Gadis Kecil Misterius
Oleh Benny Rhamdani
“Bisakah kamu menemui aku?”
Itu bunyi SMS yang diterima Sita sore ini. Sita tidak mengenal nomor pengirimnya.
“Ini siapa?” Begitu kalimat SMS balasan dari Sita.
“Aku sangat memerlukan pertolonganmu.” SMS balasan malah tidak menjawab pertanyaan Sita.
“Kamu di mana?” tanya Sita.
“Aku di taman kota. Di kursi dekat pohon bougenvil besar.”
“Baik aku akan ke sana. Tunggu ya.” Sita membalas SMS itu.
Sita meninggalkan kamarnya. Jarak ke taman kota tak terlalu jauh. Cukup berjalan kaki pasti akan sampai sana dalam waktu sepuluh menit.Gm, sebenarnya Sita tadi berniat mengurungkan diri ke taman kota. Soalnya tidak yakin benar dengan yang mengirim SMS tadi. Bagaimana kalau orang iseng? Bagimana pula kalau orang jahat.
Ah, tapi tidak ada salahnya kalau ke taman kota. Di sana banyak orang, tidak mungkin ada orang yang berani berbuat jahat, pikir Sita. Nah, kalau ternyata yag mengirim SMS itu teman-temannya yang iseng, hanya untuk menyuruh Sita berjalan ke taman kota, itu pun tak masalah. Anggap saja sedang olahraga jalan kaki di sore hari, pikir Sita.
Sore ini taman kota tampak ramai seperti iasanya. Ada
yang jogging, bersepeda, bermain bola, atau sekadar duduk-duduk. Sita
bergegas menuju letak pohon bougenvil besar. Matanya kemudian mencari
bangku semen di sekitarnya.
Ada seorang nenek
dengan anjing pudelnya, di kursi lain ada dua perempuan sedang membaca
buku tebal, lalu ada seorang ibu dengan kereta dorong bayi. Dan …
diakah? Sita melihat seorang gadis kecil tengah duduk di kursi taman
sendirian. Sita pun mendekati gadis kecil itu. Tapi saat Sita di
dekatnya, gadis kecil itu tidak reaksi.
“Maaf, apakah kamu tadi yang mengirim sms untukku?” tanya Sita.
Gadis
itu menoleh, tapi pandangan matanya tidak tertuju langsung ke wajah
Sita. “Ya. Maaf aku mengganggumu,” kata gadis kecil tu. “Silakan duduk.
Oh iya namaku Veni.”
Veni menjulurkan tangannya tapi tidak tepat kea rah Sita.
“Maaf, apakah kamu tidak bisa melihat?” tanya Sita.
“Ya, aku tunanetra,” kata Veni.
Sita
menyambut uluran tangan itu, menyalaminya. Dia pun duduk di samping
Veni. “Apa yang bisa kubantu untukmu? Dan dari mana kamu tahu nomor
HP-ku?” tanya Sita. Dia bingung bagaimana Veni bisa sampai di taman kota ini sendirian. Adakah orang yang mengantarnya?
“Aku
tadi asal pencet saja nomornya. Aku tidak meyangka yang akan datang
anak perempuan sebaya denganku. Oh iya, aku minta bantuan untukmu ….
Maukah kamu menjaga binatang kesayangku ini?”
Sita terbelalak. Veni mengeluarkan hamster putih. Sita meloncat karena takut.
“Aduh sebaiknya orang lain saja,” kata Sita. “Aku takut.”
“Kenapa takut?”
“Bintang ini mengggigit kan?”
“Tentu tidak. Peganglah. Lihat, aku saja tidak pernah digigit.”
Sita menolak memegangnya.
“Masa kalah dengan orang buta seperti aku?” kata Veni.
“Mengapa kamu ingn menitipkannya padaku?”
“Umurku
tak lama lagi. Nah, di keluargaku tak ada yang suka hamster ini.
Makanya ingin kutitipkan kepada orang lain. Kupikir kamu akan mau
memeliharnya.”
“Baiklah aku mau memeliharanya. Tapi tak mau memegangnya.”
Veni mengeluarkan kandang kawat di sampingnya. Hamster itu di masukan ke kandangnya. “Ini. Sudah kukandangkan.”
Sita mengambilnya walau agak ketakutan.
“Terima
kasih. Maaf aku tidak bisa lama-lama di sini.” Veni kemudian
mengeluarkan tongkat penuntun yang bisa dilipat. Ia kemudian berjalan
sendiri meninggalkan taman kota.
Sita
kemudian membawa hamster itu ke rumah. Untung ayah da ibu tak
keberatan. Sita merawatnya dengan baik. Hanya sehari dia tak mau
memegang hamster itu. Hari-hari berikutnya Sita tak takut lagi. Malah
kini Sita jadi berani dengan binatang peliharaan lainnya seperti anjing,
kucing. Padahal dulu Sita paling takut dengan binatang peliharaan.
Setiap sore Sita kemudian membawa hamster itu ke taman kota.
Sita berharap bisa ketemu lagi dengan Veni. Tapi gadis itu tak pernah
muncul lagi. Mengirimkan SMS pun tak pernah dibalas. Padahal Sita ingin
sekali berterimakasih karena dia sekarang tak takut lagi dengan hewan
peliharaan.
Oh iya, jika kalian punya teman tunanetra bernama Veni, jangan lupa beritahu Sita ya!
No comments:
Post a Comment