Kaleidoskop Impian Iris
Iris tahu persis yang ingin dibelinya di Pasar Seni Kota. Di
stan Pak Rodney , ia telah menemukan
sebuah kaleidoskop yang indah . Kaleidoskop adalah alat optik yg bentuk luarnya
seperti keker, dilengkapi dengan dua kaca persegi panjang yang dipasang pada
lapisan dalam pada salah satu ujungnya sehingga dapat memperlihatkan pelbagai
gambaran yagn indah dan simetris dari kepingan barang berwarna yang diletakkan di
antaranya apabila dilihat dari ujung yg lain
"Aku tidak bisa memutuskan dengan baik- yang dengan burung atau kupu-kupu, " kata Ibu, meluruskan gambar terakhir . "Desainmu begitu kreatif. "
Iris menyeringai . "Aku berharapakan banyak lukisan yang terjual sehingga aku bisa membeli kaleidoskop itu. " Ibu telah berjanji untuk berbagi keuntungan dengan Iris jika dia membantu berjualan .
"Kami sudah siap , "kata Ibu sambil melangkah mundur karena pengunjung sudah berdatangan melihat stan mereka .
"Stan yang hebat! " kata Pak Rodney yang mendekati stan mereka yang penuh hiasan.
"Terima kasih , "
kata Iris ."Apakah Bapak sudah menjual
kaleidoskop yang saya tandai? "
"Belum. Stanku sepi pengunjung. Mungkin karena tidak ada hiasan macam ini."
Orang-orang mulai menyerbu ke pasar seni, dan
banyak yang berhenti untuk mengagumi karya Ibu. Iris merasa bangga ketika
mereka melihat lukisan Ibu , tapi ia berharap seseorang akan membelinya . Di
seberang stan , seorang penjual karpet, Bu Poppy, mengagumi lukisan . Kemudian dia
bertanya apakah Ibu mau menukar lukisan dengan barang dagangannya.
" Tentu ," jawab Ibu. "Bertukar barang adalah
ide yang bagus.”
Iris mengerutkan kening . Barter adalah ide yang buruk ,
pikirnya. Bagaimana dia akan mendapatkan uang untuk kaleidoskop jika orang
tidak membayar secara tunai
Saat tengah hari Ibu
behasil menjual tiga lukisan , tapi Iris berharap lebih. Tapi berapa harga
persis kaleidoskop ? Iris melihat langit
yang mendung. Tak lama lagi hujan, dan pengunjung akan berhenti dating. Seua
stan akan tutup. Iris memutuskan berlari ke stan Pak Rodney.
Pak Rodney sedang berbicara dengan pelanggan , tapi Iris cepat
menemukan kaleidoskop yang diincarnya . Rp1.700.000. Dua kali uang yang
dimilikinya. Dia melihat ke kaleidoskop
itu untuk kesekian kalinya. Guntur di kejauhan bergemuruh
Iris kembali ke stan ibunya membantu berkemas. Seorang Ibu
bertanya,”Apakah saya masih bisa membeli lukisan padang rumput itu?”
Iris merunduk cepat di bawah plastik , melirik label harga ,
dan berteriak , " Ya ! Tujuhratus ribu rupiah! "
" Iris ! Sopan sedikit ! " Ibu marah karena Iris
berteriak.
Rintik hujan mulai menimpa kanopi . Setelah membayar , ibu
itu berlari ke tempat parkir bersama sisa kerumunan .
Iris mengintip dari balik bahu ibunya . "Berapa banyak
yang sudah aku dapatkan?"
Ibu menghitung. Setelah mengurangi dengan biayabiaya, Iris
hanya mendapat Rp.200.000. Iris mendesah . Itu tidak cukup , dan sekarang semua
pengunjung telah pulang.
Iris dan Ibu langsung
mengenakan jas hujan dan menarik kursi taman ke belakang stan. Ibu kemudian membaca novel . Iris mengeluarkan buku gambar
dan spidol . Dia mencoret-coret lingkaran dan membagi mereka seperti potongan kue . Dia dipulas pada warna yang
berbeda , menciptakan pola kaleidoskop .
Tiba-tiba ia tersenyum . " Aku pergi sebentar lagi , " kata Iris, lalu
pergi lagi ke stand Pak Rodney.
“Pak Rodney, aku ingin membeli kaleideskopmu. Tapi uangku
kurang,” kata Iris sambil menyodorkan uangnya.
“Kembalilah sampai kamu punya uang yang cukup.”
“Tapi aku ingin menukar sesuatu,” kata Iris sambil
mengeluarkan potongan kertas warnawarni yang dibuatnya. Mirip pola warna
kaleideskop.
Pak Rodney tertarik. “Kertaskertas ini bisa untuk hiasan
stanku yang sepi ini,” kata Pak Rodney.
“Ya, itu yang ada dipikiranku,” ucap Iris. “Pasar seni masih
tiga hari lagi.”
“Baiklah, kalau begitu aku mau dibuatkan hiasan seperti ini
yang banyak. Tapi bantu aku
menggantungnya
ya,” kata Pak Rodney. “Ini kaleidekop untukmu.”
Iris tertawa menerimanya. Kemudian dia berlari kembali ke
stan ibunya. Ternyata ide bertukar barang ibunya tadi membantu memecahkan
masalahnya.
OOooOO
No comments:
Post a Comment