Tentang Maya
Oleh Benny Rhamdani
Kapan kamu terakhir mendapat teman baru? Aku sih, tiga hari
lalu. Namanya Maya. Cantik dan pintar bergaya. Aku yakin dia anak orang kaya.
Siang itu studio tempat aku latihan balet cukup ramai.
Kelasku baru akan mulai latihan ketika Tante Lista berjalan masuk beserta
seorang anak perempuan sebaya kami.
“Anak-anak Tante yang cantik, hari ini kalian akan mendapat
teman baru. Namanya Maya,” begitu kata Tante Lista.
Kami semua langsung mengamati Maya.
“Wuah, cantiknya. Dia bisa jadi saingan kamu, Mia,” kata
Wulan kepadaku.
“Maksudmu?” aku mendelik.
“Iya, kamu bisa kalah cantik.”
“Memangnya aku akan meleleh kalau ada yang lebih cantik dari
aku. Nggak masalah. Yang penting dia baik hatinya,” kataku.
Latihan pun dimulai. Ternyata Maya tak cuma cantik. Dia juga
sudah mahir menari balet. Setiap gerakan baru yang diajarkan Tante Lista, dia
dengan cepat menguasainya.
“Dia benar-benar akan menjadi ancaman bagimu,” bisik Wulan
lagi.
“Ancaman apa?”
“Dia lebih jago dari kamu. Selama ini kamu yang paling jago
di kelas. Setiap semester kamu terpilih jadi pemeran utama di pentas balai
kota. Kayaknya, semester ini tempatmu akan tergeser.”
“Wulan, tutup mulutmu. Aku tidak suka kamu menghasut begitu,”
kataku.
Wulan terdiam. Pelan-pelan dia mulai mendekatkan dirinya
dengan Maya. Entah apa tujuannya. Yang aku tahu, Wulan memang sangat suka
mendekati siapapun yang populer.
Seusai latihan aku
menuju locker room. Aku harus mengganti pakaian.
“Hai, Mia!” terdengar suara sapa di belakangku. “Senang
rasanya bisa sekelas denganmu.Aku suka gerakanmu di latihan tadi.”
Maya berjalan mendekatiku. Rupanya, letak lockernya di sebelah
lockerku.
“Aku juga senang.
Sebelumnya kamu latihan di studio balet mana?” tanyaku.
“Ini pertama kali aku latihan di studio.”
“Oh ya?” Aku tak percaya. “Kok bisa?”
Maya tak menjawab. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu.
Aku jadi tak enak hati.
“Kamu mau pulang bareng denganku?” Maya mengalihkan
pembicaraan.
“Rumahku hanya satu blok dari sini. Aku bisa berjalan kaki.
Lagi pula, aku harus mampir ke toko buku sebentar. Aku ingin membeli buku KKPK
terbaru.”
“Oh, kamu suka membaca buku? Aku juga. Kapan-kapan kita
tukaran yuk!” pinta Maya.
“Boleh.”
Kami kemudian bicara tentang buku-buku kesukaan kami, sampai
kami berpisah di depan studio. Kami sempat saling tukar nomor telepon, PIN BB,
Facebook dan twitter.
Malam hari ketika aku sedang belajar, Maya mengirim BBM.
“Pasti kamu lagi belajar ya?”
Aku membalas,”Iya. Kamu juga, kan?”
Maya mengirim BBM lagi,”Nggak. AKu lagi baca KKPK. Selamat
belajar. Maaf mengganggu.”
Aku tidak membalasnya karena harus menegrjakan PR yang
banyak jumlahnya. Selesai belajar aku tertidur pulas. Besok paginya aku
terbangun. Ketika kubuka BBku, aku melihat ada beberapa BBM masuk dari Maya.
“Sudah belajarnya?”
PING
“Pasti kamu sudah tidur. Selamat tidur.”
“Aku tidak bisa tidur.”
“Apakah kamu pernah berpikir
jika besok kamu akan meninggal?”
Aku kaget membaca pesan terakhirnya. Buru-buru aku mengirim
BBM,” Maya, maaf aku baru baca BBM kamu.”
Tidak ada balasan. Mungkin Maya masih tidur. Aku pun
bergegas mandi dan melakukan kegiatan lainnya bersiap sekolah.
Di sekolah aku tidak bisa mengirim BBM karena Mama
melarangku membawa BB-ku ke sekolah.
Sepulang sekolah aku langsung melihat BB. Tidak ada jawaban BBM dari
Maya. Mungkin dia sibuk. Anak orang kaya biasanya banyak kegiatan. Aku memutuskan istirahat sebelum latihan
balet sore nanti.
Pukul tiga aku berangkat balet dengan semangat. Tadi aku
sudah izin kepada Mama akan main ke rumah Maya pulang latihan nanti. Tiba di
studio aku mencai Maya. Tapi belum datang. Mungkin dia terlambat. Namun… sampai
Tante Lista masuk kelas, Maya tak juga hadir.
Dan … aku baru tahu ketika Tante Lista bercerita.
“Anak-anakku yang cantik, hari ini kita kehilangan teman
baru kita … Maya. Tadi pagi Maya telah meninggal dunia. Tapi dia meninggal
dunia dalam kebahagiaan. Sejak balita Maya menderita penyakit aneh yang membuat
fisiknya lemah. Dia tidak bisa berlama-lama di luar ruangan, sehingga dia tidak
pernah sekolah atau bermain di luar rmah. Dia punya hobi balet dan belajar
balet sendiri dari internet Keinginan terakhirnyaadalah bisa belajar balet di
sebuah studio. Dan itu dipenuhi orangtuanya kemarin,” tutur tante Lista sambil
berlinang air mata.
Aku ikut sedih. Air mata teman-temanku juga menetes.
Rasanya aneh kehilangan seorang teman baru. Benar-benar
membuatku tak habis pikir selama berhari-hari.
Aku sedih sampai kini, mengenang seorang teman yang baru
kukenal tiga hari yang lalu.
No comments:
Post a Comment