Friday, February 29, 2008

HORE, 2 Maret 2008



Mengenal Padi Yuk!


Tahukah kalian makanan pokok kita? Ya, nasi. Nasi berasal dari beras. Beras berasal dari tanaman padi. Apakah kalian pernah melihat padi?

Padi adalah salah satu tanaman dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua makanan biji-bijian setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.

Negara produsen padi terkemuka adalah Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%).

Ciri-ciri
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim Graminae atau Glumiflorae). Sejumlah ciri suku (familia) ini juga menjadi ciri padi, misalnya

* berakar serabut,
* daun berbentuk lanset (sempit memanjang),
* urat daun sejajar,
* memiliki pelepah daun,
* bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa floret,
* floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu floret,
* buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (Ing. grain) atau kariopsis.

Padi tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan oksigen ke bagian akar.

Pemuliaan padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil ini orang mengenal berbagai macam ras lokal padi, seperti rajalele dari Klaten atau cianjur pandanwangi dari Cianjur. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa, yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi .

Namun demikian, pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina. Sejak saat itu, berbagai macam tipe padi dengan kualitas berbeda-beda berhasil dikembangkan secara terencana untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Wereng Cokelat

Pada tahun 1960-an pemuliaan padi diarahkan sepenuhnya pada peningkatan hasil. Hasilnya adalah padi 'IR5' dan 'IR8' (di Indonesia diadaptasi menjadi 'PB5' dan 'PB8'). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng coklat pada tahun 1970-an. Puluhan ribu persilangan kemudian dilanjutkan untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. Prestasi ini, sayangnya, tidak dapat dilanjutkan. Saat ini Indonesia kembali menjadi pengimpor padi terbesar di dunia.

Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik yang mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan penggunaan pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit "padi emas" (golden rice) yang dapat menghasilkan pro-vitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang.

Keanekaragaman padi

Padi pera adalah padi yang butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.

Ketan, baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan jika ditanak sangat lekat.

Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan 'rajalele'.

Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.

Padi rawa atau padi pasang surut dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal di rawa-rawa Kalimantan. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti ayunan kedalaman air.

Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain).


Nah, sekarang kita jadi lebih mengenal banyak tentang tanaman yang butirannya menjadi makanan pokok kita. (ben)

Saturday, February 23, 2008

HORE, 24 Februari 2008


Kartu Untuk Bermain


Kalian suka main kartu? Ya, tentu saja boleh. Yang penting kalian memainkannya tanpa memakai taruhan. Sebab hal itu berarti mengarah ke perjudian. Banyak permainan kartu yang berguna bagi kita. Misalnya bagaimana mengatur strategi.

Kartu permainan (bahasa Inggris: playing cards), atau lebih dikenal dengan kartu remi, adalah sekumpulan kartu seukuran tangan yang digunakan untuk permainan kartu. Kartu ini sering juga digunakan untuk hal-hal lain, seperti sulap, enkripsi, permainan papan, dan pembuatan rumah kartu. Kata “remi” itu sendiri sebenarnya adalah nama salah satu permainan kartu.

Ada 1001 macam permainan kartu. Setiap negara bahkan wilayah suatu negara memiliki jenis permainannya sendiri. Di Tanah Air kita akrab dengan istilah permainan “empat-satu”, “remi”, “cangkulan”, dsb. Namun, yang populer di banyak negara misalnya poker, canasta, blackjack, casino, solitaire, bridge dengan jumlah pemain yang bisa berbeda-beda.

Solitaire dan bridge barangkali lebih familiar ketimbang yang lain. Solitaire, yang sudah dimainkan orang sejak ratusan tahun lalu - dan banyak jenisnya - itu dimainkan sendirian, terutama untuk mengisi waktu luang. Jangan heran kalau menjelang jam kerja berakhir di kantor-kantor, mudah dijumpai karyawan memainkannya di layar komputer pribadi (PC), bukan dengan kartu betulan. Maklum, solitaire menjadi program game standar yang di-install di PC.

Sedangkan bridge yang harus dimainkan oleh empat orang - biasanya berpasangan - bahkan menjadi salah satu nomor andalan bagi tim Indonesia dalam dunia olahraga untuk meraih kemenangan dalam suatu turnamen bridge internasional.

Seperti kita kenal sekarang, satu pak kartu remi berisi 52 lembar. Dibagi menjadi empat suit atau jenis kartu (Spade, Heart, Diamond, Club), masing-masing terdiri atas 13 kartu (dari As, 2, 3 dst. sampai King). Plus kartu tambahan berupa dua kartu joker, hitam dan merah.

Kapan dan siapa penemu kartu remi tidak diketahui secara pasti. Diduga embrionya berasal dari daratan China atau Hindustan (India) sekitar tahun 800. Bagaimana ceritanya sampai bisa masuk ke Eropa pun agak samar-samar. Mungkin dibawa oleh para pedagang, tentara, atau suku-suku nomaden. Yang jelas, jenis permainan kartu ini - entah datang dari Timur, Mesir, atau Arab - muncul di Italia kira-kira akhir tahun 1200-an. Setelah itu menyebar ke Jerman, Prancis, dan Spanyol.

Sejarah Kartu


Sejumlah ahli sejarah menduga, kartu permainan itu hasil evolusi dari sejenis permainan catur yang dimainkan oleh para gembala di Asia Barat. Sambil menggembala, mereka bermain catur memakai kerikil. Ahli lain berpendapat, permainan kartu merupakan evolusi dari semacam upacara untuk berkomunikasi dengan para dewa. Empat batang tongkat atau anak panah yang sudah ditandai dengan empat simbol berbeda, dilemparkan ke atas altar. Tongkat mana yang jatuh, itulah yang diinterpretasikan sang pendeta sebagai titah dewa.

Kartu pertama di Eropa (Italia) disebut Kartu Tarot (tarrochi) atau tablet nasib karena bentuknya seperti tablet, dan digunakan antara lain untuk meramal nasib. Tarot tertua berasal dari tahun 1470 di Lombardy. Satu setnya 50 kartu, dibagi menjadi lima kelompok masing-masing 10 kartu. Pada permukaannya terukir tema-tema alegori atau mitologi tentang berbagai aspek kehidupan seperti ilmu, seni, planet, dsb.

Tarot terus berevolusi. Tarot Venetia jumlahnya 78 kartu, termasuk sebuah kartu - namanya il matto (si pandir) - yang diduga sebagai cikal-bakalnya joker modern.

Dulu kartu permainan terbatas dinikmati kaum borjuis atau bangsawan mengingat harganya mahal. Karena masih buatan tangan dan gambarnya hasil lukisan. Setelah sistem cetak dengan kayu ditemukan, kartu menjangkau masyarakat ramai. Produksi makin meningkat setelah ditemukan teknik cetak dengan plat tembaga. Ditemukannya proses reproduksi warna dengan teknik litografi di awal 1800-an makin mendorong munculnya kartu-kartu cantik dari Jerman, Italia, dan Prancis.

Sejarah tidak mencatat siapa sebenarnya sosok Jack, Queen, dan King pada kartu modern. Namun tokoh pada kartu-kartu sebelumnya terus berganti dari waktu ke waktu. Pada kartu tua dari Italia dan Spanyol, keempat kartu King-nya menggambarkan para raja dari kerajaan besar dunia Abad Pertengahan. Lalu ketika Raja Henry III dari Prancis naik tahta, kostum para bangsawan pada kartu berubah mengikuti mode di zaman itu.


Kartu Tarot

Kartu Tarot berasal dari Italia. Pada awalnya, permainan kartu tersebut bernama Carde da Trionfi, atau Kartu Kejayaan (Trionfi: berjaya atau menang, triumph). Sebanyak 28 dokumen tertanggal 1442-1463 mencantumkan permainan kartu bernama Trionfi. Kartu-kartu Trionfi tersebut pun masih dapat dijumpai saat ini. Setelah mendapat pengaruh dari Prancis, nama Trionfi berubah menjadi Tarocchi.

Kepopuleran kartu Tarot diperkirakan bermula sejak Antoine Court de Gebelin menerbitkan sebuah buku pada tahun 1781. Buku tersebut menyatakan bahwa pendeta-pendeta Mesir kuno telah melukis kartu Tarot berdasarkan Buku Thoth. Mereka kemudian membawa gambar-gambar tersebut ke Roma untuk dipersembahkan kepada Paus. Paus kemudian memperkenalkan Tarot ke Avignon, Prancis pada abad ke-14. Penjelasan Court de Gebelin dianggap tidak akurat karena tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah dan ditulis sebelum Champollion menerjemahkan bahasa Mesir kuno, Hieroglif (Hieroglyph)

Gereja Katolik dan pemerintah daerah di Eropa tidaklah selalu melarang permainan Tarot. Beberapa daerah bahkan memperbolehkan warganya memainkan Tarot dimana permainan kartu sejenis lainnya jelas-jelas dilarang.

Hak eksklusif tersebut tidaklah berlangsung lama. Pada akhir abad ke-14 seorang penceramah dari Swiss, Johannes von Rheinfelden, secara tiba-tiba menyerang perjudian dan permainan kartu

Sebagai akibat dari pernyataan ini, John I dari Castile, pemerintah Firenze dan Basel secara bersamaan menerbitkan larangan bermain kartu. Beberapa tempat seperti Regensburg dan Duchy of Brabant pun menerbitkan larangan serupa di tahun 1379. Bernard Siena memberi ceramah bahwa kartu bermain adalah hasil ciptaan Setan.

Tarot-tarot tertua saat ini dibuat pada awal sampai pertengahan abad ke-15. Ketiga set kartu tersebut adalah milik keluarga Visconti, keluarga yang paling berkuasa di Milan pada saat itu. Kartu-kartu tersebut dilukis untuk merayakan perkawinan antara keluarga Visconti dan Sforza, kemungkinan besar oleh Bonifacio Bembo dan pelukis-pelukis miniatur dari Ferrara. 35 kartu disimpan di Perpustakaan Pierpont Morgan, 26 kartu di Accademia Carrara, 13 kartu di Casa Colleoni, dan 4 kartu (Devil, Tower, Three of Swords, dan Knight of Coins) tidak dapat ditemukan, atau mungkin tidak pernah dibuat. Set kartu 'Visconti-Sforza' ini direproduksi secara meluas. Dalam set tersebut, Minor Arcana (kartu-kartu Pedang, Tongkat, Koin dan Cawan) dan Major Arcana digabungkan untuk merefleksikan ikonografi konvensional pada saat itu.


Nah, sekarang ini juga berkembang kartu kuartet yang gambarnya beraneka ragam. Ada juga kartu belajar membaca dan kartu pengetahuan. Tinggal dipilih mana yang bermanfaat untuk kita.

(ben)

Friday, February 15, 2008

HORE! 17 Februari 2008


Senangnya Aku Punya Sahabat!

Teman-teman, kalian punya sahabat? Ya, yang dimaksud sahabat di sini adalah seseorang yang sangat dekat denganmu. Mungkin jumlahnya tidak terlalu banyak. Bisa satu atau dua orang. Wah, alangkah beruntungnya jika kalian punya seorang sahabat.

Nah, karena menyenangkan jika kita memiliki sahabat, ayo kita jaga persahabatan kit. Ssst, intinya sih, punya sahabat itu jangan saling merugikan.

Sepuluh Tips

1. Pikirkanlah apa yang dapat kamu berikan kepada sahabatmu bukan apa yang dapat kamu peroleh dari persahabatan. Jangan bersahabat hanya demi memperoleh kesenangan, karena jika demikian, kamu bukanlah sahabat sejati. Hargailah sahabatmu seperti kamu ingin dihargai

2. Dukunglah sahabatmu. Sahabat sejati selalu saling menyemangati dan 'mendorong' supaya mereka bersama-sama dapat menjadi yang terbaik bukannya saling menjatuhkan. Ia turut berbahagia ketika sahabatnya berhasil mencapai apa yang diinginkannya dan tidak merasa tersaingi.

3. Bersedia untuk memaafkan Jangan biarkan sakit hati berkembang karena hal akan menghancurkan persahabatan yang ada. Maafkan kesalahan yang diperbuat oleh sahabatmu dan jangan biarkan merusak hubungan.

4. Jangan memandang kesalahan yang dibuatnya Ini adalah suatu cara untuk menunjukkan betapa kita peduli terhadap dia. Jangan tinggalkan sahabatmu saat dia berbuat kesalahan. Bersabarlah dan tuntunlah dia untuk berubah. Sadarilah bahwa tidak ada orang yang sempurna.

5. Jadilah sahabat yang dapat diandalkan dan tepatilah janji yang telah kamu ucapkan.

6. Jangan mencoba untuk mengontrol sahabatmu. Bersahabat bukan berarti harus selalu bersama-sama . Memang akan sangat menyenangkan bila dapat selalu bersama dengan orang yang kita kasihi. Namun ingat, sahabat kita itu bukan monopoli kita sendiri karena ia juga mempunyai teman lain selain kita. Untuk itu jangan merasa dikhianati ketika temanmu bergaul dengan yang lain, sebaliknya usahakan kamu juga dapat berteman dengan mereka. Hal ini akan membuat kita dan sahabat kita lebih menghargai satu sama lain.

7. Selalu ada di saat senang maupun susah Bergembiralah bersama mereka saat mereka sedang bergembira namun jangan ada hanya pada saat senang saja. Ketika sahabatmu sedang kesal akan sesuatu, berikan mereka perhatian. Yang paling dibutuhkan dari seorang sahabat adalah sepasang telinga yang mau mendengar kesedihan dan yang mau memahami perasaan mereka.

8. Menerima apa adanya sahabatmu. Jangan menuntut sahabat kita untuk bereaksi dengan cara yang sama seperti yang biasa kita lakukan. Hargailah dia apa adanya termasuk juga keputusan yang dia ambil yang mungkin tidak sesuai dengan kehendak kita.

9. Belajarlah untuk menjaga rahasia sahabatmu.

10. Jangan biarkan perbedaan pendapat menghancurkan persahabatanmu. Misalkan kamu sedang berdiskusi dengan sahabatmu dan waktu kamu mengemukakan pendapat yang menurut kamu benar ternyata ia tidak setuju. Bila itu terjadi, jangan terus berdebat yang hanya akan membuat kamu dongkol. Lepaskan hasrat untuk menang sendiri daripada persahabatanmu rusak karenanya.

Nah, apakah ada tips lain yang kamu punya? Tolong kasih tahu teman-teman yang lain ya. Karena bersahabat itu akan membuat hari-hari kita jadi sangat menyenangkan. Eits, tapi jika kamu menemukan sahabat yang terus menerus merugikanmu, sudah saatnya kamu memutuskannya dan mencari sahabat yang baru!

(ben)

Thursday, February 07, 2008

HORE, 10 Februari 2008


Sejarah Surat Kabar di Indonesia

Saat ini alat bantu kita memperoleh informasi dapat melalui berbagai cara. Bisa dari televisi, radio, majalah, Koran atau surat kabar dan Internet. Namun pada masa lalu, surat kabar merupakan media paling popular sebelum datangnya era media elektronik.

Nah, tahukah kalian bahwa tanggal 9 Februari adalah Hari Pers Nasional? Agar kalian makin mengenal sejarah perkembangan surat kabar di Indonesia, kita simak perjalanannya, yuk!

Koran tertua

Dalam sejarah pers di Indonesia, surat kabar “Bataviase Nouvelles” yang terbit 7 Agustus 1744 disebutkan sebagai surat kabar pertama di Indonesia, terbit atas kebaikan hati Gubernur Jenderal Van Imhoff. Izin terbitnya diberikan kepada Adjunct-Secretaris-General Jorden. Izin terbit enam bulan, kemudian diperpanjang menjadi tiga tahun.

Pada tanggal 5 Agustus 1810 terbit “De Bataviasche Koloniale Courant”di zaman Daendels-Inggris. Tanggal 29 Februari 1812 terbit “The Java Gouvernment Gazette” (Java Gazette). Bulan Maret 1836 lahir surat kabar usaha partikulir asli yang pertama Indonesia di Surabaya yaitu “Soerabaijas Advertentie-Blad”. Tahun 1853 berganti nama menjadi “Soerabaijas Nieuws & Advertentie Blad”. Boleh memuat warta berita tetapi diawasi ketat oleh Belanda. Jadi bukan Batavia, tetapi Soerabaija, kota cikal bakal terbitnya surat kabar Indonesia. Namun, semuanya bukanlah bacaan yang diperuntukkan bagi anak negeri karena memang tidak diperuntukkan bagi anak negeri.

