Friday, May 08, 2015
Cerna, 9 Mei 2015
Awal yang Indah
oleh Benny Rhamdani
Gwen sudah tahu sejak kemarin, rumah kosong di sebelah rumahnya kini sudah berpenghuni. Tapi Gwen belum tahu siapa saja anggota keluarga rumah itu. Gwen baru melihat sepasang suami isteri yang usianya mungkin seperti Mama dan Papa.
"Mudah-mudahan saja dia punya anak sebaya denganku. Biar aku punya sahabat di komplek ini," ucap Gwen. Di komplek rumahnya, penghuninya kebanyakan baru punya anak yang masih balita.
Sore ini Gwen sengaja duduk di halaman samping. Berusaha mendengar kalau-kalau ada suara seorang anak perempuan. Tiba-tiba Gwen mendengar suara anak perempuan tertawa. Gwen kaget mencari sumber suara.
"Aku di sini. Di pohon mangga."
Gwen menengadahkan kepalanya. Seorang anak perempuan duduk di batang pohon mangga. Pohon itu tumbuh di halaman rumah sebelah. Jadi anak perempuan itu pasti tetangga barunya.
"Namaku Sahara. Panggil Saka atau Hara," kata anak perempuan itu.
"Namaku Gwen."
"Ayo naik lompat pagar, lalu naik ke pohon mangga ini," ajak Hara.
"Aku tidak boleh melompati pagar. Dan ... aku tidak bisa memanjat pohon," tolak Gwem.
"Kok bisa? Di tempat tinggalku dulu, semua anak bisa memanjat pohon."
"Anak perempuan juga?" tanya Gwen.
"Iya. Kalau tidak bisa, tidak akan bisa makan buah-buahan dengan cara mengasyikan. Memetik dari pohon dan memakannya di pohon."
"Memakan lansgung di pohon? Itu kan mangga. Harus dikupas dengan pisau kulitnya."
Sahara mengeluarkan benda tajam. "Aku bawa pisaunya kok," kata Hara.
Gwen melangkah mundur. Mama melarangnya membawa pisau dari dapur. Anak ini malah membawa serta ke atas pohon mangga.
"Ayo, anggap saja ini pesta perkenalan kita. Nanti kubantu naik ke pohonnya," ajak Hara lagi.
Gwen memberanikan diri memanjat pagar yang setinggi dadanya. Uuups! Berhsail. Kalau ketahuan Mama pasti dia dimarahi.
"Ayo naiklah. Itu ada dahan yang bisa kau injak. Lalu pegang tangaku," pinta Hara.
Gwen menuruti ajakan Hara. Setelah susah payah, Gwen duduk di dahan pohon dekat Hara. Hara memetik mangga lalu menupas kulitnya. Mereka berbagi mangga sambil bertukar cerita tentang keluarga mereka. Gwen jadi tahu Hara adalah anak pertama sepertinya dan juga punya satu adik.
"Gwen!" tiba-tiba terdengar suara panggilan Mama. Gwen panik.
"Aku harus turun," kata Gwem.
"Turunlah dngan meninjak dahan seperti kamu naik tadi."
"Aku tidak berani ..." Gwen ketakutan. Ternyata turun dari pohon lebih sulit dipikirannya.
"Aku contohkan ya." Hooop! Hara turun dengan cepat. tapi Gwen masih ketakutan. Dia mulai menangis kecil.
Hara malah meninggalkannya. Gwen makin manangis ketakutan. "Jara, jangan tinggalkan aku," pintanya.
Hara kembali membawa tangga. "Turun pakai tangga saja," pinta Hara.
Gwen memberanikan diri turun melalui tangga. Ia lega ketika menginjak tanah kembali.
"Hahaha, kamu cengeng sekali ya," kata Hara. "Sudah pulang sana. Mamamu terus memanggil."
Gwen meninggalkan Hara sambil menghapus airmatanya.
Keesokan harinya, Gwen kembali bertemu Hara. Tapi Gwen menolak ketika Hara mengajaknya naik pohon mangga. "Sekarang kita main sepeda aja yuk!"
"Aku nggak bisa naik sepeda. Aku nggak punya sepeda," tolak Hara.
"Kubonceng saja," kata Gwen.
"Okelah kalau begitu."
Gwen mengeluarkan sepedanya. Mereka lalu berboncongan dengan santai di komplek. Tapi ketika di satu turunan, Hara minta ditrunkan. "Aku turunan aja. Aku takut jatuh," pinta Hara.
Gwen pura-pura tidak menggubrisnya. Dia malah mengayuh. Sepeda pun berlari kencang.
"Aaaaaaa!" teriak Hara di boncengan sambil menutup mata.
Gwen terus mengayu dan mengayuh. Sampai kemudian dia mendengar suara Hara sesegukan menahan tangis. Gwen mengayuh pelan.
"Kamu jahat ih! Aku ketakutan sampai ngompol!" kata Hara.
Gwen tertawa. "Ngompol?" Glen makin tertawa senang.
Itulah awal persahabatan Glen dan Sahara mereka kini sudah duduk di bangkus kuliah kedokteran. Persahabatan mereka tak pernah putus oleh apapun. mereka selalu menjaganya.
^_^
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment