Puasa Yuk
Hari ini adalah hari pertama bagi Syamil
untuk melaksanakan salah satu kewajibannya yaitu berpuasa di bulan suci
Ramadhan. Betapa senang dan bangganya
Syamil bisa berpuasa dengan tanpa ada unsur paksaan dari kedua orang tuanya. Abi,Umi, dan
Kak Iffa pun sangat bangga padanya.
Ketika tengah berduduk santai di ruang
keluarga sembari mengerjakan PR dari sekolah, Syamil bertanya kepada Uminya
yang sedang merapikan buku dan majalah yang berserakan diatas meja.
“Umi, apakah semua orang islam di dunia
sekarang ini juga berpuasa seperti Syamil?” Ketika mendengar pertanyaan Syamil.
Umi hanya tersenyum dan menganggukkan kepala sejenak sebagai suatu jawaban atas
pertanyaan Syamil.
Merasa kurang puas akhirnya Syamil pun
bertanya lagi. “Tapi mengapa mereka mau berpuasa , Umi?Apakah mereka tidak
merasa lapar dan haus?”.
“Adikku sayang. Puasa di bulan ramadhan itu
hukumnya wajib bagi umat muslim yang sudah baligh. Makanya hampir semua umat
muslim di dunia yang berpuasa di bulan
Ramadhan termasuk Abi, Umi, Syamil dan kakak juga” jelas Kakak.
“Ooo, begitu ya kak.” Jawab Syamil dengan
mengangguk-anggukkan kepala seolah-olah sudah paham betul dengan penjelasan Kak
Iffa.
Tanpa terasa PR Syamil pun selesai.
Segeralah ia merapikan buku-buku pelajarannya kembali. Beranjak dari tempat
duduk, Kak Iffa menghampiri Syamil dengan membawa Al Qur’an dan mengajaknya
bertadaruz.
“Ayo, dik…tadaruz dulu, jangan sia-siakan
bulan yang penuh berkah ini.” ajak Kakak.
“Baik, Kak…” jawab Syamil sembari
tersenyum.
Belum begitu lama bertadaruz, tiba-tiba
Syamil berhenti sejenak dan memandangi perutnya yang sudah mulai bertabuh ria
pertanda lapar.
“Ada apa ,Nak?” Tanya Umi dengan penuh
perhatian.
“hehehe…tidak apa-apa, Umi.” Jawab Syamil
seraya menggeleng-gelengkan kepala menutupi laparnya itu.
Melihat tingkah laku adiknya itu, Kak Iffa
hanya diam tersenyum.
Sambil berjuang menahan lapar, Syamil
melanjutkan tadaruznya hingga sampai di ayat ke -10 dari QS. Al Baqarah. Merasa tak tahan lagi
dengan kondisi perutnya, tak canggung-canggung lagi Syamil bertanya kepada Umi.
“Waktu berbuka puasa apa sudah dekat ,
Umi?”tanya Syamil
“Hahaha…Syamil, ini kan baru jam setengah
sembilan pagi, sedangkan waktu berbuka puasanya nanti memasuki pukul enam.
Masih lamaaa adik” sahut Kak Iffa.
Merasa kasihan dengan Syamil, Umi pun
memberikan penjelasan singkat .
“Begini, nak…Kita berpuasa itu wajib.
Berpuasa itu menahan diri dari segala hawa nafsu termasuk nafsu amarah, nafsu
makan, nafsu minum, dan segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari. Jadi, Syamil harus bisa bersabar.”
“Ow, begitu ya Umi. Ya sudah, kalau Syamil
tidur sebentar apakah boleh, Umi?” tanya Syamil
“Tentu saja boleh ,dik.Kan tidurnya orang
berpuasa itu ibadah.” Jawab Kak Iffa.
Syamil pun bergegas menuju tempat tidur dan
mulai beristirahat sejenak. Waktu pun berjalan hingga tidak terasa sudah masuk
sholat dzuhur. Syamil terbangun ketika suara adzan terdengar.
“Umi, apakah ini suara adzan sholat
maghrib? Tanya Syamil dengan wajah polosnya.
“Bukan, Syamil. Ini adalah adzan untuk
sholat dzuhur” jawab Umi dengan sabar.
“Kenapa lama sekali,Umi?” Tanya Syamil
merengek.
“Bersabarlah, Syamil. Orang sabar itu
disayang Allah. Apalagi Syamil sedang berpuasa, jadi harus bisa bersabar,
bersabar dan bersabar” jawab Umi
Mendengar penjelasan Umi, semangat Syamil
bangkit kembali dan bersiap mengambil air wudlu untuk segera melaksanakan
sholat dzuhur berjamaah di masjid bersama Abi. Waktu bergulir begitu cepat,
hingga tibalah saatnya untuk menyiapkan hidangan berbuka puasa.
Ketika Umi sedang memasak di dapur bersama
Kak Iffa, Syamil datang dengan pertanyaan yang sama.
“Apakah ini sudah tiba saatnya berbuka
puasa, Umi?”tanya Syamil lagi.
“Belum adik, masih satu setengah jam lagi,
bersabarlah” jawab Kak Iffa sembari tersenyum.
Kemudian Syamil kembali bersama Abi yang
sedang mencuci sepeda di samping rumah. Mencium aroma masakan Umi dan Kak Iffa
di dapur, perut Syamil pun tak kuasa menahan betapa ia ingin makan.
”Umi, bolehkah Syamil mencicipi sedikit
saja masakannya?”teriak Syamil.
“Tidak boleh Syamil, bersabarlah, sebentar
lagi sudah tiba waktu berbuka puasa. Bersiaplah untuk berbuka”. Jawab Umi
dengan bijak.
Dengan penuh semangat, Syamil pun ikut
membantu Umi dan Kak Iffa menyiapkan hidangan berbuka di meja makan. Hingga
terdengarlah suara adzan pertanda bahwa waktu berbuka puasa telah tiba.
Baca juga : dongeng anak silami miskin tapi
dermawan
“Alhamdulillah…” celetuk Syamil dengan
sumringah. Mendengar celetuk Syamil, Abi, Umi dan Kak Iffa pun tersenyum sambil
menikmati hidangan berbukanya.
No comments:
Post a Comment