Pada tahun 1854 terjadi kelonggaran kebijakan Belanda terhadap penerbitan surat kabar di Indonesia. Maka terbitlah di Surakarta “Mingguan Bromartani” tiap hari Kamis. “Bromartani” nama ke-Indonesiaan sekaligus ke-Jawaan. Tenaga dan para pemikirnya orang Indonesia. Tetapi modalnya tetap asing, sebuah usaha kongsi Belanda Harteveldt & Co. Karena itu sangat sulit untuk dimasukkan ke dalam kategori pers Indonesia. Berbahasa Djawa dan Melajoe, tenaga teknis, Indonesia, “Bromartani” sudah cenderung menjadi pelopor ke arah perkembangan pers nasional Indonesia.

Pada tahun 1901, Datuk Sutan Marajo bersama adiknya bernama Baharudin Sutan Rajo nan Gadang menerbitkan dan memimpin sendiri sebuah surat kabar yang diberinya nama Warta Berita yang merupakan surat kabar pertama di Indonesia yang berbahasa Indonesia (bahasa Melayu dengan huruf Latin) dimiliki dan redakturnya orang Indonesia.

Modal pertama didapat dari seorang pedagang terkenal di Padang waktu itu, Abdul Manan Sutan Marajo. Koran ini dicetak secara sederhana di daerah Pasarmudik. Pemimpin redaksinya Datuk Sutan Marajo yang juga pernah menjadi jaksa sebentar di Pariaman. Datuk Sutan Marajo terkenal sebagai seorang otodidak dengan pena cukup tajam terutama sewaktu dia memimpin Utusan Melayu. Dia sangat ahli dalam modernisasi yang dibawa Belanda terhadap kaum ortodoks apalagi yang menamakan diri "kaum bangsawan". Mahyudin Datuk Sutan Marajo lahir kira-kira tahun 1858 di Sulitair, meninggal dan dikebumikan di Padang bulan Juni 1921.

Kalau ingin bicara mengenai koran nasional (diterbitkan dan dipimpin oleh pribumi asli, orang Indonesia), maka Warta Berita ini termasuk tertua di tanah air kita. Sayang, umurnya tidak begitu panjang, kurang dari 10 tahun.

Datuk Sutan Marajo pernah dihukum denda 100 gulden atau kurungan 15 hari karena tulisannya pada tanggal 23 Februari 1892 mengenai nasib rakyat kecil dan karena sebuah tulisannya tentang Aceh namun untuk yang terakhir ini Datuk Sutan Marajo divonis bebas.

“Medan Prijaji”, mingguan yang terbit di Bandung tahun 1907, sering juga disebut-sebut surat kabar nasional pertama yang menyandang predikat tulen. Pengasuhnya Raden Mas Tirtohadisoerjo dengan nama kecil Djokomono. Sebelum menerbitkan “Medan Prijaji”, Januari 1904 Djokomono mendirikan dulu badan hukum N.V. Javaansche Boekhandel en Drukkerij en handel in schrijfbehoeften “Medan Prijaji” beralamat di Djalan Naripan Bandoeng yaitu di Gedung Kebudayaan (sekarang Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan-YPK).

Di hadapan Notaris Simon Bandung, konon ia ingin segera menerbitkan “Medan Prijaji” tahun itu juga. Dia persiapkan dulu percetakannya, menyiapkan sarana surat kabarnya dan kelengkapan wartawannya. Belakangan Djokomono disebut pula sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia. Karena itu “Medan Prijaji” paling tepat disebut sebagai koran pertama Indonesia tulen, sebab mulai dari pengasuhnya, percetakan, penerbitan dan wartawannya adalah pribumi Indonesia asli. Djokomono sendiri disebut-sebut pula sebagai perintis persuratkabaran dan Kewartawanan Nasional Indonesia.

