Friday, July 30, 2010

CERNAK, 1 Agustus 2010


Asyiknya Memancing!

Oleh Benny Rhamdani

Sudah sering aku melihat Ayah pergi membawa perlengkapan memancing di hari Minggu. Pernah suatu hari Ayah mengajakku ikut, tapi aku menolaknya.

"Aku ada janji dengan teman-teman mengerjakan tugas prakarya," kataku memberi alasan. Sebenarnya, aku memang tidak tertarik memancing. Apa asyiknya memancing sih?

"Memancing itu kegiatan yang bisa melatih kesabaran kita. Juga kejelian kita," kata Ayah menjelaskan.

Wah, buat apa melatih kesabaran dan kejelian lewat memancing? Aku tidak mengerti maksud Ayah itu. Tapi aku tidak mau memprotes hobi Ayah itu. Apalagi Ayah tidak setiap hari Minggu pergi memancing. Paling-paling sebulan dua kali. Satu-satunya yang menyenangkan dari hobi memancing Ayah adalah ikan yang dibawa pulang.

Tapi hari Minggu ini, entah mengapa aku tiba-tiba saja tertarik untuk ikut Ayah pergi memancing. Semalam aku melihat film di televisi tentang pengetahuan memancing ikan. Wah, sepertinya seru juga ya. Apalagi kalau berhasil mendapat ikan berukuran besar.

Ayah senang mengetahui aku ingin ikut memancing. Ibu langsung menyiapkan perlengkapan memancing dan bekal tambahan. Sekitar pukul sembilan pagi, aku membonceng di belakang motor Ayah pergi ke arah selatan.

Tadinya aku pikir ayah akan mengajakku memancing di klam-kolam pemancingan. Tapi Ayah malah berhenti di dekat sebuah aliran sungai.

"Kita memancing di dekat bongklahan batu itu. Tempatnya sejuk sebelum jam dua belas siang," kata Ayah sambil menurunkan perlengkapan kami.

Aku menurut saja. Kupikir, kami akan langsung memancing di sungai itu. Tapi Ayah malah mengajakku mencari ulat daun pisang.

"Kita perlu upan yang disukai ikan-ikan di sungai," kata Ayah menjelaskan.

Aku mengangguk saja. Semula aku geli melihat bentuk ulat daun pisang itu. Kupikir bisa membutaku gatal seperti ulat bulu. Ternyata itu bukan jenis ulat bulu. Ayah baik-baik saja meski memegangnya.

Setelah cukup mendapat umpan, kami meniapkan peralatan memancing. Ayah memegang kail kesayangannya. Aku juga memegang satu.

"Mari Ayah ajarkan dulu caranya," kata Ayah.

Ayah memberitahuku cara emasang umpan di kail, melempar kail ke sungai, juga menarik kail.

"Yang paling penting adalah kita sabar," kata Ayah.

Hmm, sepertinya mudah. Ya, mudah-mudahan saja aku bsia segera mengail seekor ikan besar.

Plung! Aku melempar kailku tepat di tengah sungai.

"Lemparan yang lumayan bagus!" puji Ayah sambil melakukan hal yang sama.

Kami kemudian menancapkan kail. Kami tidak memegangnya. Lalu, Ayah mengajakku sedikit mundur.

"Kita duduk di sana. Ikan-ikan di sini peka sekali," kata Ayah.

Kami duduk di sebuah batu besar di bawah lindungan pohon teduh.

"Dulu tempat ini banyak sekali ikannya. Ayah sangat suka memancing di sini. Tapi lama ke lamaan ikannya berkurang," kata Ayah.

"Dipancing terus ya, Yah?" tanyaku.

"Bukan itu. Tapi airnya berkurang dan tercemar di bagian hilir dan sedikit di hulu," jelas Ayah.

"Tercemar kenapa?" tanyaku.

"Limbah. Sampah yang dibuang ke sungai, terus ada juga limbah pabrik kayu di dekat sungai, dan limbah-limbah lainnya."

"Wah, sayang sekali."

"Iya. Padahal selain ikan, manusia juga memerlukan air sungai ini untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Mulai dari minum, menuci, mandi, dan sebaginya. Tapi kita sendiri yang mengotorinya," tambah Ayah.

"Kalai begitu, ikan di sini mengandung taun ya, Yah? Tidak bisa kita makan?" tanyaku.

"Untungnya memang belum sampai ada limbah beracun. Jadi tenang saja. Ikan-ikan ini masih bisa dimakan. Tapi kalau semua orang membiarkan sungai kita dicemari, lama-lama nggak mungkin limbah beracun pun masuk," kata Ayah.

Aku merinding mendengar keterangan Ayah. Yang aku tahu, sungai ini juga mengalir ke sungai Musi. Nah, kalu sungai ini beracun, berarti sungai Musi juga bisa tercemar racun. Padahal sungai Musi adalah kebanggaan kami.

"Ssst, umpannya ada yang makan," Ayah berbisik sambil menunjuk alat pancingku. "Biarkan dulu."

Aku menunggu beberapa detik dengan tak sabar. Ketika Ayah memberi kode agar aku menarik kailku, maka aku buru-buru menariknya. "Waaaaaah! Kena!" teraikku.

Aku menangkap ikan itu. Tapi ukurannya tdak sebsar yang kuingankan. Mungkin ini malah anak ikan.

"Dilepas lagi saja. Ikannya masih kecil," kata Ayah.

"Jangan, Ayah. Nanti ikannya akan bilang sama teman-temannya bahwa kita lagi mengail di sini," kataku.

Ayah tertawa. "Tentu saja tidak akan terjadi begitu. Ayo, lepaskan saja. Biar nanti kalau besar baru kita pancing lagi."

Aku pun melepaskan ikan itu ke sungai walau berat hati. Ayah mebantuku memasang umpan. Lima menit kemudian kail Ayah yang ditarik ikan. Sebuah ikan yang besar. Aku senang melihat Ayah mendapatkannya, walau aku sedikit iri.

Baru satu jam kemudian umpanku dimakan ikan. Kali ini berukuran sedang. Ayah tidak memintaku melepasnya. Kail Ayah mendapat giliran lima belas menit kemudian. Lalu kailku agak lama. Uhh, benar-benar harus bersabar untuk menjai pemncing yang baik seperti Ayah.

Tengah hari kami membuka bekal kami lalu menghabiskannya. Kami juga sholat berjamaah di alam terbuka. Begitu menyenangkan.

Pukul tiga kami pulang. Ikan tangkapan kami lumayan banyak. Di perjalanan pulang Ayah sempat berhenti di depan sebuah rumah gubuk. Kamu turun dan masuk ke ruah gubuk itu. Seorang lelaki tua menyambut kami.

"Pak Amat, ini anak saya yang sering saya ceritakan. Kami baru saja memancing. Sebagian ikannya biar disimpan di sini saja," kata Ayah kemudian.

Tak lama kemudian kami melanjutkan pulang. Aku baru tahu kalau ternyata Pak Amat adalah bekas petugas penjaga hutan lindung. Walau besar jasanya, hidupnya ternyata tak beruntung. Itu sebabnya Ayah memberikan sebagian ikan kami untuk Pak Amat.

Sampai di rumah aku menceritakan pengalamanku hari ini. Aku berjanji akan menuliskannya sebagai cerita di koran kesayanganku. Ya, agar teamn-temanku suka memancing dan mau menjaga kelestarian sungai.

HORE, 1 Agustus 2010

Lollipop atau Permen Karet?

Permen adalah sejenis gula-gula (confectionary) yang dibuat dengan mencairkan gula di dalam air. Perbedaan tingkat pemanasan menentukan jenis permen yang dihasilkan: suhu panas menghasilkan permen keras, suhu menengah menghasilkan permen lunak, dan suhu dingin menghasilkan permen kenyal. Permen dinikmati karena rasa manisnya.

Lollipop

Permen stick diduga berawal dari manusia primitif yang mengumpulkan madu dengan menggunakan tongkat. Para arkeolog juga telah menemukan bahwa orang-orang Arab, Cina, dan Mesir, pada jaman dulu membuat buah dan kacang yang 'dipermenkan' dengan menggunakan madu.
Pada abad pertengahan di Eropa, gula adalah barang impor yang sangat mahal, dan hanya bisa dikonsumsi oleh orang-orang kaya. Agar penganan ini bisa dinikmati lebih lama, gula diolah menjadi permen. Di Inggris, agar permen-permen lebih mudah dimakan, mereka menggunakan stick (gagang).
Pada awal tahun 1905, McAviney Candy Company (sekarang sudah ditutup) mungkin yang mengawali sejarah produksi lollipop. Pemiliknya membuat permen dan mengaduknya dengan menggunakan stick. Pulang kerja, ia membawakan anaknya residu permen yang menempel di stick tersebut. Ia lalu memiliki ide untuk menjual permen dengan bentuk unik itu.

