Permintaan Sang Puteri
Tersebutlah seorang
putri raja yang cantik jelita. Karena bergelimang harta, Sang Putri
mempunyai sifat buruk. Ia selalu menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal
yang tidak perlu. Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan
putrinya. Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan perhiasan
dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci perhiasan dari
berbagai negeri. Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota.
Setelah singgah di berbagai tempat, mereka berhenti di depan bangunan
indah. Di depan bangunan itu terdapat air mancur. Sang Putri sangat
terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu memancarkan
butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari,
butiran-butir air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang
Putri semakin terpesona. Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta
dibuatkan air mancur di depan istana. Raja mengabulkan permintaan itu.
Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan Sang Putri. Bukan
main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu.
Suatu hari ketika Sang Putri duduk di pinggir air mancur itu, jari
manisnya kejatuhan air mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari
manis Sang Putri laksana cincin. Begitu tersinari matahari, lingkaran
air itu memancarkan cahaya bak cincin permata. Sang Putri berdecak
kagum. Ia berlari menemui Sang Raja. “Ayahanda, saya ingin dibuatkan
cincin permata dari butiran air,” pinta Sang Putri. Raja tak kuasa
menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi kerajaan
mencari ahli permata. Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu
menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli permata mendengarkan dengan
seksama. “Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan
seperti itu. Hamba minta waktu untuk memikirkannya,” kata ahli permata.
Ia tampak kebingungan. “Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau
gagal, penjara telah menantimu!” tukas Sang Raja. Dua hari kemudian,
ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat memenuhi
permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan
ke penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain.
Tapi, beberapa ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa
dengan ahli permata pertama. Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus
berbuat apa lagi demi putri kesayangannya. Sementara itu, Sang Putri
terus menuntut agar permintaannya dikabulkan. Tiba-tiba seorang pengemis
tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana. “Kamu ahli permata?” sergah
Sang Raja. “Bu … bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi,
mengapa Baginda menanyakan ahli permata?” Si Pengemis balik bertanya.
Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya. “Izinkan hamba
mencobanya, Baginda,” ujar Si Pengemis kemudian. “Awas, kalau gagal,
penjara tempatmu!” ancam Sang Raja. Si Pengemis kemudian memanggil Sang
Putri. “Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!” pinta Si
Pengemis kepada Sang Putri seraya menunjuk air mancur di depan istana.
Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar
memiliki cincin yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia
menengadahkan tangannya. Sebutir air jatuh tepat di atas telapak
tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis. Tapi, sebelum
sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang Putri
mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu
membawa butiran air. Memang hari itu sedang sangat panas sehingga
membuat butiran air cepat menguap. Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia
datang pada saat cuaca panas. “Kalau butiran airnya tidak ada,
bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang Putri? Saya kira tak
seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba
khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan
putri bodoh karena menginginkan sesuatu yang tak ada.” Sesudah berkata
demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana. Apa yang
dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri
menyadari kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli
permata. Seluruh perhiasan intan permata yang dimiliki Sang Putri
dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi. Sejak saat itu Sang
Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Tersebutlah
seorang putri raja yang cantik jelita. Karena bergelimang harta, Sang
Putri mempunyai sifat buruk. Ia selalu menghambur-hamburkan uang untuk
hal-hal yang tidak perlu. Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan
putrinya.
Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan perhiasan dari intan
permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci perhiasan dari berbagai negeri.
Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota. Setelah singgah di
berbagai tempat, mereka berhenti di depan bangunan indah. Di depan
bangunan itu terdapat air mancur. Sang Putri sangat terpesona dengan air
mancur yang elok itu. Air mancur itu memancarkan butir-butir air yang
sangat indah. Karena terkena sinar matahari, butiran-butir air itu
memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang Putri semakin
terpesona.
Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta dibuatkan air mancur di depan
istana. Raja mengabulkan permintaan itu. Maka berdirilah air mancur nan
megah seperti keinginan Sang Putri. Bukan main gembiranya Sang Putri.
Tiap hari ia memandangi air mancur itu. Suatu hari ketika Sang Putri
duduk di pinggir air mancur itu, jari manisnya kejatuhan air mancur.
Butiran air itu menjalar melingkari jari manis Sang Putri laksana
cincin. Begitu tersinari matahari, lingkaran air itu memancarkan cahaya
bak cincin permata.
Sang Putri berdecak kagum. Ia berlari menemui Sang Raja.
“Ayahanda, saya ingin dibuatkan cincin permata dari butiran air,” pinta Sang Putri.
Raja tak kuasa menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi kerajaan mencari ahli permata.
Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli permata mendengarkan dengan seksama.
“Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan seperti itu.
Hamba minta waktu untuk memikirkannya,” kata ahli permata. Ia tampak
kebingungan.
“Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau gagal, penjara telah menantimu!” tukas Sang Raja.
Dua hari kemudian, ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia
tak dapat memenuhi permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli
permata itu dijebloskan ke penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan
mencari ahli permata lain. Tapi, beberapa ahli permata yang datang ke
istana mengalami nasib serupa dengan ahli permata pertama. Raja sudah
putus asa. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi demi putri kesayangannya.
Sementara itu, Sang Putri terus menuntut agar permintaannya dikabulkan.
Tiba-tiba seorang pengemis tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana.
“Kamu ahli permata?” sergah Sang Raja.
“Bu … bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi, mengapa Baginda menanyakan ahli permata?” Si Pengemis balik bertanya.
Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya.
“Izinkan hamba mencobanya, Baginda,” ujar Si Pengemis kemudian.
“Awas, kalau gagal, penjara tempatmu!” ancam Sang Raja.
Si Pengemis kemudian memanggil Sang Putri.
“Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!” pinta Si Pengemis
kepada Sang Putri seraya menunjuk air mancur di depan istana.
Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar
memiliki cincin yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia
menengadahkan tangannya. Sebutir air jatuh tepat di atas telapak
tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis.
Tapi, sebelum sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang
Putri mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak
mampu membawa butiran air.
Memang hari itu sedang sangat panas sehingga membuat butiran air cepat
menguap. Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia datang pada saat cuaca
panas.
“Kalau butiran airnya tidak ada, bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang Putri?
Saya kira tak seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada.
Hamba khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat
julukan putri bodoh karena menginginkan sesuatu yang tak ada.”
Sesudah berkata demikian,
Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana. Apa yang dikatakan Si
Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri menyadari
kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli permata.
Seluruh perhiasan intan permata yang dimiliki Sang Putri dibagikan
kepada ahli permata sebagai ganti rugi. Sejak saat itu Sang Putri hidup
sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.
Tersebutlah seorang
putri raja yang cantik jelita. Karena bergelimang harta, Sang Putri
mempunyai sifat buruk. Ia selalu menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal
yang tidak perlu. Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan
putrinya. Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan perhiasan
dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci perhiasan dari
berbagai negeri. Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota.
Setelah singgah di berbagai tempat, mereka berhenti di depan bangunan
indah. Di depan bangunan itu terdapat air mancur. Sang Putri sangat
terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu memancarkan
butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari,
butiran-butir air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang
Putri semakin terpesona. Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta
dibuatkan air mancur di depan istana. Raja mengabulkan permintaan itu.
Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan Sang Putri. Bukan
main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu.
Suatu hari ketika Sang Putri duduk di pinggir air mancur itu, jari
manisnya kejatuhan air mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari
manis Sang Putri laksana cincin. Begitu tersinari matahari, lingkaran
air itu memancarkan cahaya bak cincin permata. Sang Putri berdecak
kagum. Ia berlari menemui Sang Raja. “Ayahanda, saya ingin dibuatkan
cincin permata dari butiran air,” pinta Sang Putri. Raja tak kuasa
menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi kerajaan
mencari ahli permata. Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu
menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli permata mendengarkan dengan
seksama. “Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan
seperti itu. Hamba minta waktu untuk memikirkannya,” kata ahli permata.
Ia tampak kebingungan. “Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau
gagal, penjara telah menantimu!” tukas Sang Raja. Dua hari kemudian,
ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat memenuhi
permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan
ke penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain.
Tapi, beberapa ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa
dengan ahli permata pertama. Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus
berbuat apa lagi demi putri kesayangannya. Sementara itu, Sang Putri
terus menuntut agar permintaannya dikabulkan. Tiba-tiba seorang pengemis
tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana. “Kamu ahli permata?” sergah
Sang Raja. “Bu … bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi,
mengapa Baginda menanyakan ahli permata?” Si Pengemis balik bertanya.
Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya. “Izinkan hamba
mencobanya, Baginda,” ujar Si Pengemis kemudian. “Awas, kalau gagal,
penjara tempatmu!” ancam Sang Raja. Si Pengemis kemudian memanggil Sang
Putri. “Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!” pinta Si
Pengemis kepada Sang Putri seraya menunjuk air mancur di depan istana.
Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar
memiliki cincin yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia
menengadahkan tangannya. Sebutir air jatuh tepat di atas telapak
tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis. Tapi, sebelum
sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang Putri
mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu
membawa butiran air. Memang hari itu sedang sangat panas sehingga
membuat butiran air cepat menguap. Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia
datang pada saat cuaca panas. “Kalau butiran airnya tidak ada,
bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang Putri? Saya kira tak
seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba
khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan
putri bodoh karena menginginkan sesuatu yang tak ada.” Sesudah berkata
demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana. Apa yang
dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri
menyadari kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli
permata. Seluruh perhiasan intan permata yang dimiliki Sang Putri
dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi. Sejak saat itu Sang
Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Tersebutlah seorang
putri raja yang cantik jelita. Karena bergelimang harta, Sang Putri
mempunyai sifat buruk. Ia selalu menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal
yang tidak perlu. Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan
putrinya. Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan perhiasan
dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci perhiasan dari
berbagai negeri. Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota.
Setelah singgah di berbagai tempat, mereka berhenti di depan bangunan
indah. Di depan bangunan itu terdapat air mancur. Sang Putri sangat
terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu memancarkan
butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari,
butiran-butir air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang
Putri semakin terpesona. Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta
dibuatkan air mancur di depan istana. Raja mengabulkan permintaan itu.
Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan Sang Putri. Bukan
main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu.
Suatu hari ketika Sang Putri duduk di pinggir air mancur itu, jari
manisnya kejatuhan air mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari
manis Sang Putri laksana cincin. Begitu tersinari matahari, lingkaran
air itu memancarkan cahaya bak cincin permata. Sang Putri berdecak
kagum. Ia berlari menemui Sang Raja. “Ayahanda, saya ingin dibuatkan
cincin permata dari butiran air,” pinta Sang Putri. Raja tak kuasa
menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi kerajaan
mencari ahli permata. Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu
menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli permata mendengarkan dengan
seksama. “Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan
seperti itu. Hamba minta waktu untuk memikirkannya,” kata ahli permata.
Ia tampak kebingungan. “Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau
gagal, penjara telah menantimu!” tukas Sang Raja. Dua hari kemudian,
ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat memenuhi
permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan
ke penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain.
Tapi, beberapa ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa
dengan ahli permata pertama. Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus
berbuat apa lagi demi putri kesayangannya. Sementara itu, Sang Putri
terus menuntut agar permintaannya dikabulkan. Tiba-tiba seorang pengemis
tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana. “Kamu ahli permata?” sergah
Sang Raja. “Bu … bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi,
mengapa Baginda menanyakan ahli permata?” Si Pengemis balik bertanya.
Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya. “Izinkan hamba
mencobanya, Baginda,” ujar Si Pengemis kemudian. “Awas, kalau gagal,
penjara tempatmu!” ancam Sang Raja. Si Pengemis kemudian memanggil Sang
Putri. “Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!” pinta Si
Pengemis kepada Sang Putri seraya menunjuk air mancur di depan istana.
Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar
memiliki cincin yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia
menengadahkan tangannya. Sebutir air jatuh tepat di atas telapak
tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis. Tapi, sebelum
sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang Putri
mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu
membawa butiran air. Memang hari itu sedang sangat panas sehingga
membuat butiran air cepat menguap. Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia
datang pada saat cuaca panas. “Kalau butiran airnya tidak ada,
bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang Putri? Saya kira tak
seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba
khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan
putri bodoh karena menginginkan sesuatu yang tak ada.” Sesudah berkata
demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana. Apa yang
dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri
menyadari kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli
permata. Seluruh perhiasan intan permata yang dimiliki Sang Putri
dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi. Sejak saat itu Sang
Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Tersebutlah seorang
putri raja yang cantik jelita. Karena bergelimang harta, Sang Putri
mempunyai sifat buruk. Ia selalu menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal
yang tidak perlu. Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan
putrinya. Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan perhiasan
dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci perhiasan dari
berbagai negeri. Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota.
Setelah singgah di berbagai tempat, mereka berhenti di depan bangunan
indah. Di depan bangunan itu terdapat air mancur. Sang Putri sangat
terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu memancarkan
butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari,
butiran-butir air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang
Putri semakin terpesona. Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta
dibuatkan air mancur di depan istana. Raja mengabulkan permintaan itu.
Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan Sang Putri. Bukan
main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu.
Suatu hari ketika Sang Putri duduk di pinggir air mancur itu, jari
manisnya kejatuhan air mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari
manis Sang Putri laksana cincin. Begitu tersinari matahari, lingkaran
air itu memancarkan cahaya bak cincin permata. Sang Putri berdecak
kagum. Ia berlari menemui Sang Raja. “Ayahanda, saya ingin dibuatkan
cincin permata dari butiran air,” pinta Sang Putri. Raja tak kuasa
menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi kerajaan
mencari ahli permata. Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu
menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli permata mendengarkan dengan
seksama. “Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan
seperti itu. Hamba minta waktu untuk memikirkannya,” kata ahli permata.
Ia tampak kebingungan. “Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau
gagal, penjara telah menantimu!” tukas Sang Raja. Dua hari kemudian,
ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat memenuhi
permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan
ke penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain.
Tapi, beberapa ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa
dengan ahli permata pertama. Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus
berbuat apa lagi demi putri kesayangannya. Sementara itu, Sang Putri
terus menuntut agar permintaannya dikabulkan. Tiba-tiba seorang pengemis
tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana. “Kamu ahli permata?” sergah
Sang Raja. “Bu … bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi,
mengapa Baginda menanyakan ahli permata?” Si Pengemis balik bertanya.
Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya. “Izinkan hamba
mencobanya, Baginda,” ujar Si Pengemis kemudian. “Awas, kalau gagal,
penjara tempatmu!” ancam Sang Raja. Si Pengemis kemudian memanggil Sang
Putri. “Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!” pinta Si
Pengemis kepada Sang Putri seraya menunjuk air mancur di depan istana.
Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar
memiliki cincin yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia
menengadahkan tangannya. Sebutir air jatuh tepat di atas telapak
tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis. Tapi, sebelum
sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang Putri
mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu
membawa butiran air. Memang hari itu sedang sangat panas sehingga
membuat butiran air cepat menguap. Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia
datang pada saat cuaca panas. “Kalau butiran airnya tidak ada,
bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang Putri? Saya kira tak
seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba
khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan
putri bodoh karena menginginkan sesuatu yang tak ada.” Sesudah berkata
demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana. Apa yang
dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri
menyadari kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli
permata. Seluruh perhiasan intan permata yang dimiliki Sang Putri
dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi. Sejak saat itu Sang
Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Tersebutlah seorang
putri raja yang cantik jelita. Karena bergelimang harta, Sang Putri
mempunyai sifat buruk. Ia selalu menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal
yang tidak perlu. Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan
putrinya. Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan perhiasan
dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci perhiasan dari
berbagai negeri. Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota.
Setelah singgah di berbagai tempat, mereka berhenti di depan bangunan
indah. Di depan bangunan itu terdapat air mancur. Sang Putri sangat
terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu memancarkan
butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari,
butiran-butir air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang
Putri semakin terpesona. Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta
dibuatkan air mancur di depan istana. Raja mengabulkan permintaan itu.
Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan Sang Putri. Bukan
main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu.
