Tas Ajaib
Seluruh murid senang kepada Bu Beryl. Sebab bila mereka dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Bu Beryl, mereka akan mendapat hadiah darinya.
"Emil, berapa kembang gula yang akan kau peroleh bila kau mempunyai dua orang kakak dan seorang adik, sementara ibumu ingin membagi adil enam belas kembang gula yang dimilikinya?" tanya Bu Beryl kepada Emil.
Emil diam sebentar sambil menghitung di atas kertas. "Empat kembang gula, Bu!" serunya tak lama kemudian.
"Pintar kau!" Maka seperti biasa Bu Beryl merogoh tas ajaibnya. Dari dalam tas itu ia mengambil empat butir kembang gula dan memberikannya kepada Emil.
Ya-ya, tentu saja semua murid mendapat pertanyaan. Bila mereka tidak bisa menjawab, mereka tetap akan mendapat hadiah. Tetapi, tak sebanyak hadiah untuk mereka yang bisa menjawab. Itu sebabnya semua murid berusaha rajin belajar agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan Bu Beryl.
Tidak cuma karena itu saja Bu Beryl disukai murid-muridnya. Bu Beryl baik hati, mau menolong mereka yang kesulitan. Seperti hari ini, Emil dan Rani lupa membawa jas hujan mereka, padahal ketika bel pulang sekolah berbunyi, di luar sedang hujan deras. "Kenapa kalian tidak membawa jas hujan?" tanya Bu Beryl di pintu kelas. "Kami lupa, Bu! Oh, padahal kami ingin cepat pulang ke rumah. Perut kami sudah lapar," jawab Rani.
Bu Beryl tersenyum. Ia merogoh tasnya. Dua buah jas hujan yang diambilnya dari tas itu segera diberikan kepada Emil dan Rani. "Cepat kalian pakai. Lain kali, di musim hujan seperti ini jangan lupa membawa jas hujan," pesan Bu Beryl.
"Terima kasih, Bu," ucap Emil dan Rani serempak. Mereka meninggalkan sekolah dengan riang.
Tas Bu Beryl memang ajaib. Ya, karena dari tas itu ia dapat memperoleh barang apa saja yang diinginkannya. Hampir semua orang tahu kabar tentang keajaiban tas Bu Beryl. Bahkan akhirnya kabar itu sampai juga ke telinga dua orang pencuri.
Dua pencuri itu tinggal di rumah kayu dekat tumpukan rongsokan mobil di tengah kota. Rencananya, malam ini mereka hendak mencuri tas ajaib milik Bu Beryl.
Lewat tengah malam mereka mengendap masuk ke dalam rumah Bu Beryl. Mereka tidakmengalami kesulitan untuk menemukan kamar Bu Beryl.
"Kalau perempuan itu bangun, kita pukul saja!" bisik pencuri yang berjanggut tebal.
"Beres. Ia 'kan tinggal sendirian di rumah ini," sahut si Kepala Botak.
Ternyata, mereka berhasil mendapatkan tas ajaib itu tanpa membangunkan Bu Beryl. Mereka segera ke luar rumah dan kembali ke tempat tinggal mereka.
"Hahaha, dengan mendapatkan tas ini kita tidak perlu mencuri lagi. Kita akan menjadi kaya,"seru si Botak sambil terbahak-bahak.
"Ya, dan perempuan tua itu akan panik melihat tas ajaibnya tidak ada di tempatnya. Kita kembalikan nanti kalau kita sudah kaya," usul si Janggut Lebat.
"Kurasa tidak perlu," si Botak menolak usul temannya.
Mereka berdua diam. Memandangi tas yang baru mereka curi.
"Bagaimana kalau kita minta uang emas kepada tas ini," usul si Janggut Lebat.
"Jangan sekarang! Lebih baik kita minta roti saja dulu. Perutku belum diisi sejak tadi," sahut si Botak.
"Ya, perutku juga lapar."
Si Botak memegang tas ajaib itu. Kemudian ia berkata keras, "Tas ajaib berilah kami roti yang banyak!"
Ajaib! Sewaktu si Botak merogoh tas itu, ia mendapatkan roti di dalamnya. Mereka memakan roti itu.
"Heh, lihat tas itu mengeluarkan roti lagi. Satu ... dua ... tiga ... wah, wah, wah, tas itu tidak mau berhenti mengeluarkan roti," si Janggut Lebat keheranan.
"Bagaimana cara menghentikannya?" gumam si Botak.
"Mana aku tahu. Tadi 'kan kau yang minta roti kepadanya!"
Si Botak kebingungan. Kemudian ia berteriak, "Hei tas ajaib, berhentilah mengeluarkan roti!"
Berhentikah tas itu mengeluarkan roti? Oh, ternyata tidak. Semakin lama, semakin banyak roti yang dikeluarkan tas itu. Kedua pencuri itu malah jadi ketakutan.
"Ayo, kita lari saja!" ajak si Botak. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, mereka berlari meninggalkan tempat itu.
Lalu apa yang terjadi esok paginya? Penduduk kota dikejutkan oleh gundukan roti yang menyerupai sebuah bukit. Anak-anak kecil kegirangan mengerumuni bukit roti itu.
"Heh, lihat! Bukankah itu tas milik Bu Beryl?" teriakEmil yang ikut berkerumun dengan anak-anak di gundukan roti. Tangannya menunjuk ke sebuah tas yang dikenalnya di antara gundukan roti.
"lya. Mari kita kembalikan kepada Bu Beryl. Pasti ada yang mencuri tas ini! Kasihan Bu Beryl, pasti ia kebingungan karena tasnya hilang," timpal Rani.
Mereka berlari menuju rumah Bu Beryl sambil membawa tas ajaib itu. Ternyata Bu Beryl baru bangun dari tidurnya.
"Bu Beryl, kami menemukan tas ini di gundukan roti itu," tutur Emil seraya menunjuk ke arah bukit roti yang puncaknya terlihat dari rumah Bu Beryl.
"Astaga rupanya tasku telah dicuri," Bu Beryl tersentak kaget ketika menyadarinya.
"Ya, rupanya si pencuri tidak tahu bagaimana menggunakan tas ajaib ini," tambah Rani . "Akibatnya, ia jadi kerepotan."
Bu Beryl tersenyum senang. "Tidak ada seorang pun yang bisa menggunakan tas ini, selain aku sendiri. Apalagi orang yang berhati jahat," kata Bu Beryl kemudian.
Emil dan Rani mengangguk tanda mengerti. Ya, mereka lebih senang kalau tas ajaib itu tetap di tangan Bu Beryl. Sebab Bu Beryl baik hati dan tahu benar bagaimana menyenangkan mereka dengan membagi-bagikan hadiah dari tas ajaib itu.
No comments:
Post a Comment