APRIL MOP
Minggu pagi setelah menyapu halaman, aku menuju ke kamar abangku, Erwin.
"Bang, Miko mati. Tadi aku lihat di halaman tergeletak," kataku langsung.
Abangku yang lagi malas-malasan di tempat tidur langsung terbangun.
Mukanya panik. Dia langsung menerobos pintu kamar. Aku mengikutinya.
Abang menuju halaman. Dan dia melihat anjing kesayangannya sedang berjalan santai di halaman.
"APRIL MOP!" teriakku.
"Uh! Kena aku dikerjain!" kata Bang Erwin.
Ya, hari ini adalah tanggal satu April. Katanya sih hari berbohong
sedunia untuk ngerjain siapapun. Dan aku senang sekali sepagi ini
berhasil mengerjai abangku.
"Awas ya, nanti aku balas!" ancam Bang Erwin.
Aku mencibir dan balik masuk ke rumah. Tentunya aku akan hati-hati hari ini.
Agak siang aku pergi menuju rumah temanku, Winda.
"Sisil, tumben main ke rumahku," sapa Winfa menyambutku. "Terus kenapa wajahmu murung begitu?"
"Ada yang ingin aku ceritakan kepadamu. Kamu mau dengar, kan?" tanyaku.
"Ah, tentu saja. Langsung ke kamarku ya."
Aku mengikuti Winda ke kamarnya. Aku sengaja memasang wajah sedih mungkin.
"Nah, sekarang ceritakanlah padaku. Kamu punya masalah?"
"Ya. Aku ... Tapikamu janji tidak menceritakannya kepada siapapun, ya."
"Ya, aku janji."
"Winda, aku baru tahu kalau aku ini ternyata bukan anak kandung."
"Apa?"
"Iya. Aku juga kaget. Ternyata aku anak adopsi."
"Dari panti asuhan?"
"Bukan. seseorang meninggalkan aku di depan rumah orang yang menjadi orangtuaku sekarang."
Kulihat mata Winda berkaca-kaca. Dia memang gampang tersentuh hatinya.
Kalau pelajaran agama dia sering menangis mendengar kisah-kisah teladan
para Nabi.
"Jadi kamu tidak tahu siapa orangtua sesungguhnya."
"Begitulah. Oh, betapa malangnya aku."
Winda mendekapku erat. matanya berlinang. Sementara aku mati-matian menahan tawa.
"Aku memutuskan kabur hari ini. Aku akan berpetualang mencari ibu kandungku," lanjutku.
"Bagaimana caranya? namanya saja tidak tahu. Sebaiknya kamu bersyukur
dengan orangtuamu sekarang. jangan tinggalkan mereka," saran Winda
sungguh-sungguh.
Aku sungguh tidak kuat lagi. Tiba-tiba saja aku meutuskan untuk tertawa lebar.
"APRIL MOP!" teriakku.
Winda bingung sebentar, kemudian dia baru sadar telah aku kerjain.
"Sisil, kamu keterlalu ih!"
"Maaf ya, Win. Aku bohong," kataku.
Lalu, kamu ngobrol santai. Baru setengah jam kemudian aku mendengar bunyi ponsel-ku. Ternyata abangku yang menelepon.
"Sisil, kamu di mana? cepat pulang. Rumah kita kebakaran!" kataBang erwin.
"April mop yang konyol!"
"Abang serius. Cepat. Kamu di mana?"
"Di rumah Winda."
Aku mendengar suara sirine mobil pemadam kebakaran. Langsung saja aku ke
luar rumah. Kulihat dari rumah Winda asap mengepul dari arah rumahku.
Aku langsung berlari menuju rumah. Kulihat dari kejauhan rumahku kebakaran.
^_^
No comments:
Post a Comment