Friday, May 17, 2013
Cernak, 19 Mei 2013
Senja di Taman Kota
oleh Benny Rhamdani
Angin musim semi bertiup dingin di ujung petang. Aku masih duduk di ujung bangku kayu panjang, di sudut taman kota. Beberapa orang melintas di depanku. Taman ini memang biasa dijadikan jalan pintas oleh warga kota dari selatan ke utara.
"Hai, sendirian?" seorang wanita tua duduk di sampingku.
"Ya. tapi aku sedang menunggu ibuku."
"Ibumu ke mana?"
"Ke rumah sakit itu," jawabku sambil menujuk bangunan di seberang taman kota." Aku tidak boleh masuk, jadi menunggu di sini."
Wanita tua itu mengeluarkan roti dari tasnya. "Kamu mau roti?" dia menawarkan sebngkus roti ukuran kecil.
"Tidak terima kasih. Ibu melarangku menerima sesuatu dari orang asing,"tolakku.
Wanita tua itu tidak marah. ia mengunyah sendiri rotinya. Cuma tiga kali gigitan dia membuang roti itu ke tempat sampah. "Untung kamu tidak mau. Rotinya ternyata tidak enak," katanya. Wanita tua itu lalu meninggalkanku, melanjutkan perjalanannya.
Aku kembali duduk sendiri. Lalu, seorang gadis remaja mengahampiriku. "Kamu sejak tadi di sini? Apakah kamu melihat wanita tua dengan jas beludru cokelat tua?" tanyanya.
"Ya. Tadi dia menawari aku roti, tapi dia membuangnya," kataku.
"Hah! Keterlaluan! Wanita tua itu tadi mengemis padaku meminta roti dari tokoku. Rupanya dia juga mengambil handphoneku," gadis itu marah lalu lari meninggalkanku.
Kasihan sekali gadis itu. Dan aku tidak menyangka wanita tua tadi sejahat itu.
Tak lama kemudian duduk seorang pria di bangku kayu. Di bagian ujung berlawanan denganku. Mukanya tampak letih. Dia memandangku.
"Maaf, aku mencari anakku. Apakah kamu melihat gadis dengan celana jeans dan kaos ungu?"
"Ya. tadi dia ke sini mengejar wanita tua yang mencuri di toko kuenya."
"Ah, seharusnya dia tidak usah menegjar. Wanita tua itu sahabatku. Dia memang kurang sehat," kata pria itu
"Sekarang tak ada yang menjaga toko kue. Padahal banyak orang yang mau membeli."
"Mengapa tidak bapak saja yang menjaga toko itu?" tanyaku.
"Aku sedang sibuk menjaga ibunya sakit," kata pria itu. "Tapi sekarang aku harus kembali ke rumah."
Aku hanya menangguk melihat bapak tua itu berdiri lemas.
Angin masih bertiup dingin. Cahaya senja mulai hilang. Lampu taman separuhnya sudah menyala. Orang-orang yang lewat. Lalu seseorang masuk ke taman lewat pintu masuk. Berjalan ke arahku.
"Bagaimana, Bu?" tanyaku.
"Ayah masih kuat. Sehat. Tidak bisa pulang bersama kita," kata Ibu.
Aku sedih dan menggenggam jemari Ibu. Kami berdua bergerak, melayang, melewati pucuk-pucuk pepohonan, lalu kami menghilang ke sebuah dunia yang kalian tidak bisa masuki.
^_^
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment