Friday, December 20, 2013

Cernak, 22 Desember 2013




I Love You, Ibu


Tak ada yang tahu bagaimana Sticky masuk ke dalam akuarium.

"Dia sangat kecil," kata Ibu sambil mengintip ke keong air kecil. "Hanya titik hitam."

"Dia akan tumbuh," kata Amie dan menarik celana piyamanya lagi sebelum ia naik ke tempat tidur.

Di pagi hari Amie melompat dari tempat tidur dan menyalakan lampu di aquariumnya.

Gerry, ikan mas, sedang tertidur di dalam goa batu. Jaws sudah bangun, berenang di sepanjang bagian depan tangki dengan ekor putih mengambang dan bergerak-gerak. Amie Butuh beberapa saat untuk menemukan Sticky karena ia menempel di kaca dekat bagian bawah, tepat di sebelah kerikil.

Di sekolah hari itu, Amie menulis tentang Sticky, Tuan Misterius yang begitu kecil . "Kita bisa salah mengira dia sepotong kerikil." Beberapa anak perempuan di kelas cekikikan mendengar cerita Amie.

Malam harinya, Amie menyalakan lampu untuk menemukan Sticky. Dia tampak menempel di sudut akuarium, di dekat filter air. Sticky terayun-ayun dalam gelembung udara.

"Sepertiny asyik," kata Amie. Dia memberi makan ikan kemudian berbaring di tempat tidurnya dan mengawasi mereka mengejar setiap gerakan air. Ketika mereka berhenti Gerry mulai menggigit di gulma dengan bibir besarnya yang seperti sedang cemberut. Dia mengisap Mr Sticky ke dalam mulutnya lalu meniup kembali lagi dalam aliran air. Siput itu melayang turun ke bagian bawah akuarium, di antara kerikil berwarna.

"Sepertinya dia membesar," kata Amie kepasa Ibu saat sarapan keesokan harinya.

"Baguslah kalau begitu," kata dia Ibu, mencoba mengenakan mantel dan makan roti pada waktu yang sama.

"Tapi aku tidak ingin dia membesar. Tidak akan lucu lagi. Semua hal-hal kecil itu menyenangkan, bukan?"

"Tapi hal besar bisa lucu juga. Maaf, Ibu harus buru-buru. Nanti aku ketinggalan bis," kata Ibu.

Di sekolah hari itu, Amie menggambar gajah. Dia butuh dua lembar kertas. Tetapi Pak Guru tidak keberatan karena dia senang dengan gambar itu dan ingin menempelnya di dinding. Mereka kemudian menempel gambar itu bersama-sama. Di sudut gambar, Amie menulis nama lengkapnya, Amiegail, dan menarik siput kecil untuk titik pada huruf 'i'.

Pada akhir pekan mereka membersihkan tangki. "Ada banyak ganggang di sisi," kata Ibu. "Aku tidak yakin Sticky mampu membersihkan semua ini."

Mereka meraup ikan keluar dan menempatkan mereka ke baskom, kemudian mengosongkan sebagian dari air. Sticky menempel di kaca sementara Ibu menggunakam vacuum cleaner khusus untuk membersihkan kerikil. Amie memangkas gulma dan menggosok  tabung filter. Ibu menuangkan air baru ke dalam tangki.

"Di mana Sticky?" tanya Amie.

"Di samping," kata Ibu. Dia sedang sibuk berkonsentrasi pada air. "Jangan khawatir, Ibu berhati-hati."


Amie melihat ke semua sisi tangki. Tidak ada tanda-tanda siput air.

"Mungkin di kerikil itu," kata ibunya. "Ayo, kita selesaikan ini." Ibu menjatuhkan ikan kembali ke air bersih yang langsung berenang berputar-putar seperti kebingungan.

Malam Amie pergi ke kamar tidurnya untuk memeriksa tangki. Air sudah penuh dan tampak indah. Jelas tapi tidak ada tanda-tanda  Sticky. Dia berbaring di tempat tidurnya dan melakukan senam kecil. Peregangan baik untuk otot dan akan membuat terlihat setinggi model, begitu kata iklan di televisi. Ketika Amie selesai, ia berlutut untuk melihat lagi di dalam tangki. Ternyata masih belum ada tanda-tanda  Sticky.

Ibu berada di kamar dikelilingi tumpukan kertas. Ibu kaget ketika melihat Amie di ambang pintu.

"Dia akan muncul. Sekarang pergilah tidur Amie. Banyak yang harus Ibu kerjakan."

Amie merasa wajahnya merah. Itu selalu terjadi ketika dia marah atau kesal.

"Ibu tadi menyedot dia, kan?" tanya Amie. “Ibu pasti terburu-buru hingga menyedotnya."

"Aku angat berhati-hati. Tapi dia sangat kecil."

"Apa salahnya dengan menjadi kecil?"

"Tidak ada sama sekali. Tapi itu membuat sulit ditemukan."

Amie berlari ke kamarnya.

Pintu kamar dibuka Ibu. Amie mencoba untuk mengabaikannya, tapi sulit ketika Ibu berjalan ke tempat tidur dan duduk di sampingnya. Dia memegang kacamata di tangannya.

"Ini adalah pasangan baru saya," katan Ibu sambil menunjuk kacamatnya. "Ekstra kuat untuk berburu siput." Dia tersenyum pada Amie. Amie berusaha untuk tidak tersenyum kembali.

"Dan aku punya kaca pembesar," Amie tiba-tiba teringat dan bergegas pergi untuk menemukannya.
Mereka duduk di samping satu sama lain di lantai. Berlutut mereka berjalan sekitar akuarium, mengintip ke sudut-sudut di antara kerikil besar.

"Aha!"

"Apa?" Amie memindahkan kaca pembesar ke arah yang ditunjuk Ibu. Di lengkungan gerbang, sempurna tersembunyi, duduk Mr Sticky. Dan tepat di sampingnya adalah siput air lain, bahkan lebih kecil dari dia.

"Sticky!" Amie bernapas. "Tapi dari mana dia datang?"

"Mungkin dari gulma."

Mereka berdua tertawa dan naik ke tempat tidur. .
"Geser sedikit," kata Ibu.

"Aku tidak bisa geser, sudah di tepi. Nanti aku jatuh"

"Ya ampun kau sudah besar.Kapan itu terjadi?” tanya Ibu.

Amie meletakkan kepalanya di dada ibunya dan tersenyum. Walaupun Ami suka kesal kepada Ibu, tapi Ibu selalu menyelesaikan itu semua dengan pelukan hangatnya.
"I love you, Ibu," bisik Amie.

Arena KKPk, 22 Desember 2013

 Keanehan Ditha






Judul : Hitam Putih
Pengarang
:
Penerbit : DAR Mizan

      112 halaman


Pada awalnya, acara menginap di Hotel Luxorious itu baik-baik saja. Tapi sejak bertemu dengan Ditha, seorang anak perempuan yang superduper-jutek, semua jadi menyebalkan. Anehnya, semua murid kelas 5 Urrania International School mengatakan kalau dia anak paling baik dan suka menolong.
Tetapi itu dulu. Ditha yang sekarang adalah Ditha yang menyebalkan dan teman paling egois yang pernah mereka temui. Sayangnya, pengurus acara justru mengadakan rolling kamar dan Ditha sekamar denganku. Tak ada yang lebih menjengkelkan selain sekamar dengan si jutek itu!
Eits, tunggu dulu. Kalau tiba-tiba Ditha berubah dari baik menjadi jutek, pasti ada yang telah terjadi. Tapi apa yang bisa mengubah kebaikan Ditha yang terkenal itu? Aku, Myra, dan Shaza sungguh penasaran. Apalagi ketika melihat seorang lelaki bertubuh pendek, seperti anak kecil, yang menghampiri Ditha saat acara di ballroom hotel itu! Siapa dia? Apa hubungannya dengan Ditha? Annet, teman yang menghuni kamar sebelahku sepertinya tahu. Tapi, dia enggan memberi tahu. Ah, bagaimana ini? Kalian juga penasaran? Kita paksa saja Annet mengaku!

