Friday, September 20, 2013
Cernak, 22 September 2013
Taman Bunga Misterius
oleh Benny Rhamdani
Hari masih pagi ketika Diva memutuskan untuk berjalan sendirian keluar dari vila. Mama di dapur merapikan bekas sarapan. Papa dan Devo kembali tidur benar-benar menikmati dinginnya pagi.
Kalo mau tidur di rumah saja, pikir Diva. Sayang sekali, jauh-jauh liburan ke daerah perbukitan, menginap di vila, tapi hanya dipakai tidur. Makanya, Diva memilih keluar sendirian, mengenali daerah sekitar vila.
Walaupun matahari sudah bersinar, tapi udara masih sejuk. pepohonan pinus yang tinggi menambah segarnya udara pagi. Diva beberapa kali menarik napas dalam-dalam, melegakan paru-parunya. Sampai setengah jam dia berjalan, akhirnya melihat sebuah vila tua. Bangunan itu dari luar seperti dibuat dari kayu dan batu-batu kali. Yang menarik perhatian Diva adalah tamannya.
Diva langsung berdecak kagum melihat sekumpulan bunga seruni dan anyelir yang menghias taman depan vila itu. Aneka rupa warnanya. Tanpa sadar, Diva berjalan mendekati pintu pagar kayu untuk melihat lebih dekat. Upps, pintu pagarnya terbuka. Diva pun mendorongnya, lalu masuk ke taman.
Tiba-tiba Diva mendengar suara derit pintu dibuka. Diva langsung menoleh ke arah vila.
"Selamat pagi, Bu. Maaf saya masuk ke taman tanpa permisi. Taman ini seperti menyedot saya," kata Diva merasa bersalah.
Ibu yang keluar dari vila tersenyum cerah. "Tak apa kok. Silakan saja melihat-lihat. Oh, maukah kamu menemaniku minum teh, nak?" tanyanya kemudian.
"Teh? Ya, aku suka teh," jawab Diva sambil mendekati Ibu dan menyalaminya. "Namaku Diva."
"Nama yang cantik. Pangil aku Ibu Seruni," balas Ibu itu.
Ibu Seruni mengajak Diva masuk ke rumahnya. Diva kagum karena di dalam rumah pun banak sekali bunga hias.Diva duduk di kursi yang bersulam bunga-bungaan.
Ibu Seruni masuk ke dapur sebentar, lalu muncul kembali dengan satu set cangkir dan poci berisi teh hangat. "Silakan diminum tehnya. Sambil ceritakan tentangmu. Sekolahmu, hobimu, keluargamu, teman-temanmu ...."
Di saat bersamaan tiba-tiba papa terbangun dari tidurnya. Dia bermimpi buruk. Lho, padahal jarang sekali bisa mimpi kalau tidur jam segini. papa coba menenagkan diri, lalu pergi ke dapur menemui Mama. Terlihat Mama tengah membereskan piring yang pecah di lantai.
"Ma, Diva mana? Papa mimpi buruk tadi. Diva berubah menjadi bunga di sebuah taman," cerita Papa.
"Wah, Mama juga kaget tadi. Seperti mendengar suara Diva minta tolong," kata Mama.
"Aku juga. Tadi mimpi buruk tentang Diva," kata Devo yang juga terbangun dan langsung menemui Mama.
"Kalau begitu kita harus segera mencari Diva," kataPapa.
Ketiganya kemudian begegas ke luar rumah setelah berkemas sekilat mungkin. Di luar mereka berpencar. Mama dan Devo ke kanan jalan, sementara Papa ke kiri.
Papa melihat-lihat sekitar daerah perbukitan. sesuai bayangan dalam mimpinya. Sampai akhirnya Papa menemukan rumah tua dengan taman bunga di depannya. Di pintu pagar, Papa melihat tissue warna pink tergeletak di jalan. Itu tissue khusus yang sering dipakai Diva. Papa langsung masuk melewati pintu pagar yang terbuka.
"Selamat pagi! Permisi!"
Tidak ada sahutan.
Papa langsung membuka pintu rumah, lalu melihat Diva sedang ketakutan di sudut rumah. Papa segera memeluk Diva.
"Apa yang terjadi?" tanya Papa sambil mengusap kepala Diva.
"Diva takut, Pa. Tadi Diva bertemu seorang ibu di rumah ini. Namanya Ibu Seruni. Ibu itu memberi Diva sepoci teh. Tapi seperti kata Ibu, Diva tidak boleh meminum atau memakan pemebrian orang yang baru dikenal. Jadi, ketika Ibu itu ke dapur lagi mengambil kue, Diva tuangkan tehnya ke gelas besar di meja. Ternyata gelas itu milik Ibu Seruni, dan dia meminum teh yang Diva tuang. Tiba-tiba tubuhnya berasap, dan dia berubah menjadi itu!" Diva menunjuk pohon seruni yang tergeletak di lantai.
"Berarti tadi Ibu itu ingin mencelakai Diva agar menjadi bunga seruni," ujar Papa. "Ayo, kita pulang sekarang. Nanti kita laporkan kepada polisi."
Papa kemudian menuntun Diva ke vila. Lalu, papa menelpon polisi. Sepertinya polisi kaget mendengar laporan Papa. Tapi mereka mau segera datang menemui Papa.Mereka pun berangkat ke rumah tua.
Alangkah kagetnya Papa karena di lokasi tadi tak ada satu pun bangunan tua yang berdiri. Tak ada juga hamparan bunga di taman yang indah. Yang ada hanya belasan anak yang tertidur pulas di atas tanah.
Siapakah mereka?
*****
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment