Siapa Dia?
Inilah untuk pertama kalinya aku diajak orangtuaku diajak menginap di hotel. Sebuah hotel di luar kota yang sebanarnya sudah cukup tua. Tak apalah hotel tua juga. Karena Ayah bilang, lingkungan sekitar hotel itu sangat indah.
Menjelang tengah hari kami berangkat ke luar kota. Aku, Kak Ryan dan kedua orangtuaku. Di perjalanan aku tak henti mengagumi keindahan alam. Sekali-kali kami melihat sawah yang padinya mulai menguning, lalu perkebunan palawija, dan kemudian hutan pinus nan hijau.
Kami beristirahat sebentar di sebuah masjid besar. selain shalat dzuhur, kami makan siang di sebuah rumah makan. Sambil menunggu makanan yang dipesan Ibu datang, seperti biasa aku tak mau duduk diam. Aku berjalan ke sekitarnya sendiri. Ada beberapa kios oleh-oleh dan kedai makanan yang kecil.
"Hantu di Hotel Pinus katanya terlihat lagi ya?" kata seorang pedagang.
Aku terkejut. Hotel Pinus adalah yang akan kami kunjungi.
"Katanya Hantu Putih," kata yang lain.
Aku penasaran ingin tahu lebih jauh lagi. Tapi Kak Ryan keburu memanggilku. "Ryu, makanannya sudah siap. Ayo!" ajaknya.
Aku mengikuti Kak Ryan kembali ke rumah makan. Sambil makan ikan bakar aku masih meikirkan ucapan pedagang tadi. Ah, jadi hotel yang akan aku inapi berhantu? Ingin rasanya aku tanyakan kepada Ayah, tapi aku tidak berani.
Seusai makan siang kami meneruskan perjalanan. Setengah jam kemudian kami sudah tiba di dekat hotel. AKu melihat bentuk hotel itu. Sangat besar dan tua. Itu sebabnya akau sedikit bergidik. Apalagi ketika aku terus ke lobinya. Ayah dan Ibu mengurus administrasinya.
"Ayo kita jalan-jalan ke sekitar hotel ini," ajak kak Ryan.
"Nggak ah. Cape. Kak Ryan aja sendiri," aku menolak karena mulai ketakutan.
Aku menunggu ayah dan ibu beres, alu mengikuti mereka menuju ke kamar di lantai tiga. Liftnya tua dan menurutku sih menyeramkan. Begitu juga lorong menuju ke kamar hotel kami. Sepi dan seram. APalagi kalau di malam hari.
Betapa leganya aku ketika sampai kamar. Ayah istirahat sebentar di tempat tidur karena letih mengemudi. Ibu merapikan pakaian. Aku berjalan ke jendela. Ingin melihat pemandangan di luar.
Ya, aku melihat sebuah tanah lapang dengan beberapa tanaman bougenvile, lalu ada hamparan hutan serta danau. Kami memang liburan ke sini untuk bermain di danau itu. Ayah dan kak Ryan akan memancing, aku berenang, Ibu membaca buku.
Eh siapa itu?
Aku melihat seorang anak berambut panjang. Pakaiannya putih-putih. Dia berjalan di taman dan ... dia melihatku.
Aku tersentak kaget.
"Kenapa Ryu?" kamu seperti yang kaget.
"Tidak apa-apa," kataku. Lalu melirik ke jendela. Anak berbaju putih itu sudah tidak ada.
"Tolong dipanggil kakakmu biar siap-siap. Kita akan ke danau. Ayah coba hubungi lewat handphone tiak nyambung. Sinyal di sini jelek sekali," [inta Ayah.
Aku tidak suka membantah Ayah. Tapi keluar kamar dan berjalan di lorong hotel lalu turun pakai lift tua itu adalah hal yang menakutikan aku.
"Kenapa, Ryu?" tanya Ibu.
"Iya, Bu. Aku segera ke bawah."
Aku meninggalkan kamar, melewati lorong dengan cemas. Setelah itu menekan tombol lift ke bawah. Puntu lift terbuka, aku masuk. Pintu lift tertutup. Dan aku kemudian baru sadar ada sesosok ....
"Aaah ... hantu!" teriakku.
"Aku bukan hantu. Namaku Mia."
Hah dia bicara seperti aku. Aku melihatnya lagi. Ya, dia bukan hantu. Anak biasa berbaju putih. Dia adalah anak perempuan tadi yang kulihat.
"Kamu sungguh bukan hantu putih?" tanyaku.
"Hantu putih?"
"Ya aku dengar dari pedagang di bawah tadi, di hotel ini ada hantu putih."
"Oh itu," anak perempuan itu tertawa." Kamu tahu yang dimaksud hantu putih itu bukan hantu? Hnatu putih itu adalah burung hantu warna putih yang biasanya datang dari sekitar hutan di hotel ini. Orang sini menyebutnya hantu putih. Biasanya mereka hanya datang pada waktu-waktu tertentu ke sekitar sini," kata Mia.
"Benarkah? Wah aku salah duga."
Pintu lift terbuka. Aku melangkah keluar lift. Aku berjalan ke lobi dan melihat Kak Ryan sehabis meotret kolam-kolam di dekatnya.
Saat itulah aku melihat sebuah lukisan besar di dekatnya.
"Lukisan yang bagus ya. Tadi aku tanya petugas hotel tentang lukisan itu. Kata petugas hotel, itu adalah anak kesyangan pemilik hotel ini. Sayang beberapa tahun lalu meninggal karena kanker. Namanya Mia," jelas Kak Ryan.
Lututku langsung lemas mendengarnya. Apalagi wajah di lukisan itu sama dengan gadis kecil yang satu lift denganku tadi. Kemana daia ya?
No comments:
Post a Comment