Suatu hari ketika Sang Putri duduk di pinggir air mancur itu, jari
manisnya kejatuhan air mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari
manis Sang Putri laksana cincin. Begitu tersinari matahari, lingkaran
air itu memancarkan cahaya bak cincin permata. Sang Putri berdecak
kagum. Ia berlari menemui Sang Raja. “Ayahanda, saya ingin dibuatkan
cincin permata dari butiran air,” pinta Sang Putri. Raja tak kuasa
menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi kerajaan
mencari ahli permata. Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu
menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli permata mendengarkan dengan
seksama. “Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan
seperti itu. Hamba minta waktu untuk memikirkannya,” kata ahli permata.
Ia tampak kebingungan. “Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau
gagal, penjara telah menantimu!” tukas Sang Raja. Dua hari kemudian,
ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat memenuhi
permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan
ke penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain.
Tapi, beberapa ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa
dengan ahli permata pertama. Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus
berbuat apa lagi demi putri kesayangannya. Sementara itu, Sang Putri
terus menuntut agar permintaannya dikabulkan. Tiba-tiba seorang pengemis
tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana. “Kamu ahli permata?” sergah
Sang Raja. “Bu … bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi,
mengapa Baginda menanyakan ahli permata?” Si Pengemis balik bertanya.
Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya. “Izinkan hamba
mencobanya, Baginda,” ujar Si Pengemis kemudian. “Awas, kalau gagal,
penjara tempatmu!” ancam Sang Raja. Si Pengemis kemudian memanggil Sang
Putri. “Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!” pinta Si
Pengemis kepada Sang Putri seraya menunjuk air mancur di depan istana.
Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar
memiliki cincin yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia
menengadahkan tangannya. Sebutir air jatuh tepat di atas telapak
tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis. Tapi, sebelum
sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang Putri
mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu
membawa butiran air. Memang hari itu sedang sangat panas sehingga
membuat butiran air cepat menguap. Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia
datang pada saat cuaca panas. “Kalau butiran airnya tidak ada,
bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang Putri? Saya kira tak
seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba
khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan
putri bodoh karena menginginkan sesuatu yang tak ada.” Sesudah berkata
demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana. Apa yang
dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri
menyadari kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli
permata. Seluruh perhiasan intan permata yang dimiliki Sang Putri
dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi. Sejak saat itu Sang
Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Tersebutlah seorang
putri raja yang cantik jelita. Karena bergelimang harta, Sang Putri
mempunyai sifat buruk. Ia selalu menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal
yang tidak perlu. Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan
putrinya. Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan perhiasan
dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci perhiasan dari
berbagai negeri. Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota.
Setelah singgah di berbagai tempat, mereka berhenti di depan bangunan
indah. Di depan bangunan itu terdapat air mancur. Sang Putri sangat
terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu memancarkan
butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari,
butiran-butir air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang
Putri semakin terpesona. Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta
dibuatkan air mancur di depan istana. Raja mengabulkan permintaan itu.
Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan Sang Putri. Bukan
main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu.
Suatu hari ketika Sang Putri duduk di pinggir air mancur itu, jari
manisnya kejatuhan air mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari
manis Sang Putri laksana cincin. Begitu tersinari matahari, lingkaran
air itu memancarkan cahaya bak cincin permata. Sang Putri berdecak
kagum. Ia berlari menemui Sang Raja. “Ayahanda, saya ingin dibuatkan
cincin permata dari butiran air,” pinta Sang Putri. Raja tak kuasa
menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi kerajaan
mencari ahli permata. Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu
menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli permata mendengarkan dengan
seksama. “Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan
seperti itu. Hamba minta waktu untuk memikirkannya,” kata ahli permata.
Ia tampak kebingungan. “Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau
gagal, penjara telah menantimu!” tukas Sang Raja. Dua hari kemudian,
ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat memenuhi
permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan
ke penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain.
Tapi, beberapa ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa
dengan ahli permata pertama. Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus
berbuat apa lagi demi putri kesayangannya. Sementara itu, Sang Putri
terus menuntut agar permintaannya dikabulkan. Tiba-tiba seorang pengemis
tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana. “Kamu ahli permata?” sergah
Sang Raja. “Bu … bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi,
mengapa Baginda menanyakan ahli permata?” Si Pengemis balik bertanya.
Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya. “Izinkan hamba
mencobanya, Baginda,” ujar Si Pengemis kemudian. “Awas, kalau gagal,
penjara tempatmu!” ancam Sang Raja. Si Pengemis kemudian memanggil Sang
Putri. “Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!” pinta Si
Pengemis kepada Sang Putri seraya menunjuk air mancur di depan istana.
Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar
memiliki cincin yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia
menengadahkan tangannya. Sebutir air jatuh tepat di atas telapak
tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis. Tapi, sebelum
sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang Putri
mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu
membawa butiran air. Memang hari itu sedang sangat panas sehingga
membuat butiran air cepat menguap. Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia
datang pada saat cuaca panas. “Kalau butiran airnya tidak ada,
bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang Putri? Saya kira tak
seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba
khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan
putri bodoh karena menginginkan sesuatu yang tak ada.” Sesudah berkata
demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana. Apa yang
dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri
menyadari kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli
permata. Seluruh perhiasan intan permata yang dimiliki Sang Putri
dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi. Sejak saat itu Sang
Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Tersebutlah seorang
putri raja yang cantik jelita. Karena bergelimang harta, Sang Putri
mempunyai sifat buruk. Ia selalu menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal
yang tidak perlu. Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan
putrinya. Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan perhiasan
dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci perhiasan dari
berbagai negeri. Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota.
Setelah singgah di berbagai tempat, mereka berhenti di depan bangunan
indah. Di depan bangunan itu terdapat air mancur. Sang Putri sangat
terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu memancarkan
butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari,
butiran-butir air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang
Putri semakin terpesona. Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta
dibuatkan air mancur di depan istana. Raja mengabulkan permintaan itu.
Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan Sang Putri. Bukan
main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu.
Suatu hari ketika Sang Putri duduk di pinggir air mancur itu, jari
manisnya kejatuhan air mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari
manis Sang Putri laksana cincin. Begitu tersinari matahari, lingkaran
air itu memancarkan cahaya bak cincin permata. Sang Putri berdecak
kagum. Ia berlari menemui Sang Raja. “Ayahanda, saya ingin dibuatkan
cincin permata dari butiran air,” pinta Sang Putri. Raja tak kuasa
menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi kerajaan
mencari ahli permata. Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu
menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli permata mendengarkan dengan
seksama. “Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan
seperti itu. Hamba minta waktu untuk memikirkannya,” kata ahli permata.
Ia tampak kebingungan. “Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau
gagal, penjara telah menantimu!” tukas Sang Raja. Dua hari kemudian,
ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat memenuhi
permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan
ke penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain.
Tapi, beberapa ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa
dengan ahli permata pertama. Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus
berbuat apa lagi demi putri kesayangannya. Sementara itu, Sang Putri
terus menuntut agar permintaannya dikabulkan. Tiba-tiba seorang pengemis
tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana. “Kamu ahli permata?” sergah
Sang Raja. “Bu … bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi,
mengapa Baginda menanyakan ahli permata?” Si Pengemis balik bertanya.
Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya. “Izinkan hamba
mencobanya, Baginda,” ujar Si Pengemis kemudian. “Awas, kalau gagal,
penjara tempatmu!” ancam Sang Raja. Si Pengemis kemudian memanggil Sang
Putri. “Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!” pinta Si
Pengemis kepada Sang Putri seraya menunjuk air mancur di depan istana.
Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar
memiliki cincin yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia
menengadahkan tangannya. Sebutir air jatuh tepat di atas telapak
tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis. Tapi, sebelum
sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang Putri
mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu
membawa butiran air. Memang hari itu sedang sangat panas sehingga
membuat butiran air cepat menguap. Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia
datang pada saat cuaca panas. “Kalau butiran airnya tidak ada,
bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang Putri? Saya kira tak
seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba
khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan
putri bodoh karena menginginkan sesuatu yang tak ada.” Sesudah berkata
demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana. Apa yang
dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri
menyadari kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli
permata. Seluruh perhiasan intan permata yang dimiliki Sang Putri
dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi. Sejak saat itu Sang
Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheapan
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheapan
No comments:
Post a Comment