Friday, February 28, 2014
Cernak, 2 Maret 2014
Siapa yang Menangis Semalam?
Bagus merasa senang karena diajak sepupunya, Fira, liburan akhir pekan di villa keluarganya. Subuh-subuh dia sudah bersiap. Baru kali ini dia pergi menginap tanpa Ibu dan Ayah. Dan yang terpenting adalah tanpa Kak Heru yang sering menjahilinya.
Tak lama kemudian mobil van yang dikendarai om Hans tiba. Di dalamnya ada Fira dan Tante Mira, adik kandung ibu Bagus. Ibu langsung ngobrol sama Tante Fira. Ayah juga ngobrol dengan Om hans. Hanya sebentar, karena sepuluh menit kemudian mobil pun berangkat mneinggalkan rumah Bagus.
"Kamu bawa buku berapa?" tanya Fira.
"Tiga. Aku belum beli buku baru," ucap Bagus.
"Aku bawa sepuluh. Kamu boleh pinjam kok nanti," jawab Fira.
Bagus tersenyum senang. Fira anak tunggal dan sangat dimanja orangtuanya. Koleksi bukunya lebih banyak dari Bagus. Sebagai sesama penyuka kegiatan membaca buku. bagus merasa beruntung bersepupu dengan Fira. Walau belum tentu semua buku Fira disuka Bagus. Fira lebih suka buku tentang Princess, sementara Bagus lebih suka buku petualangan.
Setelah tiga jam perjalanan, akhirnya sampai ke daerah perbukitan yang sejuk. Tampak pohon pinus tinggi berjajar rapi menutup bukit. Hanya satu dua rumah yang terlihat. Sampai kemudian mobil berhenti di depan sebuah villa yang cantik.
Sepasang suami isteri menyambut mereka. Pak Ujang dan Bu Lilis. mereka adalah penjaga villa milik Om Hans.
PakUjang langsung membantu mengangkat barang bawaan dengan cekatan. Bu Lilis langsung mendekati Tante Mira menceritakan tentang bunga-bunga yang dirawatnya. Bagus dan Fira langsung berlari ke kamar besar yang akan mereka tempati. Bagus satu kamar, di sebelah kamar Fira.
"Wuah, lihat bukit di sana. Sudah mulai ditebangi pohonnya. Sepertinya akan dibangun villa," ucap Bagus sambil melihat ke luar jendela.
"Ya, sayang sekali ya. Sekarang makin banyak villa di sini," kata Fira yang bermain di kamar Bagus.
"Kata Ayah, semakin bagus sebuah tempat, akan semakin banyak villa. Tapi nantinya tempat itu jadi tidak indah lagi," tutur Bagus.
"Iya sih. Tapi Villa papa ini kan bukan villa baru. Ini villa lama sejak zaman Belanda. Cuman diubah lagi sama Papa. Jadi, Papa bukan perusak daerah perbukitan," kata Fira. "Kata Papa, kemungkinan sekarang informasi tentang keindahan tempat ini gampang disebar lewat Facebook. Orang yang ke sini motret, lalu tersebar di internet, jadi banyak orang tahu, akhirnya pada bikin villa di sini."
"Ayo makan dulu," tiba-tiba Tante Mira masuk kamar memanggil Bagus dan Fira.
Bagus dan Fira pun menuju ruang makan di teras samping villa. Makan bersama di ruang terbuka memang lebih asyik. yang penting tidak ada serangga yang menggangu.
Hidangan makan siang dimasak oleh Bu Lilis. Ada ayam kampung goreng, sayur lodeh, sambel, tempe, tahu, perkedel, dan banyak lagi. Pokoknya Bagus memakannya dengan lahap.
Setelah makan siang, Bagus dan Fira bermain bersama pindah-pindah tempat. Kadang di dalam villa, kadang di halaman yang luas. Tanpa terasa waktu makan malam tiba. Bagus pun kembali makan dengan lahap.
Acara malam hari diisi dengan bernyanyi bersama. Om Hans bermain gitar, Tante Mira bermain Piano.
"Permisi, kami mau pulang dulu," kata Pak Ujang dan Bu Lilis pamit saat pukul sepuluh malam.
Bagus tahu Pak Ujang dan Bu Lilis tinggal di dekat daerah sini. Mereka memang tidak menginap di villa jika Fira sekeluarga menginap.
Tak lama setelah Pak Ujang dan Bu Lilis pamit, bagus mulai mengantuk. Begitu juga Fira. Mereka kemudian memutuskan ke kmar masing-masing dan tidur lelap.
.... lalu Bagus terbangun entah jam berapa. Telinganya sayup-sayup mendengar suara orang menangis.
Apakah itu Fira?
Bagus berjalan meninggalkan tempati tidur. Suara tangisan itu berhenti. Tapi Bagus tetap penasaran. Dia membuka pintu kamar. Dia terkejut ketika melihat ... Fira!
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Fira.
"Aku mendengar suara orang menangis."
"Aku juga. Tapi tadi," kata Fira. "Kamu takut?"
"Nggak. Kamu?"
"Nggak juga. Tapi kalau suara itu terdengar lagi, aku pasti takut."
"Ya sudah, kita ke kamar lagi sekarang. Tidur. Mudah-mudahan nggak ada suara tangis lagi."
Bagus kembali ke tempat tidur. Tidak bisa langsung tidur. Dia malah menunggu suara itu. Tapi tidak terdengar lagi. Sampai akhirnya Bagus tertidur.
Keesokan paginya Bagus dan Fira membahasnya di meja makan saat sarapan.
"Suara tangis siapa ya semalam?" tanya Bagus.
"Iya. Suaranya seram," tambah Fira.
"Suara tangis?" tiba-tiba Bu Lilis menyela. "Ah, maaf. Semalam handphone Bu Lilis ketinggaln di ruang aquarium. Ng, bunyi rintone SMS-nya memang suara tangis anak kecil. Itu suara anak kami. Sepertinya tadi malam berbunyi karena ada SMS iklan."
Bagus dan Fira saling berpandang. Tiba-tiba ringtone HP Bu Lilis berbunyi.
Suara tangis seoprang anak. Persis yang didengar bagus dan Fira semalam.
***
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment