Friday, February 16, 2007

HORE, BP 18 Februari 2007


Asal- usul Imlek dan Barongsai Wah, bertepatan dengan hari ini teman-teman kita yang keturunan Tionghoa tengah merayakan tahun baru lho. Atau mungkin kamu juga merayakannya? Tapi tahukah kalian tentang Tahun Baru Imlek ini? Asal usul hari raya Imlek atau Sincia berasal dari negara Tiongkok, tradisi ini sudah dimulai jauh sebelum ajaran TAO, Khonghuchu ataupun agama Buddha muncul dan berkembang di sana. Di Tiongkok, dikenal empat musim, yakni musim semi (Chun), musim panas (He), musim gugur (Shiu) dan musim dingin (Tang). Ada yang berpendapat bahwa siklus keempat musim tersebut sebenarnya juga perjalanan hidup umat manusia yang diawali dengan lahir (semi), tumbuh menjadi dewasa (panas), usia lanjut (gugur) dan meninggal (dingin), yang pada hakikatnya menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan di dunia ini tidak kekal adanya dan yang maha kekal hanyalah tuhan pencipta alam semesta. Dahulu kala di Propinsi Hokkian, saat musim dingin, sering dilanda hujan besar dan badai salju, sehingga beberapa daerah dataran rendah sering mengalami kebanjiran, sehingga penduduk mengungsi ke dataran yang lebih tinggi. Sebagai bekal mereka membuat semacam kue yang terbuat dari beras yang dibuat sedemikian rupa sehingga tahan lama dan tidak basi, kue tersebut hingga sekarang menjadi tradisi setiap menjelang Sincia. Kue keranjang namanya dibuat dalam berbagai ukuran dan disusun dalam keranjang sehingga disebut kue keranjang. Mirip Lebaran Perayaan tahun baru (sincia) Imlek adalah pesta menyambut pergantian musim dari musim dingin ke musim semi. Dalam bahasa Cina disebut sebagai Chun Jie atau Pesta Musim Semi. Kalau kita perhatikan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa pada perayaan sincia (tahun baru) Imlek sebenarnya berbeda suasananya dengan Lebaran bagi umat Islam. Sebab, pada tanggal 1 bulan 1 kalender cina itu, masyarakat Tionghoa saling bersilaturrahmi satu dengan yang lain untuk bermaaf-maafan. Yang muda akan datang pada orang tua untuk meminta maaf atas segala dosa dan kesalahan serta memohon ridho untuk mengisi tahun mendatang dengan amal yang lebih lagi. Tradisi menyambut Sincia biasanya sudah dimulai 15 hari sebelum Sincia, di mana ibu-ibu rumah tangga sudah mempersiapkan diri dengan membersihkan/mencat rumah tinggalnya, tradisi kebiasaan bersih-bersih ini sebenarnya tidak harus menunggu tibanya Sincia, namun dapat dilakukan setiap saat. Pada malam hari menjelang Sincia seluruh anggota keluarga biasanya berkumpul di rumah orangtua atau pun yang dituakan atau juga di rumah makan untuk makan malam bersama untuk menumbuhkan kebersamaan, mempererat tali silaturrahmi sambil mensyukuri nikmat tuhan berupa rizki makanan. Di Tiongkok, rumah-rumah juga dihiasi bunga yang berkuncup di musim semi, seperti bunga mei dan yang liu, sedangkan di Indonesia masyarakat Tionghoa lebih suka memakai bunga sedap malam yang harum semerbak. Di Cina, Imlek bersamaan dengan hari dimulainya musim semi saat dimana orang-orang pergi ke sawah dan ladang setelah tiga bulan sebelumnya menjalani musim dingin yang penuh salju dan badai. Tarian Singa Salah satu hiburan yang sering dimunculkan saat Imlek tiba adalah Tarian Singa atau di Indonesia dikenal dengan nama barongsai. Menurut kepercayaan orang Cina, singa merupakan lambang kebahagiaan dan kesenangan. Tarian Singa dipercaya merupakan pertunjukan yang dapat membawa keberuntungan sehingga umumnya diadakan pada berbagai acara penting seperti pembukaan restoran, pendirian klenteng, dan tentu saja perayaan tahun baru. Saat ini barongsai banyak berwarna-warni, namun pada awalnya hanya ada tiga jenis. Mengapa? Karena terlahir dari tiga tokoh bersaudara dari cerita klasik Cina (Samkok). Pertama, yang terkenal wajahnya merah dengan variasi bulu tengkuk hitam, dan dinamakan wajah Kwankong. Kedua, wajahnya kuning dengan bulu tengkuk putih, dan dinamakan Liu Pei. Ketiga, berwajah hitam dengan bulu alis pendek, disebut Zhang Fei. Tentu kalian ingin tahu bagaimana asal usul barongsai? Dari cerita yang sudah tersebar di negeri asalnya, Cina, terdapat dua macam barongsai, yaitu yang berasal dari daerah utara dan selatan. Keduanya mempunyai atraksi yang berbeda. Wajah barongsai dari utara tidak sebagus yang dari selatan. Sedangkan berbagai versi, telah tersebar lewat berbagai media. Ada yang menyebut sejak Dinasti Chin sejak ribuan tahun silam, ada juga versi lainnya. Dalam sebuah catatan, disebutkan barongsai lahir 1500 tahun lalu di Cina. Waktu itu, kala pemerintahan dinasti utara dan selatan (420-589), raja memerintahkan gubernur daerah Jiaozhou memperluas daerah hingga wilayah Linyi. Padahal penguasa Linyi, Fan Han lebih berpengalaman dalam berperang dibanding Tan. Tentaranya kuat dan kekar bersenjatakan tombak panjang, dengan menunggang gajah. Dengan memutar otaknya Tan mempunyai akal. Bermodalkan kain dan tali, ia merangkaikannya menjadi bentuk kepala singa bermulut lebar. Tentunya dibuat warna-warni yang menyala. Ternyata saat tiba di medan perang, pasukan gajah kocar kacir. Karena melihat monster berwajah singa, para penunggang gajah panik, akhirnya mereka takluk sebab berjatuhan. Sejak itu atraksi barongsai jadi primadona pada upacara militer yang lambat laun berubah atraksi rakyat sipil. Cerita lain berasal dari mitos tentang makhluk raksasa bernama Nien. Karena muncul setahun sekali, maka diberi nama demikian. Biasanya Nien muncul pada musim semi, dan memangsa apa saja yang dilihatnya. Musim semi berikutnya, muncul untuk melahap makanan hasil panen. Akhirnya zaman berubah, ujud Nien berubah pula menjadi barongsai yang diberi angpau. Gōng Xǐ Fa Choi, hong pau na lai ... selamat dan semoga banyak rezeki, mana angpaunya ... hehehehe. (benny rhamdani/berbagai sumber)

No comments: