Pilihan Pangeran
Tersebutlah seorang raja yang sudah lanjut usia dan dirinya
sudah merasa cukup hidup di dunia ini. Raja ini arif bijaksana dan selalu
sayang kepada seluruh rakyatnya. Merasa dirinya sudah tua dan harus ada yang
meneruskan tahta kepemimpinannya, yaitu anaknya seorang putra Mahkota Pangeran
Hasan. Untuk itu dipanggillah sang pangeran menghadap ke istana kerajaan.
Sampailah pangeran Hasan sang Putra mahkota dihadapan sang
baginda raja, ayahandanya tercinta.
"Wahai putraku pangeran Hasan, pergilah dan bawakan aku
seorang putri yang berbudi luhur yang akan mendampingi hidupmu kelak menjadi
permaisurimu. Sebab umurku yang sudah tua dan tidak akan lama lagi meninggal.
Otomatis seluruh kerajaan akan turun kepadamu sebagai pewaris seluruh tahta
kerajaan ini. Dan tentu saja aku yang sudah tua ini ingin memeluk cucu-cucuku
yang lucu-lucu, sebagai generasi penerus keturunan dinastiku." Sang raja
panjang lebar memberikan perintah dan nasehat kepada pangeran Hasan.
Dengan berat hati sang pangeran memohon doa restu kedapa
kedua orang tuanya itu, sebelum berangkat berkelana ke manca negera untuk
mencari sambatan hati seorang putri yang soleh dan baik budi pekertinya. Berat
rasanya meninggalkan negeri tercinta ini, yang telah membesarkannya selama ini.
Namun Hasan adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya,
harus taat kepada permintaan dan perintah ayahnya.
Berangkatlah sang pangeran diiringi doa restu kedua orang
tuanya. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dalam pengembaraan itu
sampailah sang putra mahkota di suatu kerajaan. Negeri yang mempunyai taman
yang sangat indah dan luas, dan sebuah istana yang terletak di tengah-tangah
taman bunga yang indah. Berhentilah sang putra mahkota di negeri itu, serta
menyuruh para pengawalnya untuk bersiap-siap menghadap raja negeri tersebut.
Setelah dipersilahkan masuk ke istana kerajaan tersebut dan memperkenalkan
diri, mereka menjelaskan maksud perjalanannya selama ini.
Sang raja negeri itupun sangat simpati kepada pangeran Hasan
yang sopan dalam tutur kata dan tidak sombong seperti kebanyakkan seorang putra
mahkota dari negeri lainnya. Kebetulan sang raja, mempunyai empat orang putri
yang cantik-cantik. Maka rajapun memerintahakan kepada putri-putrinya untuk
berhias diri supaya tampil cantik dan lebih menarik. Walaupun begitu sang raja
juga menyuruh seluruh putrinya untuk berdandan dengan memakai pakaian yang
sopan. Empat putri telah datang dihadapan sang raja, semuanya berpenampilan
sempurna dan cantik-cantik.
"Kini telah hadir didepanmu, putri-putriku, manakah
yang akan kamu ambil dan dijadikan istrimu?" Bertanya sang baginda raja
itu kepada sang putra mahkota pangeran Hasan.
Terkesimak, bingung, terpesona melihat kecantikan yang
begitu memancar dari keempat putri yang cantik-cantik itu. "Bagaimana aku
bisa memilih satu dari keempat putri ini yang tidak ada cela sama sekali
semuanya, mereka bisa merawat diri dengan baik. Belum pernah aku melihat
perempuan dengan kecantikan yang begitu memukau ini. Cantik alami yang
mempesona setiap mata lelaki yang memandangnya."
