Siapa Pelakunya?
oleh Benny Rhamdani
Mimi membuka pintu kamarnya dari luar. Dia mundur selangkah
karena kaget melihat isi kamarnya berubah. Mimi merasa sudah merapikannya tadi
sebelum sekolah. Mengapa jadi berantakan begini?
Mimi membalikkan badannya berjalan ke dapur. Menemui Mama
dan Bik Nah yang sedang memasak.
“Ma, siapa yang ngeberantakin kamar aku?” tanya Mimi.
Mama mengernyitkan keningnya, bingung. ”Mama nggak
masuk-masuk ke kamar kamu. Bukan begitu, Bik?”
Bik Nah mengangguk. “Bibi juga,” sahut Bik Nah. Siapapun di
rumah ini tidak berani masuk sembarangan ke kamar Mimi walaupun tidak terkunci.
Mimi sangat ingin kamarnya bersih dan rapi. Dia tahu barang
apa yang berubah jika ada yang masuk kamarnya.
“Coba dilihat dulu. Apakah ada barangmu yang hilang? Nanti bisa
ketahuan siapa yang masuk kamar,” saran Mama.
Mimi kembali ke
kamarnya. Banyak sekali barang yang tidak pada tempatnya. Belum lagi laci meja
belajarnya yang terbuka. Juga sprei tempat tidurnya yang acak-acakan. Sambil
merapikan, Mimi mengingat barang-barangnya kalau-kalau ada yang hilang.
BUku-bukunya lengkap. Mainan juga lengkap. Boneka tetap jumlahnya.
Setelah rapi, Mimi kembali menemui Mama. Kali ini Mama
sedang menyiapkan makan siang di meja makan.
“Sudah Mimi rapikan. Tak ada barang yang hilang,” kata Mimi.
“Tadi Mama juga telepon kakakmu di kampus. Katanya nggak
pernah masuk kamarmu sebelum berangkat pun,” jelas Mama.
Mimi mendengus. Aneh sekali, pikirnya. Dia kemudian kembali
ke kamarnya hendak mengganti pakaian seragamnya. Begitu pintu dibuka …
“Mama!” Mimi berteriak.
Mama setengah berlari menemui Mimi.
“Lihat, kamarnya berantakan lagi. Padahal Mimi sudah
bereskan tadi.”
Mama melihat kamar Mimi yang berantakan. Tidak seperti
biasanya. Mama tahu benar Mimi sangat menjaga kamarnya. Bahkan Mimi tak pernah
memainkan bonek dan mainannya karena khawatir membuat kamarnya berantakan.Buku-buku
di rak juga hanya dibaca setelah pertama kali membeli. Setelah itu disimpan di
rak dengan rapi. Tak mau Mimi mengambilnya lagi karena takut jadi berantakan.
“Kamu rapikan lagi. Mama akan keliling di sekitar rumah ini,
kalau-kalau ada yang menyusup,” kata
Mama.
Mimi kembali merapikan kamarnya. Bersamaan dengan rapinya kamar, Mama menemui Mimi.
Mimi kembali merapikan kamarnya. Bersamaan dengan rapinya kamar, Mama menemui Mimi.
“Tidak ada siapapun,” kata Mama. “Nanti Mama telepon Papa. Sebaiknya kita kumpul dulu di ruang makan.”
“Iya, aku menyusul. Mau lihat pekerjaan rumah dulu sebentar,”
kata Mimi.
Mama meninggalkan Mimi dengan heran. Sementara Mimi membuka
laptopnya, mengetik sebentar. Lalu diam-diam menyalakan kamera laptopnya, lalu
mengetik lagi. Mimi kemudian
meninggalkan laptopnya begitu saja. Tak lupa Mimi menutup pintu kamarnya.
Mimi ke ruang makan. Dia menatap layar handphone-nya. Dia dapat melihat apa yang ditangkap kamera laptopnya.
Lalu, Mimi melihat sesuatu yang mengherankan. Tiba-tiba belasan
boneka di kamarnya bergerak. Mereka mengacak sprei. Lalu, oala. Salah satu boneka
melihat ke kamera laptop. Dia berjalan kea rah laptop. Dan mematikan laptop.
Mimi tak bias melihat lagi kejadian di kamarnya.
Mimi sekarang sudah tahu siapa yang membuat kamarnya
berantakan. Dia menghabiskan makan siangnya, lalu berjalan ke kamarnya.
Berantakan sekali. Boneka-bonekanya uga bergeletakan di lantai dan tempat
tidur.
Mimi duduk di sisi tempat tidur. Bersidekap tangan.
“Oke, aku sudah tahu siapa yang melakukan ini semua. Ayo
mengakulah …,” kata Mimi.
“Aku hitung … satu, dua, ti ….”
“Ya, kami mengaku …” tiba-tiba semua boneka berdiri dengan
kepala menunduk.
“Kalian kan boneka-bonekaku. Mengapa kalian malah membuat
kamar ini berantakan?” tanya Mimi.
“Kami ingin bermain. Kami bosan kamu hanya membiarkan kami.
Kamu tidak pernah mengajak kami bermain,” ucap boneka rambut pirang.
“Aku tidak mau membuat kalian jadi rusak. Itu sebabnya aku
menyimpan kalian,” kata Mimi.
“Tapi kami lebih suka kamu ajak bermain. Kami kan bukan
boneka yang gampang rusak,” kata boneka lainnya.
“Kami juga …,” tiba-tiba buku di lantai ikut bicara. “Kami
juga tidak ingin disimpan di emai terus. Kami ingin dibaca lagi olehmu. Atau
oleh siapapun temanmu.”
“Teman-temanku tidak pernah hati-hati kalau membaca,” kata
Mimi.
“Kamu bisa memberitahu mereka,” kata buku. “Kami ingin
dibaca banyak orang. Karena itu kami jadi bermanfaaat.”
Mimi berpikir sebentar. “Bailah aku janji akan mengajak
kalian main. Mungkin bersama teman-temanku. Juga akan mengajak teman-temanku
membava buku,” kata Mimi.
“HOrreee!” semua berteriak senang.
Tiba-tiba terdengar langkah Ibu. Kecuali Mimi, semua kembali
membisu.
“Mimi,” kata Ibu membuka pintu kamar. “Kamarmu berantakan
lagi? Tadi mengapa terdengar berisik ya?”
“Aku yang snegaja memberantakannya. Sesekali aku ingin
kamarku acak-acakan. Bosan juga kamarku rapi terus,” kata Mimi.
Mama tersenyum. Mama tahu Mimi selalu saja punya keinginan
yang aneh-aneh.
^_^
No comments:
Post a Comment