Friday, May 29, 2015

Cernak, 31 Mei 2015





Suara Itu ...
oleh Benny rhamdani


Sebenarnya aku malas bangun pagi. Ini hari Minggu. Tapi aku harus bangun karena tidak mau ditinggal keluargaku sendirian di rumah. Keluargaku akan ke pantai hari ini.

"Windy, kamu yang terakhir bangun. Ayo cepat mandi!" seru Kak Dion.

Aku langsung mandi secepatnya. Setelah memakai pakaian yang disiapkan Mama aku langsung ke meja makan. Semua sudah hampir beres sarapan. Mama, papa, Kak Dion dan Kak Regina.

"Tidak usah terburu-buru. Kami akan menunggumu," kata Kak Regina lembut.

Aku pun menghabiskan nasi gorengku tak tergesa-gesa. Sayang jika nasi goreng buatan Mama tidak kunimati kelezatannya.

Lima belas menit kemudian kami baru meninggalkan rumah. Tujuan kami ke pantai di selatan. Papa paling suka mengajak kami ke pantai. Tapi biasanya ke pantai di utara karena jaraknya lebih dekat. Ke selatan kami harus mengendarai mobil dua jam.

Hari hampir siang ketika kami sampai di halaman sebuah villa.yang Papa sewa. Aku mencari kamar untuk menyimpan tasku.




Tok-tok.




Aku mendengar suara ketukan di kayu. Aku mencari suara itu.



Tok-tok.

Sepertinya di gudang bawah tanah.

"Siapa itu?" tanyaku.

Aku membuka pintu mneuju gudang bawah tanah. bau lembab langsung masuk hidungku. Siapa ya?

"WUAAA!"

Aku terkejut karena melihat seseorang berdiri di depanku.

"Hahahaha! Ini aku!"

"Uh, Kak Dion nakal banget sih. Adik sendiri ditakut-takutin," kataku kemudian begitu tahu di depanku adalah kakakku sendiri.

"Aku cari bola untuk main di pantai. tadi aku lupa bawa. Ayo kita main bola!"

Walaupun perempuan, aku suka main sepak bola di pantai. Jadi aku mengikuti Kak Dion. Kami main bertiga di pantai. Kak Dion sendiri melawan aku dan Kak Regina. Papa dan Mama menyiapkan makanan.

"Regina, tolong belikan saos untuk makan ya. Mama lupa bawa tadi," kata Mama memanggil.

"Aku ikut," kataku.

"Tapi tokonya di mana?" tanya kak regina.

"Tadi kan kita lewati. Naik sepeda aja. Tadi kulihat di gudang ada sepeda," kataku.

Kamu mengambil sepeda di gudang.

Tok-tok.

Aku mendengar suara itu lagi. Kak Regina juga.

"Suara apa itu?" tanya Kak Regina.

"Ah, paling Kak Dion iseng lagi. tadi juga begitu," kataku.

Kak Regina tak bertanya lagi. Kami bersepeda boncengan ke toko terdekat. Sementara Kak Regina masuk ke dalam, aku di luar menunggu sepeda.

"Hai, kamu tinggal di villa mutiara?" tiba-tiba seseorang menyapaku. Pakainnya dekil.

"Iya. Bagaimana kamu tahu?" tanyaku.

"Aku hapal sepeda itu. Dulunya itu milih Diera. Tapi Diera sudah meninggal tenggelam di pantai," kata anak perempuan itu.

Aku menelan ludah.

"Villa yang kamu tempati itu angker lho," tambahnya lagi.

"Maksudmu?"

Anak perempuan itu bukannya menjawab malah berlari. Bersamaan dengan itu Kak Regina muncul.

"Kenapa mukamu pucat, Windy? Kamu sakit?" tanya Kak Regina.

Aku menggeleng. Lalu naik boncengan sepeda lagi.

Sampai di villa, aku masih tidak mau cerita ke pada siapapun. Aku takut acara liburan ke pantai ini malah jadi tidak menyenangkan. Pasti Kak Regina dan Mama ketakutan. lalu kami akan pulang. Tapi aku jadi tidak berani sendirian. Aku selalu mengikuti Kak Regina.

Akhirnya, Mama dan papa jadi curiga. Saat malam menjelang, Mama dan Papa bertanya.

"Windy, ada apa sebenarnya? Mama tahu kamu menyimpan satu rahasia," tanya Mama.

Aku bingung. Apalagi Kak Dion dan kak regina ikut menatapku. AKhirnya aku menceritakan semua. Seperti yang kuduga, Mama dan kak Regina langsung ketakutan. yang tak kuduga Kak Dion juga ketakutan. Cuma papa yang tenang.

"Ah, itu pasti cerita bohong. Villa ini punya teman Papa. Dia tidak punya anak perempuan. Anak perempuan yang cerita itu pasti sengaja menakut-nakuti kamu," kata Papa.

Aku tenang. Kak Regina dan mama juga tenang. Kak Dion ikut vtenang. Kami lalu berusaha melupakan ketakutan tadi dengan bernyanyi-nyanyi.

Larut malam kami tidur di kamar masing-masing. Aku dan Kak Regina. Kak Dion sendiri. Papa dan Mama.

Tapi tengah malam aku terbangun. Sebab aku mendengar suara itu lagi dari gudang bawah tanah.

Tok-tok....


^_^

Arena KKPK, 31 Mei 2015

 Kisah Rumah Istimewa




 Judul: Rumah KKPK
 Penulis: Datma Isnaeni

112 halaman

 

Dio bingung melihat Ifah memborong banyak sekali kardus. Tapi, dia senang ketika rumah kardus mereka akhirnya jadi juga. Hingga suatu hari … “Kak, rumah kita ambruk,” lirih Dio.

Ifah tidak patah semangat. Dia kembali membeli banyak kardus dan membuatkan rumah lagi untuk Dio.
Apa yang terjadi dengan Ifah dan Dio? Bisakah mereka bertahan tinggal di rumah kardus itu? Baca, yuk, kisah Ifah dan Dio di buku ini!

Membaca buku ini akan membuat kita tersenyum dan bersukur. Cerita yang membuat kita tersentuh.

(Geus Rama S, Palembang)

Hore, 31 Mei 2015

Sejarah Minum dari Air Keran Khusus




 Hai, kalian pernah minum dari air keran untuk diminum? Di Palembang memang belum ada ya.  Air minum keran, khususnya untuk publik, di Indonesia jumlahnya belum telalu massal. Di Bandung misalnya, baru hadir tahun lalu di   di Taman Balai Kota, Jalan Wastukancana, Bandung, Jawa Barat.

Berbeda dengan di negara-negara  Eropa dan Amerika Serikat yang giat membangun fasilitas air minum untuk masyarakat ini. Bisa jadi karena sejarahnya berasal dari Eropa.


Air minum keran dalam bahasa Inggris kerap disebut fountain drinking. Mengandung kata air mancur, karena di masa kejayaan Romawi, air mancur dijadikan sumber air bagi warganya. Mereka biasa mengambil air dengan ember di air mancur untuk kebutuhan sehari-hari.

Air mancur yang bisa diminum baru benar-benar dibuat pada April 1859 di London, Inggris, untuk mencegah penyebaran kolera karena air yang kotor. Pembangunan air mancur untuk diminum itu dibangun dengan dana dari para pengusaha yang peduli dengan kesehatan warga miskin.






Hingga tahun 1879, sekitar 800 air mancur untuk diminum berdiri hanya di London saja. Bahkan, belakangan air mancur juga dipakai untuk kepentingan minum sapi, kuda dan anjing.


 Hanya beberapa bulan setelah diresmikan di London, air mancur untuk diminum juga didirikan di New York, Amerika serikat, tepatnya pada Juli 1859.

Pada abad 19 kampanye air minum public ini makin gencari dilakukan. Alasannya, selain menyediakan air minum yang bersih bagi warga kota, juga mencegah warga minum alkohol sepanjang hari.

Pada pergantian abad 20, ide untuk menyediakan cangkir logam permanen  agar warga bisa minum dengan baik pun muncul. Tapi tak lama kemudian dikritik karena khawatir malah menyebarkan penyakit. Pada tahun 1907 mulai muncul cangkir plastik untuk digunakan di air mancur untuk minum warga tersebut.

Sekitar tahun 1920, Amerika Serikat mulai memperkenalkan versi air minum keran. Jadi air keluar secara vertikal, sehingga memudahkan orang untuk meminumnya. Pengembangan air minum keras pun semakin berkembang seiring kemajuan teknologi.




Pada tahun 1980 pernah terjadi penelitian tentang kualitas air air minum kelas sekolah-sekolah di AS. Hasilnya mengejutkan. Sejumlah contoh ditemukan fakta kandungan air yang tak baik bagi kesehatan. Sejalan dengan itu air minum plastik pun mulai masuk ke pasaran. Bahkan terjadi lonjakan besar-besaran mengonsumsi air minum dalam kemasan botol plastik. Ada sejumlah alasan untuk itu: Orang-orang berpikir air minum kemasan rasanya lebih baik, dan mereka tidak suka menghirup dari keran miring atau air mancur.


Kenyataan ini membuat banyak organisasi pecinta lingkungan balik melakukan kampanye untuk minum dari keran air minum. Mereka berpendapat konsumsi air kemasan adalah pemborosan. Beberapa instalasi air minum publik pun diperbaharui agar jauh lebih menarik dan strategis. Bahkan ada sebuah aplikasi yang membantu orang menemukan lokasi keran air minum untuk publik.

Friday, May 22, 2015

Cernak, 24 Mei 2015






Siapa Pelakunya?
oleh Benny Rhamdani
 

Mimi membuka pintu kamarnya dari luar. Dia mundur selangkah karena kaget melihat isi kamarnya berubah. Mimi merasa sudah merapikannya tadi sebelum sekolah. Mengapa jadi berantakan begini?

Mimi membalikkan badannya berjalan ke dapur. Menemui Mama dan Bik Nah yang sedang memasak.

“Ma, siapa yang ngeberantakin kamar aku?” tanya Mimi.
Mama mengernyitkan keningnya, bingung. ”Mama nggak masuk-masuk ke kamar kamu. Bukan begitu, Bik?”

Bik Nah mengangguk. “Bibi juga,” sahut Bik Nah. Siapapun di rumah ini tidak berani masuk sembarangan ke kamar Mimi walaupun tidak terkunci.

Mimi sangat ingin kamarnya bersih dan rapi. Dia tahu barang apa yang berubah jika ada yang masuk kamarnya.

“Coba dilihat dulu. Apakah ada barangmu yang hilang? Nanti bisa ketahuan siapa yang masuk kamar,” saran Mama.

 Mimi kembali ke kamarnya. Banyak sekali barang yang tidak pada tempatnya. Belum lagi laci meja belajarnya yang terbuka. Juga sprei tempat tidurnya yang acak-acakan. Sambil merapikan, Mimi mengingat barang-barangnya kalau-kalau ada yang hilang. BUku-bukunya lengkap. Mainan juga lengkap. Boneka tetap jumlahnya.

Setelah rapi, Mimi kembali menemui Mama. Kali ini Mama sedang menyiapkan makan siang di meja makan.

“Sudah Mimi rapikan. Tak ada barang yang hilang,” kata Mimi.

“Tadi Mama juga telepon kakakmu di kampus. Katanya nggak pernah masuk kamarmu sebelum berangkat pun,” jelas Mama.

Mimi mendengus. Aneh sekali, pikirnya. Dia kemudian kembali ke kamarnya hendak mengganti pakaian seragamnya.  Begitu pintu dibuka …

“Mama!” Mimi berteriak.

Mama setengah berlari menemui Mimi.

“Lihat, kamarnya berantakan lagi. Padahal Mimi sudah bereskan tadi.”

Mama melihat kamar Mimi yang berantakan. Tidak seperti biasanya. Mama tahu benar Mimi sangat menjaga kamarnya. Bahkan Mimi tak pernah memainkan bonek dan mainannya karena khawatir membuat kamarnya berantakan.Buku-buku di rak juga hanya dibaca setelah pertama kali membeli. Setelah itu disimpan di rak dengan rapi. Tak mau Mimi mengambilnya lagi karena takut jadi berantakan.

“Kamu rapikan lagi. Mama akan keliling di sekitar rumah ini, kalau-kalau ada yang menyusup,”  kata Mama.

Mimi kembali merapikan kamarnya. Bersamaan dengan rapinya kamar, Mama menemui Mimi.

“Tidak ada siapapun,” kata Mama. “Nanti Mama telepon Papa.  Sebaiknya kita kumpul dulu di ruang makan.”

“Iya, aku menyusul. Mau lihat pekerjaan rumah dulu sebentar,” kata Mimi.

Mama meninggalkan Mimi dengan heran. Sementara Mimi membuka laptopnya, mengetik sebentar. Lalu diam-diam menyalakan kamera laptopnya, lalu mengetik lagi.  Mimi kemudian meninggalkan laptopnya begitu saja. Tak lupa Mimi menutup pintu kamarnya.

Mimi ke ruang makan. Dia menatap layar handphone-nya.  Dia dapat  melihat apa yang ditangkap kamera laptopnya.

Lalu, Mimi melihat sesuatu yang mengherankan. Tiba-tiba belasan boneka di kamarnya bergerak. Mereka mengacak sprei. Lalu, oala. Salah satu boneka melihat ke kamera laptop. Dia berjalan kea rah laptop. Dan mematikan laptop. Mimi tak bias melihat lagi kejadian di kamarnya.

Mimi sekarang sudah tahu siapa yang membuat kamarnya berantakan. Dia menghabiskan makan siangnya, lalu berjalan ke kamarnya. Berantakan sekali. Boneka-bonekanya uga bergeletakan di lantai dan tempat tidur.

Mimi duduk di sisi tempat tidur. Bersidekap tangan.

“Oke, aku sudah tahu siapa yang melakukan ini semua. Ayo mengakulah …,”  kata Mimi.

“Aku hitung … satu, dua, ti ….”

“Ya, kami mengaku …” tiba-tiba semua boneka berdiri dengan kepala menunduk.

“Kalian kan boneka-bonekaku. Mengapa kalian malah membuat kamar ini berantakan?” tanya Mimi.

“Kami ingin bermain. Kami bosan kamu hanya membiarkan kami. Kamu tidak pernah mengajak kami bermain,” ucap boneka rambut pirang.

“Aku tidak mau membuat kalian jadi rusak. Itu sebabnya aku menyimpan kalian,” kata Mimi.

“Tapi kami lebih suka kamu ajak bermain. Kami kan bukan boneka yang gampang rusak,” kata boneka lainnya.

“Kami juga …,” tiba-tiba buku di lantai ikut bicara. “Kami juga tidak ingin disimpan di emai terus. Kami ingin dibaca lagi olehmu. Atau oleh siapapun temanmu.”

“Teman-temanku tidak pernah hati-hati kalau membaca,” kata Mimi.

“Kamu bisa memberitahu mereka,” kata buku. “Kami ingin dibaca banyak orang. Karena itu kami jadi bermanfaaat.”

Mimi berpikir sebentar. “Bailah aku janji akan mengajak kalian main. Mungkin bersama teman-temanku. Juga akan mengajak teman-temanku membava buku,” kata Mimi.

“HOrreee!” semua berteriak senang.

Tiba-tiba terdengar langkah Ibu. Kecuali Mimi, semua kembali membisu.

“Mimi,” kata Ibu membuka pintu kamar. “Kamarmu berantakan lagi? Tadi mengapa terdengar berisik ya?”

“Aku yang snegaja memberantakannya. Sesekali aku ingin kamarku acak-acakan. Bosan juga kamarku rapi terus,” kata Mimi.

Mama tersenyum. Mama tahu Mimi selalu saja punya keinginan yang aneh-aneh.
^_^

Arena KKPK, 24 Mei 2015

Kisah Seru Persahabatan


Judul: Keluarga Persahabatan

Penulis: Najma

104 halaman

 

Ha? Feliza pindah? Benarkah? YEAY!” ujar Chaela senang. Aneh sekali. Kenapa Chaela senang Feliza pindah?

Chaela lalu menuliskan sesuatu di kertas. Aku membacanya.

“Benarkah? Aku tidak percaya dia membencimu. Dia anak yang baik dan lemah lembut. Tidak mungkin dia seperti itu,” kataku pelan agar tidak terdengar teman yang lain.

Lagi-lagi, Chaela tersenyum dan menulis sesuatu di kertas itu, lalu menyodorkannya kepadaku. Apa sebenarnya yang terjadi?

Menurutku buku ini asik sekali untuk dibaca. Soalnya bercerita tentang persahabatan.

(Salsa Putri, Palembang)


Hore, 24 Mei 2015



 Bunga Matahari Banyak Manfaatnya





 Kalian pernah melihat bunga matahari? Atau pernah makan kuaci bunga matahari?

Bunga matahari (Helianthus annuus L.) adalah tumbuhan semusim dari suku kenikir-kenikiran (Asteraceae) yang populer, baik sebagai tanaman hias maupun tanaman penghasil minyak. 

Bunga tumbuhan ini sangat khas: besar, biasanya berwarna kuning terang, dengan kepala bunga yang besar (diameter bisa mencapai 30 cm). Bunga ini sebetulnya adalah bunga majemuk, tersusun dari ratusan hingga ribuan bunga kecil pada satu bongkol. Bunga Matahari juga memiliki perilaku khas, yaitu bunganya selalu menghadap ke arah matahari atau heliotropisme. 



Orang Perancis menyebutnya tournesol atau "pengelana Matahari". Namun, sifat ini disingkirkan pada berbagai kultivar baru untuk produksi minyak karena memakan banyak energi dan mengurangi hasil.
Bunga matahari merupakan bunga nasional Ukraina dan bunga resmi negara bagian Kansas, Amerika Serikat.

Tumbuhan semusim yang berasal dari Amerika Tropik bagian utara (Meksiko), tinggi 3m sampai 5m tergantung varietasnya. Daun tunggal lebar. Batang biasanya ditumbuhi rambut kasar, tegak, jarang bercabang.

Buahnya bertipe buah kurung (achene). Buah kering berdinding agak keras dan tak terlalu tebal ini sering disangka 'biji' bunga Matahari, karena memang tidak dapat dengan mudah dibedakan. Biji yang sesungguhnya terletak di dalam, terlindung oleh buah yang serupa tempurung.

Manfaat

Ada empat kelompok budidaya bagi bunga matahari yang dibedakan berdasarkan kegunaannya.  Apa saja?
     
Kelompok penghasil minyak, dimanfaatkan minyak bijinya. Biji kelompok ini memiliki cangkang biji yang tipis. Kandungan minyaknya berkisar 48% hingga 52%. Untuk menghasilkan satu liter minyak diperlukan biji dari kira-kira 60 tandan bunga majemuk. minyak bunga Matahari cocok dipakai untuk menggoreng, mengentalkan, serta campuran salad. Minyak bunga matahari kaya akan asam linoleat (C18:2), suatu asam lemak tak jenuh yang baik bagi kesehatan manusia

    Kelompok pakan ternak, dipanen daunnya sebagai pakan atau pupuk hijau.

    Kelompok tanaman hias, yang memiliki warna kelopak yang bervariasi dan memiliki banyak cabang berbunga,



    Kelompok kuaci, untuk dipanen bijinya sebagai bahan pangan.

Tumbuhan ini telah dibudidayakan oleh orang-orang Indian Amerika Utara sejak ribuan tahun lalu. Selanjutnya tersebar ke Amerika Selatan dan menjadi salah satu sumber pangan bagi warga Inka.

Sejarah

Setelah penaklukan oleh orang Eropa, bunga Matahari diperkenalkan ke Eropa dan berbagai penjuru dunia lainnya pada abad ke-16. Semenjak abad ke-17 bijinya digunakan dalam campuran roti atau diolah sebagai pengganti kopi serta cokelat. Penggunaannya sebagai sumber minyak mulai dirintis pada abad ke-19.



Bunga matahari menyukai tanah yang subur dan hangat. Tumbuhan ini menyukai suasana yang cerah. Mengingat asalnya, tumbuhan ini cocok tumbuh pada tempat dengan iklim subtropik. Di daerah tropika hasilnya tinggi jika ditanam pada dataran tinggi. Di daerah beriklim sedang seperti Eropa tumbuhan ini hanya bisa ditanam pada musim semi hingga musim gugur .

Friday, May 15, 2015

Arena KKPK, 17 Mei 2015

 Indahnya Persahabatan






Judul: Hari-hari yang Indah
Penulis Intan
112 halaman


Sisy anak yang beruntung. Dia memiliki sahabat-sahabat yang baik hati. Ketika liburan saat anak kelas 6 ujian, Sisy berlibur bersama sahabat-sahabatnya itu. Liburan itu bertambah seru ketika empat orang sepupu Sisy datang!

Tahukah kamu, mereka mengisi liburan dengan berkemah di halaman belakang rumah Sisy! Kamu penasaran, kan, apa sih yang membuat liburan mereka itu seru?

Namun, kebersamaan mereka ternyata tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, Sisy harus pindah sekolah ke Korea! Apa yang terjadi?

Cerita buku ini seru karena bercerita tentang persahabatan dan permasalahannya. Tidak hanya tentang kebahagiaan, buku ini juga bercerita tentang kesedihan di dalam persahabatan. Penasarn, kan?

(Geus Rama S, Palembang) 

HOre, 17 Mei 2015





Topeng adalah benda yang dipakai di atas wajah. Biasanya topeng dipakai untuk mengiringi musik kesenian daerah. Topeng di kesenian daerah umumnya untuk menghormati sesembahan atau memperjelas watak dalam mengiringi kesenian. Bentuk topeng bermacam-macam ada yang menggambarkan watak marah, ada yang menggambarkan lembut, dan adapula yang menggambarkan kebijaksanaan.

Topeng telah menjadi salah satu bentuk ekspresi paling tua yang pernah diciptakan peradaban manusia. Pada sebagian besar masyarakat dunia, topeng memegang peranan penting dalam berbagai sisi kehidupan yang menyimpan nilai-nilai magis dan suci. Ini karena peranan topeng yang besar sebagai simbol-simbol khusus dalam berbagai uparaca dan kegiatan adat yang luhur.

Kehidupan masyarakat modern saat ini menempatkan topeng sebagai salah satu bentuk karya seni tinggi. Tidak hanya karena keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada raut wajah topeng tetap mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan.

Topeng telah ada di Indonesia sejak zaman prasejarah. Secara luas digunakan dalam tari topeng yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari. Beberapa topeng di Indonesia pun digunakan sebagai hiasan di dalam rumah atau di luar rumah.

Beberapa kesenian topeng Indonesia antara lain: Tari Hudog suku Dayak, Tari Topeng Bali, dan Tari topeng Cirebon.

Topeng Cirebon



Topeng Cirebon adalah topeng yang terbuat dari kayu yang cukup lunak dan mudah dibentuk namun tetap dibutuhkan ketekunan, ketelitian yang tepat, serta membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam proses pembuatannya. Bahkan seorang pengrajin yang sudah ahli pun untuk membuat satu topeng membutuhkan waktu hingga satu hari. Kayu yang biasa digunakan adalah kayu jarang. Topeng ini biasanya digunakan untuk kesenian tari topeng Cirebon.

Semua jenis topeng ini akan dikenakan pada saat pementasan tari topeng Cirebonan yang diiringi dengan gamelan. Tepeng Cirebon yang paling pokok ada lima yang disebut juga Topeng Panca Wanda :

    Panji, wajahnya yang putih bersih melambangkan kesucian bayi yang baru lahir
    Samba (Pamindo), topeng anak-anak yang berwajah ceria, lucu, dan lincah
    Rumyang, wajahnya menggambarkan seorang remaja
    Patih (Tumenggung), topeng ini menggambarkan orang dewasa yang berwajah tegas, berkepribadian, serta bertanggung jawab
    Kelana (Rahwana), topeng yang menggambarkan seseorang yang sedang marah

Topeng Ireng

Topeng Ireng adalah satu bentuk tradisi seni pertujukan yang berasimilasi dengan budaya lokal Jawa Tengah. Topeng Ireng yang juga dikenal sebagai kesenian Dayakan ini adalah bentuk tarian rakyat kreasi baru yang merupakan hasil metamorfosis dari kesenian Kubro Siswo.

Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, kesenian Topeng Ireng mulai berkembang di tengah masyarakat lereng Merapi Merbabu sejak zaman penjajahan Belanda[3] dan dilanjutkan perkembangannya tahun 1960-an.Pada saat zaman Pemerintahan Belanda, pemerintah jajahan pada masa lalu melarang masyarakat berlatih silat sehingga warga mengembangkan berbagai gerakan silat itu menjadi tarian rakyat. 

Tarian itu diiringi dengan musik gamelan dan tembang Jawa yang intinya menyangkut berbagai nasihat tentang kebaikan hidup dan penyebaran agama Islam. Setelah itu perkembangan Seni Pertunjukan Topeng Ireng berkembang apabila umat Islam membangun masjid atau mushola, sebelum mustaka (kubah) dipasang maka mustaka tersebut akan diarak keliling desa. Kirab tersebut akan diikuti seluruh masyarakat disekitar masjid dengan tarian yang diiringi rebana dan syair puji-pujian. Dalam perjalanannya kesenian tersebut berkembang menjadi kesenian Topeng Ireng.

Cernak, 16 Mei 2015




Misteri Topeng Merah

Hari libur Tania  pergi ke rumah sepupunya, Rea.  Ia ingin tahu rumah sepupunya yang baru pindah.   Letaknya tak begitu juga jauh dari komplek perumahan Tania. Di sebuah komplek perumahan tua yang sudah berdiri sejak jaman penjajahan Belanda.

Begitu tiba di depan rumah Rea, Tania merasa takjub. Rupanya Rea sekarang tinggal di sebuah rumah tua yang besar. Tidak benar-benar tua, karena sebagain besar sudah direnovasi, begitu pula tamannya.

“Kamu akan menginap di sni, kan?” Rea bertanya begitu mengajak Tania masuk.

“Iya.  Wuah, besar sekali ya rumahnya,” ujar Tania. Meskipun dekat, Tania belum pernah masuk ke komplek perumahan ini. Soalnya, di depan komplek ada pos satpam dengan pintu portal gerbang yang tertutup. Jika masuk komplek harus janjian dulu sama  penghuninya.

“Saking luasnya, aku juga belum masuk ke semua ruangan rumah ini,” kata Rea. “Kamu mau minum apa?”
“Belum haus. Nanti aku ambil sendiri kalau mau.”

Sebagian besar bangunan berbahan dasar marmer jadi terasa sejuk. Ada beberapa ruangan di lantai bawah, juga beberapa kamar di lantai atas. Om Ipung dan Tante Mien, orangtua Rea, adalah penyuka bareng seni. Beberapa kamar dijadikan galeri menyimpang koleksi barang seni mereka, seperti lukisan dan guci antik.

“Om dan Tante lagi di mana?” Tania baru sadar melihat keadaan rumah yang sepi. Tadi dia hanya melihat tukang kebun dan Bi Ipah yang sejak Rea kecil telah menjadi pembantu.

“Katanya ada acara lelang lukisan di garasi pelukis siapa gitu. Aku nggak kenal,” jawab Rea yang memang senantiasa merasa kesepian di rumah.

Sebenarnya Rea punya tiga orang kakak. Tapi kakak pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal di luar kota. Kakaknya yang ketiga sedang kuliah di Jerman. Usia Rea dan kakak-kakaknya cukup jauh. Malah, anak kakaknya yang pertama hampir seusia dengannya.

