalian yang kadang kesepian?
Ngomong-ngomong pulangnya Pritha langsung melapor soal penemuannya itu kepada ayahnya. Nah ayahnya itu adalah Om Farhan!
^-^
No comments:
Post a Comment