(Geus Rama S)

Hore, 22 Desember 2013



Mengenal Sejarah Pohon Natal




Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai dari Jerman. Pemasangan pohon Natal yang umumnya dari pohon cemara, atau mengadaptasi bentuk pohon cemara, itu dimulai pada abad ke-16.

Saat penduduk Jerman menyebar ke berbagai wilayah termasuk Amerika, mereka pun kerap memasang cemara yang tergolong pohon evergreen untuk dekorasi Natal di dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania Amerika Serikat memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada tahun 1830-an.

Pohon Natal bukanlah suatu keharusan di gereja maupun dirumah sebab ini hanya merupakan simbol agar kehidupan rohani kita selalu bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang lain "evergreen". Pohon Natal (cemara) ini juga melambangkan "hidup kekal", sebab pada umumnya di musim salju hampir semua pohon rontok daunnya, kecuali pohon cemara yang selalu hijau daunnya.

Pemasangan pohon cemara, baik asli maupun yang terbuat dari plastik, di tengah kota atau di tempat-tempat umum pun menjadi pemandangan biasa menjelang Natal. Salah satu yang terbesar adalah pohon yang ada di Rockefeller Center di 5th Avenue New York Amerika Serikat.
Santo Bonifacius

Menurut sebuah legenda, rohaniawan Inggris bernama Santo Bonifasius yang memimpin beberapa gereja di Jerman dan Perancis dalam perjalanannya bertemu dengan sekelompok orang yang akan mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon ek. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, secara ajaib Santo Bonifasius merobohkan pohon ek tersebut dengan pukulan tangannya. Setelah kejadian yang menakjubkan tersebut di tempat pohon ek yang roboh tumbuhlah sebuah pohon cemara.

Cerita lain mengisahkan kejadian saat Martin Luther, tokoh Reformasi Gereja, sedang berjalan-jalan di hutan pada suatu malam. Terkesan dengan keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon cemara di hutan, Martin Luther menebang sebuah pohon cemara kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti yang dilihatnya di hutan, Martin Luther memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon cemara tersebut.

Setelah masyarakat AS mengikuti jejak Inggris menggunakan pohon cemara pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, industri pun semakin berkembang dan merambah ke berbagai negara. Termasuk industri berbagai hiasan pohon Natal seperti bola-bola yang digantung, pernak-pernik Santa Claus, tinsel (semacam tali berumbai yang dililitkan ke pohon), dan lainnya.


Karena penggunaan pohon cemara merupakan tradisi Eropa, ekspresi sukacita yang dilambangkan dengan berbagai dekorasi itu berbeda-beda di setiap negara. Indonesia dan Filipina menjadi negara yang sangat terpengaruh tradisi Eropa itu sampai akhirnya para umat Kristen membeli pohon buatan tapi yang penting berbentuk cemara.

Di Afrika Selatan keberadaan pohon Natal bukanlah sesuatu yang umum. Sementara masyarakat India, lebih memilih pohon mangga dan pohon pisang.

Friday, December 06, 2013

Cernak, 8 Desember 2013



PROYEK RAHASIA



Bip … bip … bip


Fily mengeluarkan kartu solarium dari sakunya begitu mendengar nada panggil dari alat telekomunikasi pribadinya. Ia segera menyentuh tanda segi tiga di sudut kartu tipis itu. Hologram wajah Rob membentang di hadapan Fily.

“Ada apa, Rob?” tanya Fily langsung.

“Bisakah kamu menemuiku sekarang juga?” pinta Rob.

“Papa sedang melarangku keluar flat. Terlalu beresiko. Kerusuhan masih merajalela di mana-mana.”

“Aku tidak memaksamu kalau tidak penting. Ayolah, temui aku sebentar. Atas nama persahabatan kita.”

“Mengapa tidak kamu katakan sekarang saja kalau memang penting?”

“Aku kuatir ada yang menyadap pembicaraan kita.”

“Okey, aku usahakan menemuimu. Di mana?”

“Sudut jalan depan rumahmu.”

Hologram Fily menghilang seketika. Fily bergegas keluar dari kamarnya. Dia mengatakan kepada pengawal pribadinya bahwa dia hanya pergi sebentar ke ujung jalan. Setelah melewati flatnya, Fily berlari menemui Rob yang  tampak gelisah.

“Mari ikut aku!” Rob langsung meminta Fily ikut membonceng ke atas molar, sejenis sepeda  roda dua mirip penemuan di abad lampau, hanya menggunakan tenaga matahari dan tanpa ban karet.

Fily  melihat kepulan asap yang mengangkasa di kejauhan. Kerusuhan yang terjadi bukan hanya pembakaran saja, tapi juga penggunaan mesin-mesin senjata otomatis. Sasaran mereka adalah gudang-gudang dan toko bahan makanan.

Rob menghentikan molarnya di belakang sebuah gedung yang nyaris runtuh.  Rob tergesa-gesa berjalan memasuki pintu gedung. Mereka kemudian menuruni tangga menuju ruang bawah tanah. Sampai di suatu ruangan, Fily melihat sekitar belasan orang sudah menanti mereka.

“Perkenalkan, Fily, putri Jenderal Avtar!” Rob segera memperkenalkan Fily kepada teman-temannya, Fily mencoba tersenyum di depan wajah-wajah yang baru di kenalnya. Dia tahu Rob adalah anggota kelompok bawah tanah yang menentang pemerintah. Mereka dari kelompok  yang mulai tersisihkan di masa revolusi antarbenua. Tapi baru kali ini dia mengenal teman-teman Rob. Selama ini dia mengenal Rob hanya di sekolah.

“Fily, kami harap kamu mau membantu kami mendapatkan informasi penting dari ayahmu,” pinta Rob kemudian.

“Informasi apa?” Tiba-tiba Fily merasa diperdaya.

“Sebuah proyek rahasia yang diberi nama Proyek S. Kamu pernah mendengarnya?”

Fily menggeleng. Semua yang ada langsung bersuara tanda kecewa.

“Baiklah. Bisakah kamu membantu kami mendapatkan informasi apapun tentang proyek itu jika kamu berhasil mengoreknya dari ayahmu?” tanya Rob setengah mendesak.

“Ya, atas nama cinta kita. Dan, bisa aku minta diantar pulang sekarang juga?”

Rob mengangguk.  Segera Rob mengantar Fily. Sampai di ujung jalan dekat flat Fily, Rob tak segera pergi.

“Mengertilah, Fily. Mungkin kamu berpikir aku memperalatmu dengan mengatasnamakan persahabatan kita. Tapi sungguh, aku lakukan ini atas nama peradaban yang ada. Banyak orang kini tergantung padamu …”

“Ya, aku berusaha mengerti.” Fily bergegas meninggalkan Rob. Hatinya masih disesaki beribu prasangka atas apa yang telah dikatakan Rob.

***

Fily menyibukkan dirinya dengan memainkan holonet, sejenis jaringan hologram yang serupa dengan internet. Banyak informasi simpang siur yang dibacanya. Tapi, semuanya bermuara atas satu sumber, yakni ledakan matahari.

Lima tahun yang lalu seorang ahli ilmu matahari meramalkan bahwa akan ada bencana alam besar, yakni meledaknya matahari karena padatnya energi yang tersimpan di dalam benda langit itu. Kulit matahari akan mengelupas dan membentuk kulit matahari yang baru. Pengelupasan kulit matahari itulah yang akan menimbulkan peristiwa angkasa luar yang maha dahsyat.

Tak ada yang mempercayai kata-kata ahli itu. Tapi, diam-diam banyak negara yang membuat proyek rahasia melindungi sejumlah koloni dari kemungkinan terjadinya bencana itu. Dan kini, sebulan menjelang terjadinya ledakan matahari itu, masyarakat mendadak menjadi rusuh. Meski tidak ada tanda-tanda alam, namun semua menjadi yakin akan ramalan itu.

Bip … bip … bip ….

Alarm pintu kamar Fily berbunyi. Namun sinyal yang kemudian terdengar membuat Fily lega. Pintu kamarnya terbuka. Jenderal Avtar masuk mendekati putrinya.

“Pasti ada hal penting,” terka Fily sambil menerima kecup kening dari ayahnya. Dia bisa menebak karena ayahnya masuk masih dengan seragam kebanggaannya.

“Ya, dan Papa tidak bisa lama-lama menjelaskannya karena harus kembali ke markas.”
Jenderal Avtar mengambil tempat di depan Fily. “Putriku, kamu pasti sudah tahu tentang bencana ledakan matahari bulan depan. Dan banyak negara yang sudah membuat proyek untuk menyelamatkan diri. Untuk negara kita, sebenarnya sudah sejak tiga tahun lalu telah dibuat suatu proyek rahasia yang diberi nama Proyek S.”

Kuping Fily langsung tegak mendengar nama itu
.
“Proyek S adalah nama proyek pemerintah untuk menyelamatkan beberapa orang pilihan dari kehancuran akibat bencana alam itu dengan memasukkan ke dalam suatu tabung pendingin seperti lemari es. Diperkirakan hanya sejuta orang yang dapat dipilih dan akan dibekukan sehingga ketika bencana itu terjadi, mereka tidak mengalami apa-apa.”

“Tapi siapa yang kemudian akan menormalkan mereka setelah itu?”

“Itu sudah diprogram selama 10 tahun.”

“Lokasi proyek itu?”

“Masih rahasia. Empat jam lagi akan ada pengawal Papa yang akan menjemputmu menuju tempat proyek itu. Proses pembekuan akan dimulai dua belas jam lagi. Orang-orang terpilih mulai saat ini sudah dijemput, termasuk kamu, putriku.”

“Secepat itukah?”

“Ya. Dan sebaiknya serahkan kartu solarium milikmu pada Papa karena rahasia ini tidak boleh kamu bocorkan pada siapapun.”

Fily menyerahkan alat telekomunikasi dari sakunya. Jenderal Avtar meninggalkannya sendirian. Fily langsung memutar otaknya mencari cara untuk menghubungi Rob. Ya, tidak ada cara lain selain menyelinap keluar.
Fily nekat mengendap-endap melalui jalan belakang. Setelah berhasil melewati pagar flatnya, dia langsung berlari sekuat tenaga menuju bangunan yang pernah dia datangi bersama Rob. Dengan napas tersengal-sengal akhirnya dia masuk ke dalam ruangan bawah tanah. Rob langsung menyambutnya.

“Ada apa. Fily?” tanya Rob cemas. “Seharusnya kamu mengontak aku dulu.”

Fily tak mengubris pertanyaan Rob. Dituturkannya semua yang dia tahu tentang Proyek S dari ayahnya. Setelah itu Rob yang sibuk menyampaikan perihal Proyek S kepada orang-orang disekitarnya.

“Masih ada waktu beberapa jam untuk melacak lokasi itu. Bersiaplah sebagian untuk menuju lokasi bila ditemukan. Di antara kita harus ada yang ikut selamat dalam proyek itu!” teriak Rob lantang.

Rob kemudian mendekati Fily. “Terima kasih atas informasimu, Fil. Kurasa sebaiknya kamu segera pulang sebelum pengawal ayahmu menjemput ke kamarmu.”

“Dan bagaimana denganmu?”

“Ah, kamu kan tahu aku sebatang kara di dunia ini. Tak ada yang merasa kehilangan diriku …”

“Lalu kamu anggap diriku ini apa?!” sergah Fily.

