Ketika Kemarau Tiba
Kegembiraan Princess Humayra
Musim
kemarau yang singkat telah berakhir. Hujan mulai mengguyur istana dan
sekelilingnya. Princess Humayra merasa senang karena rakyat di negerinya
telah melewati masa-masa sulit mendapatkan air bersih.
“Alhamdulillah,
hujan mulai turun. Semoga hujan ini membawa berkah untuk seluruh
rakyat,” doa Princess Humayra di hendela kamarnya.
“Princess
Humayra, hujan belum turun di semua tempat negeri ini. Bahkan ada
sebuah desa yang sudah sangat kekeringan,” tiba-tiba terdengar suara
burung kecil di dekat Princess Humayra.
“Opps! Assalammualaikum, burung kecil. Kukira siapa?” kata Princess Humayra sambil tersenyum.
“Waalaikumsalam. Maaf aku mengejutkan Princess karena tidak mengucapkan salam dulu,” burung kecil tersipu malu.
“Benarkah kabar yang kau sampaikan tadi?” tanya Princess Humayra.
“Ya, aku mendengar dari beberapa temanku yang terbang ke sana. Namanya Desa Silamaya. Letaknya di sebelah barat kerajaan,” jelas burung kecil.
“Kalau begitu aku akan mengunjungi desa itu segera,” ucap Princes Humayra.
Keesokan
harinya atas seizin Baginda Raja Akbar, Princess Humayra melakukan
perjalanan dengan rombongan pengawal. Mereka membawa serta persediaan
air dan makanan untuk bantuan.
Begitu
memasuki Desa Simalaya, Princess Humayra merasa sedih melihat
pemandangan di depannya. Tanah-tanah kering kerontang. Pepohonan tak
bisa tumbuh di atasnya. Warga desa banyak yang terserang penyakit.
“Padahal beberapa bulan sebelumnya desa ini baru saja melewati panen dan merayakannya bermewah-mewahan,” jelas seorang pengawal.
Princess Humayra segera menemui Kepala Desa. Tapi keadaan Kepala Desa sedang sakit. Tak banyak yang bisa diharapkan darinya..
“Kalau
begitu, kita langsung bergerak membantu warga desa ini,” ajak Princess
Humayra kepada pra prajurit. “Pertama-tama, kita harus mencari sumber
air untuk dibagikan kepada warga desa,” ucap Princess Humayra.
“Kami siap mengerjakan!” jawab para parjurit.
Tanpa
membuang banyak waktu para prajurit segera bekerja. Tapi dari pagi
hingga waktu shalat zuhur tiba, mereka belum menemukan satu sumber air
pun.
“Kita harus mencari sumber air dari desa terdekat, lalu memasang pipa hingga ke desa ini,” saran seorang prajurit.
“Baiklah,
itu saran yang bagus. Tapi sebaiknya kalian shalat zuhur dulu dan
berdoa agar kita diberi kemudahan,” kata Princess Humayra.
Usai shalat zuhur dan makan siang, sebagian prajurit mengantar Princess Humayra menuju ke desa terdekat. Namanya Desa Kiarani.
“Subhanallah, desa ini hijau sekali,” kata Princess Humayra saat memasuki desa itu.
Kepala
Desa menyambut kedatangan Princess Humayra dengan senang hati. Dia
malah menawarkan warganya untuk ikut membantu Desa Simalaya.
Akhirnya,
para prajurit membuat pipa panjang dari sumber air di Desai Kiarani
menuju Desa Simalaya. Jumlahnya tak banyak, tapi untuk sementara cukup
membantu warga Desa Simalaya.
“Alhamdulillah, sekarang warga desa bisa menggunakan air bersih untuk masak,” kata Princess Humayra senang.
“Pak
Kepala Desa, bagaimana desa ini bisa terhindar dari kekeringan? Padahal
letaknya bersebelahan dengan Desa Simalaya,” tanya Princess Humayra.
“Yang
utama kami selalu berusaha menjaga alam dan lingkungan hidup di desa
kami. Selain itu, kami biasa beristighfar kepada Allah agar senantiasa
diampuni kesalahan kami. Bisa saja dalam bertani, beternak, ataupun
pekerjaan lainnya kami melakukan kesalahan, baik sengaja maupun tidak,”
jelas Kepada Desa.
“Istighfar?
Ya, selama bekerja membangun pipa tadi, aku mendengar warga Desa
Kiarani terus beristighfar. Rupanya memang sudah menjadi kebiasaan
mereka,” kata Princess Humayra.
“Begitulah adanya, Princess Humayra,” kata kepala Desa.
Princess Humayra pun merenung beberapa saat.Princess Humayra kemudian mengumpulkan warga Desa Simalaya. Juga Kepala Desanya.
“Mulai
hari ini, seluruh warga desa ini harus meniru desa sebelah. Mereka
sangat mencintai dan menjaga kelestarian alam. Sehingga ketika musim
kemarau tiba mereka tidak dilanda bencana kekeringan,” kata Princess
Humayra.
“Siap!” seru warga desa.
“Kalian juga harus memperbanyak istighfar kepada Allah, agar desa ini senantiasa dilindungi Allah,” tambah Princess Humayra.
Sejak
itu warga desa mulai melaksanakan titah Princess Humayra. Mereka
mengucapkan astagfirullahhaladzim saat berdoa, saat bicara, saat bekerja
dan saat-saat lainnya yang memungkinkan.
Mereka
juga mulai menjaga kelestarian alam di sekitar mereka. Pengalaman telah
mengajarkan mereka untuk mencintai lingkungan hidup.
Tiga hari kemudian, hujan turun di Desa Simalaya. Semua warga bersuka cita.
“Alhamdulillah, Allah mendengar doa kami,” kata warga desa.
Kegembiraan
warga desa itu juga dirasakan warga desa lainnya, bahkan sampai juga ke
telinga Princess Humayra yang sudah kembali ke istana.
“Aku
berharap warga Desa Simalaya mau belajar dari ujian berat yang baru
saja mereka lewati. Semoga Allah selalu bersama mereka.
Astagfirullahhaladzim. Amin,” doa Princess Humayra.
Berbulan-bulan
kemudian Desa Simalaya kembali subur. Saat panen raya di pertanian,
warga desa tak merayakannya dengan bermegah-megahan lagi. Mereka
menggunakan harta bersama untuk membangun sebuah bendungan. Suatu hari
kelak bendungan itu akan berguna sebagai persediaan pengairan di kala
musim kemarau.
No comments:
Post a Comment