Konon pada waktu itu sudah lahir organisasi wartawan PDI (Persatoean Djoernalis Indonesia). Ketika pertama kali terbit di Bandung, “Medan Prijaji” mencantumkan moto di bawah nama “Medan Prijaji” sbb: “Ja’ni swara bagai sekalijan Radja2. Bangsawan Asali dan fikiran dan saoedagar2 Anaknegri. Lid2 Gemeente dan Gewestelijke Raden dan saoedagar bangsa jang terperentah lainnja”.

Jauh sebelum “Medan Prijaji” terbit, di Cirebon sudah ada surat kabar “Tjiremai” (1890) dalam bahasa Belanda. Di Sukabumi terbit “Li Po” (1901), merupakan surat kabar keturunan Tionghoa. Di Bogor juga terbit surat kabar Mingguan Tionghoa “Wie Sin Ho” (1905).

Koran Tertua di Sumatera

Surat Kabar yang tertua di Sumatera adalah Sumatera Courant, didirikan tahun 1859 di kota Padang, Sumatera Barat. Mula-mula berukuran kecil, terbit hanya beberapa kali dalam seminggu. Pendirinya seorang Indo terkenal sekali di Padang pada abad 19, bernama L.N.H.A. Chatelin yang sekaligus juga menjadi pemimpin redaksinya. Entah apa sebabnya, perusahaan tersebut dijual ketangan seorang Indo terkenal bernama H.A. Mess, walaupun Chatelin tetap sebagai pimpinan redaksi. Tahun 1878 koran ini telah terbit tiap dua hari sekali, tetapi nama Chatelin tidak disebut-sebut lagi.

Hampir bersamaan waktunya, terbit pula di Padang surat kabar tertua nomor dua yaitu Padangsche Nieuws en Advertentieblad oleh R.H. Van Wijk Rz. Nomor perdananya muncul tanggal 17 Desember 1859, seterusnya terbit tiap Sabtu.

Koran tertua nomor tiga ialah Padangsche Handelsblad, mulai terbit tahun 1871 oleh sebuah perusahaan milik seorang Indo bernama H.J. Klitsch & Co. Mula-mula terbit hanya dua kali seminggu, tapi semenjak 1881 meningkat menjadi tiga kali. Semenjak tahun itu pula nama penerbitnya seperti tercantum di koran itu sendiri, menjadi Klitsch & Holtzapffel. Redaksinya dipimpin oleh seorang yang tak asing lagi di Padang, yaitu Mr. J. van Bosse, pengacara terkenal. Tahun 1883 nama koran ini diganti menjadi Nieuw Padangsche Handelsblad

Oh iya, mengapa Hari Pers Nasional ditetapkan pada tanggal 9 Februari? Karena tanggal 9 Februari merupakan peristiwa bersejarah bagi kehidupan pers nasional Indonesia. Pada tanggal tersebut dalam tahun 1946 terbentuklah organisasi Persatuan Wartawan Indonesia yang merupakan pendukung dan kekuatan pers nasional

(benny rhamdani)

Friday, February 01, 2008

Hore, 3 Februari 2008


Ayo Ikut Kompetisi!


Hai, kalian pernah melihat pertandingan sepakbola, kompetisi menyanyi atau olimpiade matematika? Atau malah kalian pernah mengikuti salah satu pertnadingan? Wah, hebat! Ya, jika kalian sudah berani mengikuti sebuah jang pertandingan berarti kalian benar-benar luar biasa. Masalah menang atau kalah, itu urusan berikutnya.

Memupuk Semangat Juang
Salah satu manfaat penting ketika kita mengikuti sebuah kompetisi adalah kita menumbuhkan semangat juang. Karena kita ingin tampil baik dan menang, tentunya kita harus berjuang. Kita harus rajin berlatih. Pokoknya, harus bisa menyingkirkan rasa malas.
Cobalah lihat teman-teman kita yang sering mengikuti suatu kompetisi. Mereka umumnya sangat disiplin lho. Disiplin berlatih, disiplin pula menjaga kesehatan mereka. Nah kita bisa pula memulai hidup disiplin bila kita sering mengikuti kompetisi. Bila ingin mengikuti lomba modelling, kita akan disiplin berlatih berjalan, berlatih bergaya di depan kamera. Jika ingin jadi juara menyanyi harus disiplin berlatih olah vokal, sukur-sukur juga bisa berlatih alat musik.

Terbiasa Menerima Kritik
Orang yang sering mengikuti kompetisi biasanya sering menerima kritik dan saran dari orang lain. Lhat saja di acara Mamamia. Ada komentator yang memberi kritik dan saran. Kadang terdengar pedas. Tapi dengan terbiasa mengikuti kompetisi kita akan terbiasa mendengarnya. Tentunya, kritik dan saran yang membangun bisa kita terima untuk memperbaiki kekurangan kita.
Tidak semua kritik itu jelek. Mungkin cara orang yang menyampaikannya saja yang tidak kita suka. Tapi, biasakanlah kita mendengar pesan kritiknya. Bukan orangnya atau cara menyampaikan. Orang yang mau menerima kritik akan bisa maju lebih cepat dibandingkan mereka yang tidak suka dikritik.

Terbiasa Menang dan Kalah
Tujuan kita mengikuti sebuah kompetisi biasanya adalah kemenangan. Sebab, jika menang biasanya kita akan mendapat hadiah yang berharga. Tapi bukan berarti kalau kalah kita tidak dapat apa-apa lho. Pengalaman adalah sesuatu yang jau lebih berharga dibandingkan materi.
Mereka yang sering ikut kompetisi akan terbiasa menghadapi situasi menang dan kalah. Jika kalah dan gagal, mereka tidak langsung menyerah atau patah semangat. banyak orang yang mudah patah semangat karena tidak dilatih untuk menerima kekalahan atau kegagalan.
Bukan hanya itu. Dengan terbiasa menang, kita juga akan terlatih untuk hidup tidka sombong. Kemangan bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan kita sombong. Dengan sering menang kita bisa melatih kepekaan terhadap orang-orang yang kalah dan gagal di sekitar kita.

Terbiasa Sportif
Sikap utama yang harus dimiliki seseorang yang terbiasa mengikuti kompetisi adalah sikap sportif atau jujur. Mereka yang terbiasa mengikuti kompetisi akan berusaha meraih kemanangan dengan cara-cara yang jujur. Dengan demikian dalam kehidupan sehari-hari pun mereka akan terbiasa jujur.
Sikap sportif juga berarti mau menerima kekalahan dirinya serta menghargai kemenangan orang lain. Mereka yang tidk dilatih mengembangkan sikap sportif sejak kecil, suatu saat nanti akan sulit menerima kenyataan pahit. Semisal ketika kalah dalam pemilihan kepala daerah.

Melatih Emosi
Jika kita sering mengikuti kompetisi, kita akan terlatih untuk mengendalikan emosi kita. Yah, kita akan terbiasa dengan suasana tegang, sedih, gembira dan kesal. Karena terbiasa, kita akan tahu bagaimana cara mengatasi ketegangan, cara mengatasi gugup di depan orang banyak. Kita juga akan terbiasa mengalami kesedihan karena gagal da tentunya akan berguna jika kita bisa mengatasinya.

Membina Hubungan
Oh iya kalian jika mengikuti kompetisi akan terlibat dengan banyak orang. Misalnya saja dengan Ibu atau Ayah. Atau mungkin dengan kakak, serta saudara kita lainnya. Mereka akan mengantar dan mendukung kita. Tentu hal ini akan membuat hubungan kita semakin manis. Barangkali juga kita akan semakin dekat dengan oarang-orang di luar keluarga seperti teman, guru dan pelatih kita. Betapa menyenangkan jika banyak orang yang mendukung kita.
Kita juga bisa mendapat banyak teman dari sesama peserta sebuah kompetisi. Saat dipanggung atau di arena, mereka bisa saja menjadi lawan kita. tapi setlah itu kita bisa berteman dengan mereka.

Nah, siapa di antara kalian yang belum pernah mengikuti kompetisi? Mulai saja dengan mengikuti lomba di sekolah atau tempat tinggal kalian. Ikutlah kompetisi yang sesuai dengan hobi atau kesukaanmu. Jika suka menyanyi ya ikutlah kompetisi menyanyi, begitu juga bagi yang suka menulis ataupun membaca puisi.

(benny rhamdani)