Tangan putri yang sulung terlihat sangat elok yang selalu
dilindungi dari sengatan matahari sehingga tangan tersebut sehalus gading
gajah. Sang putri cantik yang kedua menghiasi seluruh jemari kuku-kukunya yang
lentik dengan memberi warna-warna yang indah untuk dilihat. Putri cantik yang
ketiga selalu rajin mencuci tangan dan merendamnya dengan air dari bunga-bunga
yang wangi. Dan yang terakhir sang putri bungsu dia hanya merawatnya saja, tidak
pernah memakai apa-apa tetapi paling rajin dalam membersihkan, sehingga sangat
kelihatan kerapihannya.
Tak ada yang tercela dari semua putri yang cantik jelita
elok mempesona, keraguan menghinggapi pikiran sang putra mahkota hari itu.
"Siapakah yang akan menjadi istriku" membatin hati
sang pangeran saat itu. Kemudian beliau pun pamit kepada sang raja meminta
waktu untuk berpikir dengan tenang dan jernih. Sebab menurut hemat sang
pangeran memilih istri bukan hal yang mudah, ini harus di pikirkan masak-masak,
istri adalah pendamping seumur hidup. Dan sang pangeranpun tidak mau
mengecewakan kedua orang tuanya, meraka layak mendapat seorang mantu yang
berbudi luhur, yang akan menjadi permaisuriku nanti.
Malam telah berganti pagi yang cerah, fajarpun menyingsing
dengan memancarkan cahaya merah menyala. Pangeran Hasan telah melapisi pakaian
kebesaran kerajaannya dengan kostum pakaian yang tambal-tambalan disana-sini,
memakaikan kumis dan jenggot palsu, jadilah seorang pengemis peminta-minta yang
kumal. Hanya di kawal dari kejauhan oleh para pengawal, sang pangeran
mendatangi kerajaan tersebut. Sampailah ditaman dimana keempat putri raja yang
cantik-cantik itu sedang bersenda gurau dengan riang gembira.
Sang pengemis itupun datang meminta sedekah dari tembok taman
kerajaan itu, diulurkannya tangan yang sengaja dikotor-kotori kedalam tembok
taman istana tersebut.
Dan apa yang terjadi putri-putri cantik itu kaget dibuatnya,
putri sulung segera memanggil pengawal untuk mengusir sang pengemis dari
temapat itu diikuti putri kedua dan ketiga. Ketiga putri itu serentak memanggil
pengawal istana untuk mengusir orang yang minta-minta itu dengan jijik sekali
melihatnya. Tetapi apa yang dilakukan sang putri bungsu ini diluar dugaan
ketiga kakak-kakaknya itu. Si putri bungsu malah memberikan pengemis itu uang
emas logam yang tentu saja waktu itu sangat mahal harga. Dan uang tersebut
langsung diberikan dari tangan sang putri bungsu dengan tidak ada rasa jijik
sama sekali. Serta berkata sang putri bungsu, "Dengan uang ini bapak bisa
membeli pakaian yang layak dan makanan yang cukup."
Akhirnya pengemis itupun tersenyum sambil mencopot kumis
palsu, janggut palsu serta baju rombengnya, nampaklah siapa dibalik baju
rombeng itu sebenarnya.
Dengan baju kebesarannya sang putra mahkota berdiri di
hadapan keempat putri-putri nan cantik jelita itu. Dan dengan lantang sang
pangeran Hasan berkata, "Bukan seputih gading, dan bukan jari-jemari bak
duri landak yang harum semerbak mewangi bau tangannya, tetapi tangan yang
bersih, yang sudi menngulurkan tangan buat orang lain yang membutuhkan
pertolongan".
Jatuhlah pilihan yang tidak akan salah lagi, sang putri
bungsu akhirnya dibawa ke istana dan diperkenalkan kepada kedua orang tuanya.
Sang raja pun menyambut kedatangan sang putri bungsu dengan sangat senang hati.
Setelah dinobatkan menjadi raja, sang putri bungsu pun menjadi permaisuri
pendamping hidup sang raja Hasan yang terkenal dengan kebaikannya dan bijaksana
terhadap seluruh rakyat. Itulah takdir sang putri bungsu yang berhati mulia.
No comments:
Post a Comment