Tidak ada keterangan kapan pertama kali lollipop dijual. Meskipun demikian, jika cerita itu benar, McAviney Candy Company adalah yang pertama kali menjual permen lollipop.
Di dalam buku "Food For Thought (Extraordinary Little Chronicles of The World)", disebutkan bahwa George Smith dari Connecticut-lah yang pertama kali menciptakan (dan memberi nama) Lolly Pop pada tahun 1908.
Sumber yang lain mencatat, pada tahun 1908 di Racine, Wisconsin, ditemukan mesin produksi lollipop oleh Racine Confectionary Machine Company. Mesin ini diciptakan untuk mempermudah permen yang keras itu 'ditempelkan' ke ujung stick. Mesin ini bisa menghasilkan 2400 lollipop per jam.
Gelar sebagai produsen lollipop secara massal itu dipegang oleh The Racine Confectionary Company, sampai pada tahun 1912 ditemukan sebuah mesin yang dapat memasukkan stick ke dalam permen secara otomatis. Mesin ini diciptakan oleh seorang penguaha bernama Samuel Born. Kota San Fransisco sangat mengagumi inovasi ini, sampai-sampai Born (yang merupakan orang Rusia) diberi izin untuk ke San Fransisco tahun 1916 (padahal saat itu Amerika-Rusia sedang perang dunia).

Saat ini, beberapa produsen permen modern, seperti Spangler Candy Company bisa memproduksi tiga juta lollipop per hari. Wew!

Permen Karet

Permen karet adalah permen kunyah yang memiliki ciri khas yaitu dapat dibuat untuk mengembangkan gelembung. Warnanya beraneka ragam dan memiliki rasa tertentu. Biasanya permen karet bersifat lengket dan pada saat gelembung terkembang hingga batas tertentu, maka gelembung akan pecah dan mengenai wajah. Hal itu terjadi karena permen karet lebih kental daripada permen kunyah manapun. Namun terdapat pula merk permen karet seperti Hubba Bubba yang bersifat tidak lengket dan cenderung disukai anak-anak.


Untuk menggelembungkan bola dengan permen karet, seseorang dapat meratakan gusi ke palatum (langit-langit mulut) dan kemudian menekannya ke belakang gigi. Kemudian dorong ke luar sedikit dengan lidah kemudian digelembungkan. Bila langkah tersebut dilakukan dengan benar, maka akan terbentuk gelembung yang menarik.

Hingga saat ini sejarah permen karet masih belum jelas. Namun bukti sejarah tertua ditemukan pada tahun 1993 oleh para arkeolog berupa tiga gumpalan uang berisi pemanis madu yang telah berusia 9000 tahun yang dikunyah oleh para pemburu di Swedia. Akan tetapi bagi masyarakat Yunani kuno, mengunyah permen karet merupakan kebiasaan yang umum di masyarakat. Mereka mengunyah sebuah damar dari pohon mastic yang berasal dari Turki. Sementara itu di Amerika Utara, penduduk asli mempunyai kebiasaan mengunyah substansi yang dibuat dari damar pohon cemara yang terus dilanjutkan secara turun temurun hingga awal abad ke-19 yang kemudian diganti dengan parafin.

Permen karet ini pertama kali ditemukan oleh seorang berkebangsaan Amerika Serikat bernama Thomas Adams, pada 1872. Kisahnya bermula ketika di tahun 1870, si ahli foto bernama Thomas Adams ini mendapatkan sepotong karet yang biasa dikunyah oleh orang-orang dari suku Indian Meksiko.

Dua tahun lamanya (1870-1872) ia mencoba melakukan penelitian apakah bahan yang kenyal itu bisa digunakan seperti karet biasa? Ternyata tidak! Usaha Adams sia-sia belaka. Akhirnya ia kunyah saja meniru orang Indian itu. Ada keenakan tersendiri. Selanjutnya Thomas Adams mencoba menjual penemuannya itu ke sebuah perusahaan, namun ditolak. Dari situ Adams mencoba memproduksi sendiri, yang akhirnya perusahaan permen karet Adams cukup terkenal dan terus berkembang hingga menjadi sebuah perusahaan permen karet terkenal di Amerika Serikat.

Pada tahun 1928, Walter E. Diemer menemukan permen karet yang lebih mudah menggelembung. Warna permen karet ciptaannya adalah merah muda.

Susan Montgomery Williams dari Fresno, California memegang rekor dunia sebagai peniup gelembung terbesar ditiup yakni 58 cm. Sementara, Joyce Samuels Louisville, Kentucky adalah pemegang rekor dunia meniup gelembung permen karet terbesar dari hidung yakni 40,64 cm.

Manfaat mengunyah permen karet:

1. Dapat menyegarkan bau mulut, terutama untuk yang doyan menginsumsi bawang-bawangan.

2. Permen karet yg sifatnya melekat erat, dapat membersihkan sisa-sisa makanan pada permukaan gigi. sering mengunyah permen karet dapat meningkatkan produksi air liur yang dapat membersihkan rongga mulut dan gigi dengan lebih baik, sehingga mengurangi resiko terbentuknya plak-plak gigi.

3. Mengunyah permen karet menyebabkan rongga mulut berulang-ulang melakukan gerakan mengigit, hal ini memperlancar aliran darah dibagian wajah dan juga melatih otot-otot untuk mengunyah dan menggigit. hasil penelitian seorang ahli di Amerika, mengunyah permen karet setiap hari selama 15 menit dapat bermanfaat bagi kecantikan.

Kerugian Mengunyah permen karet:

1. Permen karet mengandung gula, dan gula dapat tertinggal di dalam rongga mulut dalam waktu lama, bakteri didalam mulut akan merubah gula menjadi asam yang akan mengurai kalsium gigi (email gigi) sehingga menyebabkan kerusakan pada gigi. para ahli mengajurkan agar memilih permen karet xylitol sebagai pengganti gula, karena xylitol memiliki rasa dan nilai gizi yang sama dengan gula, namun tidak dapat difermentasi menjadi asam sehingga aman untuk gigi.

2. Riset di Swiss menunjukkan, sering mengunyah permen karet dapat merusak bahan tambalan gigi. oleh karena itu orang yg menggunakan tambalan gigi dengan bahan air raksa sebaikknya jangan mengunyah permen karet, karena dengan mengunyah permen karet dapat mengurai senyawa air raksa tersebut. yang efeknya dapat meningkatakan jumlah kandungan air raksa dalam darah dan air kemih. yang dapat menyebabkan hal negatif terhadap otak, susunan syaraf pusat dan ginjal.

3. Anak-anak yang mengunyah permen karet dalam waktu lama, kemungkinan besar akan mempunyai kebiasaan menggertakkan gigi pada saat tidur karena otot-otot mulut dalam keadaan tegang, sehingga dapat mempengaruhi kualitas tidur mereka. para ahli menyarankan agar anak-anak tidak mengunyah permen karet lebih dari 3-4 kali sehari dan tidak melampaui 10-15 menit.

4. Remaja yang sering mengunyah permen karet dapat beresiko memiliki bentuk wajah segi empat, karena otot-otot rahang mungkin terlalu terlatih sehingga sangat cepat pertumbuhannya.

5. Permen karet tidak di jual di Disney Land

6. Mengunyah permen karet sambil mengiris bawang bombay bisa
mengakibatkan air mata mengucur keluar.


Nah, kalian lebih suka permen yang mana?

(ben)

Friday, July 23, 2010

CERNAK, 25 JULI 2010


NAYLA
oleh Benny Rhamdani



Di kelasku kedatangan murid baru. Namanya Nayla. Anaknya sih cantik, tapi menyebalkan. Bayangkan, di hari pertama dia sudah membuat semua anak membencinya.

"Sebenarnya aku tidak suka sekolah di sini. Sekolah ini kampungan," katanya dengan nada keras di saat istirahat.

Kalimatnya itu tentu saja membuat kami yang mendengar langsung mendelik. Memang sekolah kami bukan sekolah favorit, tapi menurut kami, sekolah ini sama sekali tidak kampungan. Lagi pula kalau kampungan, buat apa dia sekolah di sini?

"Aku pindah sekolah di sini karena diminta nenekku saja," lanjut Nayla. Lalu Nayla berjalan ke kantin sekolah kami. Dia terus meledek, "Apaan sih ini? Kantinnya kok cuma menjual gorengan. Mana burger, sosis?"

Uuuuh, rasanya aku ingin menyumpal mulutnya dengan pisang goreng Bik Mirah yang besar-besar itu. Kalau memang dia tidak suka, buat apa ke kantin? Lagi pula, kalau dia tidak suka bukan berarti dia bisa menghina sesukanya, kan?

Lalu ketika pelajaran olahraga, kami mengganti seragam. Nayla tentu saja belum punya kaos seragam olahraga karena dia murid baru. Pak Guru menyarankan Nayla membeli di koperasi.

"Tapi, Pak, seragamnya jelek. Apa boleh saya pakai seragam dari sekolah yang dulu? Lebih ngejreng gitu lho," kata Nayla.

"Tentu saja tidak boleh," kata Pak Erwin tegas.

Rasain! Aku senang melihat muka Nayla langsung pucat mendengar bentakan Pak Erwin.

Nayla pun ke koperasi sekolah emngambil seragam olahraga kami. Saat memakainya, tampak sekali di wajahnya ia sama sekali tak menyukai kaos itu.

Pak Erwin lalu menyuruh kami berlari mengitari lapangan. Tiba-tiba saja Nayla terjatuh saat berlari. Aku langsung berpikir Nayla pura-pura melakukannya karena malas olaharaga.

"Ah, paling dia cari perhatian biar dikasihani," kata Alya, teman sebangkuku.

Kami pun membiarkan. Pak Erwin malah yang langsung menggotong Nayla ke ruang P3K. Tak lama kemudian Nayla sadar, lalu bersikap seperti biasanya.

Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Nayla. Tapi seminggu kemudian, saat pelajaran olahraga Nayla tidak diharuskan mengikuti pelajaran olahraga. Uh enaknya. Dia malah asyik duduk di bawah pohon yang teduh sambil minum sirup dingin, sementara kami lari-lari kepanasan di lapangan.

Oh iya, makin hari Nayla semakin menyebalkan. Dia pernah melempar permen karet ke rambut Alika yang keriting. Bisa dibayangkan betapa kerepotannya Alika harus melepas permen karet itu. Nayla juga sempat menyembunyikan alat tulis Edwar. Lalu dia pernah membawa tikus putih yang membuat kami ketakutan sampai naik ke meja.

Anehnya, betapapun menyebalkannya Nayla, tidak pernah dimarahi guru. Aku tidak tahu kenapa. Padahal kami sellau mengadu ulahnya itu ke guru kami.

Selain itu, aku heran Nayla sering sekali tidak masuk sekolah. Kadang dua hari, kadang tiga hari. Sekolah sepertinya mengistimewakan Nayla.

Aku baru tahu alasannya setelah berbulan-bulan kemudian.

"Nayla itu ternyata keponakannya kepala sekolah," bisil Imel.

"Tapi bukan berarti dia bisa seenaknya kepada kita," sahut Alika.

"Iya. Menyebalkan!" kataku.

Tapi kami tidak tahu harus bersikap seperti apa lagi. Paling-paling kami hanya mengadu ke orangtua kami. Ada juga ibu dari kami yang datang ke sekolah dan menghadap kepala sekolah, tapi kemudian ibu kami tak ada yang marah-marah atau mengambil sikap agar Nayla tidak menyebalkan. Semua tetap sama. Akhirnya, kami memutuskan untuk menjauhi Nayla.

"Biar saja, biar dia kapok," kata Alika.

"Iya. Kalau dijauhi, mungkin dia akan sadar kalau kelakuannya menyebalkan," kata Imel.

"Tapi sepertinya dia tak sadar juga meski sudah lama kita jauhi," kataku.

Imel dan Alika manggut-manggut.

Tiga hari kemudian Nayla tak masuk sekolah lagi. Kali ini bukan cuma dua hari. Tapi hampir seminggu. Setelah tanya ke sana-sini akhirnya aku emndapatkan jawabannya. Sebuah jawabannya yang tidak kuduga.

Aku mendengarnya langsung dari Imel.

"Ternyata Nayla punya penyakit kanker darah. Itu sebabnya tubuhnya lemah. Dia saat ini tengah sekarat," jelas Imel.

Hah! Aku kaget. Kalau begitu kenapa dia bertingkah menyebalkan? Ya, kenapa? Apa ada hubungannya?

Keinginantahuanku itu terjawab beberapa hari kemudian. Pak kepala Sekolah masuk ke kelas dengan wajah menunduk dan sedih.

"Anak-anakku, kawan kalian ... Nayla ... telah meninggal dunia. Sebelumnya, Nayla telah menyampaikan maafnya kepada bapak untuk kalian. Katanya, selama ini dia sengaja bertingkah menyebalkan karena dia tidak ingin menjadi sahabat kalian. Dia tidak ingin jika kalian bersahabat, lalu menjadi sedih saat Nayla meninggal. Nayla tahu penyakit sangat parah. Makanya Nayla juga tidak ingin bersedih dengan memiliki sahabat seperti kalian lalu berat meninggalkan kalian ..."

Aku terpana mendengarnya. Sungguh aku tidak tahu rahasia dibalik tingkah menyebalkan Nayla selama ini.

Nayla ... maafkan aku ya.

^_^

HORE, 25 JULI 2010




Mengenal Candi, Yuk!

Siapa di antara kalian sudah pernah melihat candi? Ya, di Indonesia banyak sekali ditemukan candi. Nah, tahukah kamu jika kebanyakan candi didirikan di dekat sungai?

Candi adalah sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindu-Buddha. Digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Namun demikian, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja. Banyak situs-situs purbakala lain dari masa Hindu-Buddha atau Klasik Indonesia, baik sebagai istana, pemandian/petirtaan, gapura, dan sebagainya, disebut dengan istilah candi.

Candi juga berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Durga). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati.

Candi juga berfungsi sebagai Candi Stupa karena didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur. Candi juga didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya candi Bajang Ratu. Ada juga candi yang didirikan didekat / di tengah kolam, contoh candi Belahan.

Candi Pertapaan merupakan fungsi lain candi yang biasanya didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya candi Jalatunda. Sementara fungsi Candi Vihara, didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya candi Sari.


Struktur


Umumnya struktur candi terdir dari tiga bagian. Pertama, kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20). Kedua, tubuh candi yang biasanya terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung. Ketiga, atap candi yang berbentuk limas, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka.

Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua sistem dalam pengelempokan candi, yaitu sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi lorojongrang dan prambanan. Lalu, sistem membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia )yaitu induk candi berada di belakang anak – anak candi, contohnya candi penataran.

Suatu candi di masa lampau biasanya berfungsi dan digunakan masyarakat dari latar belakang agamanya, yaitu Hindu-Saiwa, Budha Mahayana, dan Siwa Buddha.


Bangunan candi terbagi menjadi:

1. Candi Kerajaan, yaitu yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan. Contoh: C.Borobudur, C.Prambanan, C.Sewu, C.Plaosan (Jawa Tengah), C.Panataran di Jawa Timur.

2. Candi Wanua/watak,yaitu candi yang digunakan oleh seluruh masyarakat pada daerah tertentu pada suatu kerajaan. Contoh:candi yang berasal dari masa Majapahit,C.Sanggrahandi (Tulung Agung, Jawa Tengah), C.Gebang (Yogya),C.Pringapus (tulung Agung, Jawa Tengah).

3. Candi pribadi, yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang tokoh. Contoh: C.Kidal (pendharmaan Anusapati,raja Singhasari), C.Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana,raja Singhasari), C.Ngrimbi (pendharmaan Tribuanatunggadewi, ibu Hayam Wuruk),C. Tegawangi (pendharmaan Bhre Matahun), dan C. Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).

Pembangunan candi dibuat berdasarkan beberapa ketentuan yang terdapat dalam suatu kitab Vastusastra atau Silpasastra yang dikerjakan oleh silpin yaitu seniman yang membuat candi (arsitek zaman dahulu). Salah satu bagian dari kitab Vastusastra adalah Manasara yang berasal dari India Selatan, yang tidak hanya berisi patokan-patokan membuat kuil beserta seluruh komponennya saja, melainkan juga arsitektur profan, bentuk kota, desa, benteng, penempatan kuil-kuil di kompleks kota/desa, dll.

Beberapa ketentuan dari kitab selain Manasara namun sangat penting di Indonesia adalah syarat bahwa bangunan suci sebaiknya didirikan di dekat air, baik air sungai (terutama di dekat pertemuan dua buah sungai, danau, laut, bahkan kalau tidak ada harus dibuat kolam buatan atau meletakkan sebuah jambangan berisi air di dekat pintu masuk bangunan suci tersebut. Selain di dekat air, tempat terbaik mendirikan sebuah candi yaitu di puncak bukit, di lereng gunung, di hutan, di lembah,dsb. Seperti kita ketahui, candi-candi pada umumnya didirikan di dekat sungai, bahkan candi Borobudur terletak di dekat pertemuan sungai Opak dan sungai Progo.

Bahan-bahan untuk membuat candi adalah batu andesit, batu putih, dan bata merah.


Candi Muara Takus

Banyak yang mengira, kita hanya bisa menemukan candi di Pulau Jawa. Ternyata di pulau lain pun bisa kita temukan. Di sumateraselatan ditemukan Candi Lesungbatu. Namun yang paling terkenal di pulau Sumatera adalah Candi Muara Takus.


!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4

Candi Muara Takus adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Riau, Indonesia. Kompleks candi ini tepatnya terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar Kanan.

Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter di luar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat pula bangunan Candi Tua, Candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta Palangka. Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Menurut sumber tempatan, batu bata untuk bangunan ini dibuat di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi itu secara bergotong royong dan dilakukan oleh orang ramai.

Selain dari Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka, di dalam kompleks candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Di luar kompleks ini terdapat pula bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan jenis bangunannya.

Kompleks Candi Muara Takus, satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat Buddhistis ini merupakan bukti pernahnya agama Buddha berkembang di kawasan ini. Kendatipun demikian, para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad kesebelas, ada yang mengatakan abad keempat, abad ketujuh, abad kesembilan dan sebagainya. Yang jelas kompleks candi ini merupakan peninggalan sejarah masa silam.


Candi-candi di Indonesia bisa kita kunjungi untuk mengenal sejarah kebudayaan bangsa. Nah, apakah kamu berniat keliling Indonesia untuk melihat sejumlah candinya? (benny)

Friday, July 16, 2010

HORE, 18 Juli 2010



Jangan Tegang Jadi Murid Baru




Teman-teman, apakah di antara kalian yang menjadi murid baru di awal tahun pelajaran ini? Mungkin kalian menjadi siswa baru di kelas satu SMP, atau murid pindahan di kelas lima atau enam SD di sekolah yang baru.

Banyak lho, di antara kita yang tegang saat menjadi murid baru. Pertama, takut dikerjai oleh teman-teman baru atau kakak kelas. Kedua, takut susah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, seperti teman baru dan guru baru. Hm, karena kalian membaca tulisan ini, mudah-mudahan tidak perlu takut lagi ya. Atau kalian bisa memberi tahu teman kalian yang jadi murid baru.


Kenali Sebelumnya

Kalian akan masuk ke sekolah baru. Sebaiknya, kalian sudah mengunjungi sekolah baru kalian sebelum masuk sekolah. Kalian harus tahu letak sekolah dan kelasnya, agar di hari pertama sekolah tidak terlambat atau malah nyasar. Kalau kebetulan ada saudara atau teman yang mengenal sekolah tersebut, kalian harus mencari banyak informasi. Misalnya, soal tata-tertib di sekolah, atau kebiasaan-kebiasaan guru di sekolah baru itu.


Sebisa mungkin kalian sudah punya teman di sekolah barumu sebelum mulai masuk. Jadi, kalau kalian jadi murid baru, ada orang yang bisa kamu percaya untuk ditanyai. Bahkan, kita dapat minta tolong padanya saat menghadapi kesulitan. Dengan begitu, kamu akan merasa nyaman menjadi murid baru. Namun kalau kalian tidak punya teman sebelumnya, ya kalian juga jangan takut. Cobalah untuk mendekati ketua kelas saat masuk atau guru wali kelas kalian.


Menjaga Sopan Santun

Sebagai murid baru, kita harus selalu bersikap sopan santun di lingkungan baru. Jangan bertingkah sombong, sok tahu ataupun hal-hal buruk lainnya. Nanti kamu akan sulit diterima lingkungan barumu. Malah mungkin mereka akan memusuhimu. Wah, tidak enak, kan?


Sikap sopan santun harus kamu tunjukkan kepada teman-teman barumu, kakak kelas dan juga guru-guru. Ada baiknya, jika kamu murid baru pindahan dari luar kota, mempelajari sopan santun di kota barumu. Soalnya, ada beberapa hal sopan santun yang kadang berbeda antara daerah satu dengan yang lain.

Biasakanlah mengucapkan terima kasih bila ada teman-teman barumu yang membantumu. Jangan lupa meminta maaf bila ada perbuatanmu yang sepertinya kurang berkenan di lingkungan barumu. Tapi, tentu saja tidak usah berlebihan.


Tunjukkan Bakatmu

Meskipun kamu harus rendah hati di sekolah barumu, bukan berarti kamu harus menyembunyikan bakat dan prestasi yang kamu miliki. Tunjukkan kemampuanmu tanpa menyombongkan diri. Dengan begitu, teman-temn barumu akan mengetahui keunggulanmu. Bahkan, kepada guru-guru kamu dapat menyampaikannya. Kalau kamu memang jago menyanyi, menari atau olahraga, siapa tahu sekolah barumu membutuhkanmu.

Kamu juga harus segera mencari saluran bakat dan prestasimu di sekolah baru. Jangan sampai kegiatan menyanyimu yang dulu terhenti di sekolah baru. Coba bergabung dengan kegiatan ekstra kurikuler di sekolah barumu. Dengan menonjolkan bakatmu, orang akan semakin banyak yang mengdnalmu. Dan kamu akan semakin betah berada di lingkungan barumu itu.


Hindari Musuh

Di sekolah barumu, jangan pernah mencari musuh. Tapi jika ada orang yang tiba-tiba memusuhimu, cobalah untuk mencari tahu permasalahannya. Minta bantuan saran dari orangtua dan kakakmu. Jika diperlukan kamu juga bisa minta saran dari wali kelasmu. Kegiatan bersekolah kita jadi tidak nyaman kalau ada yang mememusuhi kita.

Berdamailah dengan musuhmu. Tapi jika mereka menolak berdamai atau bersahabat, sebaiknya kita menghindari mereka. Carilah teman-teman lain yang lebih bersahabat. Jika musuhmu melakukan hal yang mengancam keselamatanmu, segera laporkan ke guru atau orangtuamu.


Nah, kalau kalian ikuti langkah-langkah di atas, kalian nggak perlu takut jadi murid baru. Santai saja!

(Benny Rhamdani)

CERNAK, 18 Juli 2010



Baju Naruto


Oleh Benny Rhamdani


Kalian tahu Naruto? Pasti tahu dong. Nah, adikku sedang tergila-gila dengan tokoh jagoan satu itu. Gara-garanya, dia sering menonton film animasinya di televisi. Akhirnya, adikku yang bernama Dhika jadi suka Naruto.


“Apa sih hebatnya Naruto?” ledekku.


“Naruto itu hebat, ninta jagoan, berani, kuat, suka menolong. Nggak seperti Kak Dea yang penakut,” jawab Dhika.


“Tapi Naruto juga sering kalah,” lanjutku.


“Semua juga punya kelemahan. Namanya juga manusia,” Dhika tak mau kalah.


“Naruto bukan manusia. Dia tokoh khayalan!”


“Manusia!”


“Bukan!”


“Eh, apa-apaan sih? Kakan beradik kalau main bersama harus akur,” tegur Ayah.

Ibu memanggilku agar menjauh dari Dhika dan menemani Ibu memasak di dapur.


“Jangan ledek adikmu yang suka Naruto. Ambil hikmahnya saja. Sekarang adikmu, jadi pemberani, mau bekerja membantu ibu di rumah, juga tidak cengeng,” kata Ibu.


Aku mengangguk. Memang, ada benarnya kata Ibu. Adikku sekarang tidak pernah cengeng lagi. Soalnya, kalau adikku nangis, pasti Ibu akan berkata,”Masa sih Naruto cengeng? Malu ah!”


Kalau Ibu meminta Naruto mengangkat jemuran. Ibu akan berkata,”Naruto itu kuat dan suka membantu.” Pasti Dhika dengan hati riang segera membantu Ibu.


Tapi bagiku, kesukaan Dhika kepada Naruto tetap saja, kadang menjengkelkan. Apalagi belakangan ini, Dhika seperti makin menggila-gila menyukai Naruto. Dia minta dibelikan buku-buku Naruto, gambar-gambar Naruto, boneka Naruto, dan yang terakhir baju jaket seperti Naruto. Untuk permintaan terakhir ini, Ayah belum mengabulkan.


“Dhika harus membuktikan dulu bisa naik kelas dua, baru nanti Ayah belikan,” begitu janji Ayah.


Ternyata ucapan Ayah itu membuat Dhika semangat belajar. Sementara kulihat Ayah makin bingung ketika mendekati hari kenaikan kelas. Menurut Ibu, Ayah bingung menepati janjinya. Bukan karena bingung. Dhika kan berbadan gemuk, sangat susah mendapat baju Naruto yang ukurannya pas dengan Dhika.


Ketika hari kenaikan kelas tiba, Dhika langsung menagih Ayah. Dhika memang berhasil naik kelas dua. Malah duduk di rangking dua. Sementara aku naik ke kelas enam.


“Ayah mana bajunya?” tagih Dhika.


Ayah langsung mengajak kami jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Aku dibelikan sepatu baru model yang keren. Sementara Dhika tetap ingin baju Naruto.


Wah, ternyata tidak mudah mendapatkannya. Kami sudah keluar masuk berapa toko penjual kostum superhero. Memang kami menemukan baju itu, tapi ukurannya sempit ketika dicoba.


“Kamu sih gendut. Jadinya, nggak muat tuh. Harusnya kamu cari kostum Hulk aja,” saranku.


“Aku kan nggak suka warna ijo,” kata Dhika.


Dhika sudah hampir menangis. Ibu mencoba membujuk Dhika agar memberi baju super hero lainnya, seperti Spiderman. Tapi Dhika menolak.


“Pokoknya harus Naruto,” tolaknya setengah menjerit.


Ternyata menjelang sore. kami menemukan sebuah kios yang menjual baju Naruto yang ukurannya pas untuk Dhika! Hore, senang rasanya. Mungkin Ayah yang agak cemberut karena harganya mahal dan penjualnya tidak mau menurunkan harga seperak pun.


Tiba di rumah Dhika langsung memakainya lengkap dengan ikat kepala. Dia main loncat-loncatan seolah Naruto. Yang konyol, dia mencoba melompat dari pohon.


“Hei, jangan!” teriakku yang melihatnya.


“Tenang. Naruto hebat kjok!” katanya.


Ciiiaaat!


Akhirnya dia terjatuh. Untuk tidak tinggi. Tapi kulihat Dhika kesakitan.


“Sakit ya? Kalau nggak kuat nangis aja,” saranku.


“Nggak ah. Aku Naruto, bukan Superceng alias Super Cengeng,” tolak adikku membuat aku ingin tertawa.


Malamnya, bahkan adikku tidak ingin melepas baju Naruto itu. Tapi Ibu merayu, karena bajunya harus dicuci, biar esok kalau kering bisa dipakai lagi. Dhika pun mau melepasnya.

Baju pun dicuci Ibu. Tapi kemudian masalah timbul. Ternyata bahan baju itu jelek. Baju Naruto luntur. Warna oranye baju itu terkena lunturan warna hitam bagian kerahnya. jadi tercampur.

"Waduh, baju Naruto jadi kayak batik begitu!” seruku ketika melihat baju Naruto yang kelunturan.


Tapi marahkah Dhika?


“Biar saja. Bajunya luntur juga tidak apa-apa. Yang penting kebaikan dan kekuatan Naruto tidak luntur,” katanya seperti orang dewasa.


Aku, Ayah dan Ibu tertawa melihat lagaknya. Apalagi kemudian Dhika langsung memakai baju itu dan pura-pura mengeluarkan jurus seribu bayangan. Hm, kalau sudah begini, aku harus bersyukur adikku suka Naruto. Terima kasih, Naruto. Adikku sekarang tidak cengeng lagi.

^-^