“Fily, bukan waktunya berdebat.”

“Atas nama persahabatan kita, biarkan aku menemanimu di sini ….”

***

Seperti apa yang diramalkan, matahari meledak. Ledakan itu bahkan menghanguskan Planet Merkurius. Kota-kota luar angkasa yang dibangun tak terselamatkan. Semua yang ada di bumi menjadi debu.
Sebuah benda angkasa luar mendarat di bumi satu bulan setelah peristiwa yang mengerikan itu. Pesawat yang berasal jauh dari planet terjauh dari matahari. Pesawat itu turun di atas hamparan gurun debu dan menembus ke dalam tanah hingga ratusan kilometer.

Mereka tiba pada sebuah ruangan besar yang teramat dingin. Dari pesawat itu keluar tiga makhluk bertangan empat yang kelihatan cerdas. Mereka adalah korban segala jenis percobaan genetika manusia yang gagal dan dibuang ke planet terjauh. Dengan sebuah alat detektor mereka memeriksa ruangan tersebut. Kemudian mereka mengirimkan sinyal melalui alat komunikasi mereka.

Bunyi sinyal itu adalah:

“Tak ada kehidupan di planet ini. Tetapi kami menemukan sebuah ruangan pendingin raksasa berisi banyak sekali makhluk yang telah dibekukan. Kita bisa menjadikannya untuk bahan makanan selama bertahun-tahun. Hmmm, kelihatannya cukup lezat …”

***

ARENA KKPK, 8 Desember 2013

Petualangan Seru Smart Club



Judul: Hilangnya Permata Ruby
Penulis: Shoffiya Lukman
Tebal: 140 halaman

 


Kalian suka buku KKPK petualangan? Nah, ini ada satu judul yang menurut aku sih seru banget. Aku kasih tahu sedikit ya jala ceritanya.

Jack, Diana, Joe, Al, dan Amy sepakat membentuk Smart Club, kelompok yang senang menjelajah, menyelidiki, dan piknik. Susan, adik dari Jack dan Diana, tidak mau kalah. Bersama sahabatnya yang kembar, Janet dan Hillary, dia membuat kelompok Trio Bandel. 

Waaah ... tentu saja para anggota kelompok Smart Club menjadi geram. Apalagi, kelompok Trio Bandel selalu membuat kekacauan. Penyelidikan hilangnya permata ruby milik Lady Lindsay pun selalu terhalang oleh ulah mereka. Iiih ... mengesalkan! Apa saja sih, ulah mereka? Apakah permata ruby milik Lady Lindsay dapat ditemukan kembali? Daripada penasaran, baca ceritanya, yuk! Seru abis, lho! 

(Geus Rama S, Palembang)

Hore, 8 Desember 2013

Kalian tahukah tanggal 6 Desember lalu kita merayakan Hari Relawan Dunia? Apakah kalian tahu arti relawan? Apa itu Relawan ?
 
Relawan adalah orang atau warga masyarakat setempat yang bersedia mengabdi secara ikhlas dan tanpa pamrih, tidak digaji atau diberikan imbalan, rendah hati, dan rela berkorban.Kerelawanan menghasilkan suatu cara masyarakat untuk dapat berkumpul dan membuat suatu perubahan melalui tindakan nyata. 

Unjtuk menjadi relawan kita tidak perlu menunggu besar nanti. Banyak anak-anak di sekitar kita yang dengan senang hati menjadi relawan cilik.

Akhtar Membersihkan Kota
 Namanya Akhtar Aryanshah, berusia 9 tahun. Beberapa kali Akhtar mengikuti kegiatan membersihkan sampah di kota Bandung. Mulanya Akhtar diajak orangtua mengikuti kegiatan Bebersih Bandung Yuk. Walaupun satu-satunya relawan cilik, Akhtar bersemangat memunguti sampah yang ditemui di tengah jalan kota. Oleh panitia, Akhtar diberikan kantung sampah dan sarung tangan.   