“Rumah ini ada ruang bawah tanahnya nggak?’ tanya Tania tiba-tiba. Dia ingat di film sering terdapat ruang bawah tanah di rumah-rumah seperti ini.

“Ada, tapi aku juga belum ke sana. Yuk, kita lihat. Pintunya ada di dekat dapur,” ajak Rea.

Mereka berjalan ke bagian belakang rumah lalu menemukan sebuah pintu kayu. Saat dibuka pintu itu langsung terlihat tangga kayu ke ruang bawah tanah. Ada tombol lampu di dekat pintu. Klik. Ruangan bawah tanah pun terang.

Setelah menapaki anak tangga, mereka sampai di lantai ruang bawah tanah. Ruangannya luas tapi agak tak terawat. Ada beberapa tumpukan keranjang bersisi barang-barang yang tak terlihat karena diselimuti kain putih.

“Ke atas lagi yuk. Aku takut,” kata Rea.

“Aku penasaran dengan isi keranjangnya.” Tania menyingkap salah satu kain. Dia terkejut karena seperti ada wajah yang menatap ke arahnya. Ternyata isinya topeng. Ya, begitu banyak topeng di keranjang itu.

Tania mengambil salah satu topeng, lalu menyerahkan handphonenya kepada Rea, “Tolong foto aku dong,” pinta Tania.

Rea segera memotret Tania yang sedang memakai topeng. Klik. Klik. Dua kali.

Setelah itu Tania melihat keranjang lainnya. Ada yang isinya pakaian penari, dan lain sebagainya. Namun karena Rea ingin segera meninggalkan ruang bawah tanah, Tania tidak bias mengetahui isi keranjang lainnya.

Mereka menuju ke kamar Rea. Di sana Tania memasang foto topengnya di instagram dan dishare ke sosial media lainnya, Facebook dan twitter. Dia menuliskan kata Roayo seperti yang dia baca dibalik topeng tadi.

Siang hari Tante dan Om Ipung kembali ke rumah. Sorenya Tania dan Rea diajak Tante dan Om Ipung jalan-jalan  ke mal, rumah makan dan nonton film di bisokop. Mereka kembali ke rumah ketika hari sudah malam. Karena sudah letih, mereka langsung istirahat.

Waktu sudah lebih tengah malam ketika Rea terbangun mendengar suara gemerincing. Rea kaget karena melihat tidak ada Tania  di sebelahnya. Rea keluar kamar mendekati suara gemerincing. Dia terkejut ketika melihat di ruang tengah ada sesosok penari mengenakan topeng dan kostum menari lengkap. Dari postur tubuhnya Rea tahu itu adalah Tania. Tapi sejak kapan Tania bias menari?

Rea sudah hendak mendekati Tania yang terus menari, namun langkahnya tertahan karena seseorang memegang bahunya. Ternyata keduaorangtuanya.

“Biarkan dia menari hingga selesai,” kata Tante Mien berbisik.

Rea ingin bertanya lagi. Tapi Om Ipung mengisrayatakn agar mereka tidak berisik. Tetap memerhatikan Tania menari saja.

Setelah agak lama, Tania berhenti menari dan tertidur lemas seperti pingsan. Tante Mien dan Om Ipung segera menidurkan Tania di sofa, lalu melepas topeng dan kostum tarinya.

“Bagaimana keadaan Tania, Ma?”

“Dia masih tetidur. Nanti juga akan bangun,” jawab Tante Mien.

“Mengapa bisa begini?”

“Mami lupa memberitahumu. Penghuni rumah yang lama mengoleksi benda-benda keramat. Termasuk kostum penari topeng ini. Siapapun yang menulis kata di balik topeng merah, akan kemasukan arwah penari topeng leluhur,” kata Mama.

“Ah, kok bisa …”

“Mami juga tidak tahu. Rencananya Mami akan mengembalikan keranjang-keranjang di bawah tanah ke pewarisnya. Mami khawatir sesutau yang buruk terjadi padamu,” kata Tante Wien.

Tiba-tiba Tania menggeliat. Wajahnya bingung. “Mengapa aku di sini? Mengapa semua berkumpul di sini?”

^_^