Dengan kegiatan tersebut, Akhtar jadi peduli dengan kebersihan lingkungan di kotanya.Bahkan kegiatan Akhtar ini menular kepada anak-anak lainnya. Sekarang jika ada kegiatan membersihkan sampah kota, banyak anak-anak yang ikutan lho.
Noah Menghibur Pasien



Noah Wadell, boleh jadi masih berstatus anak kecil, tapi siapa yang meragukan kebesaran hatinya. Bocah berusia 12 tahun ini mendedikasikan waktunya untuk menghibur para pasien di Fort Myers’ HealthPark, sebuah rumah sakit yang terletak di Florida, Amerika Serikat. Noah menghibur para pasien lewat permainan pianonya yang memikat.


Keinginannya ini muncul saat berkunjung ke rumah sakit itu, dia melihat sebuah piano dan berkata, “Ayah saya bisa bermain piano, mereka (para pasien) mungkin berharap ‘Twinkle, Twinkle’ atau sesuatu yang lain, tapi mereka tentu akan sangat senang” ujarnya, seperti ditirukan sang ayah, Barry Wadwell.


Noah bergabung dengan para relawan lain dalam sebuah program musik khusus, yang ditujukan untuk mengurangi tingkat stress di rumah sakit tersebut. Bersama musisi lainnya, Ia pun berusaha menghibur para pasien, pengunjung, dan staf rumah sakit.


Keberadaan Noah pun sangat disenangi oleh para orang tua, yang anaknya sedang dirawat di rumah sakit itu. Aksi Noah di balik piano diakui bisa membuat pasien bersemangat. Semangat itu diharapkan bisa memberi dampak positif bagi kesehatan.

Dinda Meminjamkan Buku Gratis

Rumah di kawasan Cipayung, Depok, Jawa Barat itu terlihat sepi dari depan. Namun begitu kita masuk ke salah satu ruangan di rumah itu, tampak sejumlah anak sedang asyik membaca buku di tangan masing-masing. Begitulah pemandangan setiap hari di Rumah Buku AlyaNayya.

“Awalnya karena banyak sekali koleksi buku kami di rumah. Rasanya, sayang jika hanya kami saja yang baca, sementara teman-temanku banyak yang suka baca tapi orangtua mereka tidak membelikan mereka buku cerita,” tutur Alya Namira Nasution yang biasa disapa Dinda.

Pada tahun 2010 Dinda pun mendirikan taman bacaan. Saat itu umur Dinda baru 9 tahun dan sudah tertarik menjadi pustawan cilik. “Dari usulan ayah, bunda dan adik, aku memberi nama perpustakaanku itu Rumah Buku AlyaNayya, yang merupakan paduan namaku dan adikku, Jingga Nayya. Awalnya sempat mau diberi nama Buka Buku, tapi kok kurang keren ya,” jelas putri sulung dua bersaudara pasangan Ade Nur Sa’adah dan Haris Nasution ini.

Dinda mengaku untuk mengundang pengunjung ke perpustakaannya banyak dibantu bundanya. “Bundaku yang selalu manggil anak-anak buat main ke rumahku untuk pinjam buku. Selain mengajak anak-anak tetangga, bunda juga minta ke guru sekolahku untuk menyuruh teman-temanku meminjam buku di rumahku,” jelas Dinda yang bertuga mencatat buku-buku yang dipinjam dan memeriksa buku di taman bacaannya.

Yang menarik, untuk membaca buku-buku koleksi di Rumah Buku AlyaNayya ini tak ada uang administrasi keanggotaan atau sewa buku. “Karena ini taman bacaan gratis, syarat utamanya hanya kejujuran untuk mengembalikan buku yang dipinjam. Sayangnya, tidak semua anak bisa ditantang buat berlaku jujur. Banyak sekali bukuku yang tidak mereka kembalikan. Kalaupun kembali, buku-buku itu sudah robek atau dicoret-coret,” tutur Dinda yang juga seorang penulis cilik sejak usia 8 tahun.


Nah, kalian tertarik?