Friday, March 30, 2007

Cernak, BP 1 April 2007


Byuuur!

Oleh Benny Rhamdani


“Dito, besok kita berenang yuk!” ajak Erwin di saat istirahat.
“Nggak ah,” jawab Dito.
“Kenapa sih kamu nggak pernah mau kalau diajak berenang?”
“Ya, nggak mau aja.”
“Nggak bisa berenang ya?”
“Siapa bilang?” elak Dito.
“Buktinya nggak mau dioajak berenang. Kalau nggak bisa beranang ngaku saja. Nanti aku ajarin kamu berenang deh,” desak Erwin.
“Nggak ah. Lain kali saja. Atau ajak yang lain saja,” kilah Dito.
“Teman sebangkumu kan aku. Harusnya, lebih utama kuajak ya kamu, bukan yang lain.”
“Sudahlah. Jangan memaksa.”
“Atau jangan-jangan kamu takut air?” tanya Erwin lagi.
Dito menggeleng. “Kalau takut air, berarti setiap hari aku tidak mandi dong?!”
Erwin tertawa. Dia sudah pasrah memaksa teman sebangkunya.Dia pun pergi mencari teman yang lain yang mau diajak berenang besok.
Dito menarik napasnya. Dia sebenarnya ingin sekali berenang. Tapi …
Tak lama kemudian Erwin kembali menemui Dito. “Teman-teman nggak ada yang bisa pergi besok. Aku ajak kamu saja. Biarlah kamu nggak berenang, tapi ikut saja. Kamu bisa duduk-duduk di pinggir kolam renang,” kata Erwin.
Dito merenung sebentar. Ingin menolak susah juga. Apalagi melihat tampang Erwin yang memelas. Akhirnya Dito mengangguk. “Baiklah, tapi aku mengantar saja,” katanya.
Esok harinya mereka janjian ketemu di kolam renang umum Tirta Gangga. Sekitar pukul sembilan pagi mereka sudah masuk ke dalam tempat itu. Erwin langsung mengenakan celana renangnya. Dia menitipkan tasnya ke Dito.
“Kenapa tidak dititipkan ke tempat penitipan tas saja?” tanyaDito.
“Kamu kan tidak berenang. Ya tidak apa-apa kalau aku minta tolong pegangin dan jaga tasku. Lahipula, kalau aku mau ngambil brang di tas, nggak perlu bolak-balik manggil petugas titip tas,” jawab Erwin sambil langsung menyeburkan diri ke kolam renang.
Byur! Dito ngedumel karena cipratan air itu mengani mukanya.
Dito mencari tempat yang teduh.. Dia duduk sambil melihat-lihat situasi kolam renang. Makin siang, pengunjung makin banyak. Orang tidak lagi leluasa berenang. Apalagi di kolam dangkal.
Bosan melihat orang berenang Dito membaca komik yang dibawanya. Namun baru membaca beberapa helai Dito ingin buang air kecil. Dia pun meninbggalkan tas Erwin dan mencari kamar kecil.
Saat kembali dari kamar kecil, ia melihat seseorang tengah membuka tas erwin.
“Hey! Apa yang kamu lakukan! Maling!” teriak Dito.
Orang itu kaget.
Dito menarik orang itu agar melepaskan tas Erwin. Ia tak peduli tubuh orang itu lebih besar. Orang itu akhirnya melepaskan tas itu lalu bermaksud berlari. Dito mencegahnya. Dan … Byur!!!
Dito dan orang itu kecebur.
Seorang penjaga kolam yang melihat kejadian langsung menangkap pencuri itu, smentara Dito langsung kepinggir dan naik ke tepi kolam. Dia melihat wrwin mendekat.
“Tasmu mau diambil orang itu!” kata Dito kepada erwin.
“Oh, terima kasih kamu telah menjaganya. Tapi … kamu nyebur juga. Kamu ternyata bisa berenang ya? Lalu kenapa nggak ebrenang saja sekalian?” Erwin malah bingung.
Dito tak sempat menjawabnya. Dia diminta petugas kolam renang untuk menjelaskan peritsiwa pencurian tas.
Akhirnya Erwin dan Dito memutuskan pulang lebih cepat setelah urusan selesai.Di perjalanan pulang, Dito akhirnya menceritakan sebab dia tak mau berenang.
“Setahun yang lalu … keluarga kami berlibur ke pantai. Lalu … salah seorang sepupuku berenang ke tengah laut. Dan tiba-tiba … ia terseret ombak … sampai hilang. Dua hari kemudian baru ditemukan dalam keadaan meninggal …”
“Tapi kenapa kamu jadi takut berenang? Lagi pula itu kejadiannya di laut,” tanya Erwin.
“Karena akulah yang mengajaknya berenang menjauhi pantai ….” Jawab Dito sedih.
Erwin terdiam. Dia tak tahu harus bilang apa lagi. Untuk sementara ini, Erwin berajanji tidak akan emmaksa Dito lagi berenang. Sampai Dito melupakan kesedihannya.
***

BP 1 Pril 2007


Main Air yang Menyehatkan

Ingin olahraga yang tidak membuat berkeringat dan kepanasan? Cobalah berenang. Dengan renang, manfaat olahraga tanpa harus kepanasan atau berkeringat bisa didapat. Tubuh bugar, hati pun bahagia.

Main Air

Berenang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Dengan berenang seluruh tubuh kita bergerak, kelompok otot-otot besar akan digunakan seperti otot perut, otot lengan, pinggul, pantat dan paha. Berenang (di tempat dan kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan dan keamanan), termasuk sebagai olahraga aerobik yang akan membuat paru-paru sehat, sendi lebih lentur terutama di bagian leher, bahu dan pinggul, karena bagian-bagian tubuh tersebut digerakkan.

Renang juga baik untuk yang kelebihan berat badan, hamil, juga orang lanjut usia. Karena, ketika berenang seluruh berat badan ditahan air (mengapung); sehingga, sendi-sendi tubuh tak terlalu berat menopang badan. Dengan renang akan terlatih menggunakan pernapasan secara efisien. Sangat baik jika kita berenang sejak kecil agar kita menyukai karena sifatnya yang seperti “main air”.

Dengan renang, tubuh akan membakar sekurang-kurangnya 275 kalori/jam, setara dengan bersepeda dan jalan-cepat. Meski kalori yang terbakar tak sebanyak dengan lari atau tenis misalnya, karena renang itu menyenangkan, bisa-jadi akan dilakukan lebih lama, sehingga, kalori yang dibakar bisa lebih banyak.

Manfaat Berenang

Agar bisa mememperoleh manfaat renang, hendaklah berenang dengan benar. Kalau hanya bermain-main dengan air memang menyenangkan, tetapi hal ini hanya melibatkan aktivitas fisik yang sangat rendah.

Dianjurkan dengan bantuan instruktur renang yang berpengalaman, sebaiknya berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter spesialis kesehatan olahraga (SpKO) atau spesialis rehabilitasi medik (SpRM) terlebih yang bermasalah kesehatan. Perhatikan pula keamanan tempat renang demi kesehatan karena pada orang tertentu kejadian sakit akan lebih sering bila berenang. Perhatikan juga kualitas air misalnya: kejernihan, derajat-keasaman (pH) bahkan polusi, yang bisa saja dapat mengganggu kesehatan.

Mulailah dengan melakukan pemanasan dan peregangan terlebih dahulu, agar tubuh siap-gerak. Pemanasan akan membuat suhu tubuh dan detak jantung meningkat perlahan-lahan. Lakukan pemanasan dengan berjalan-jalan sekitar kolam renang selama 10 menit, lalu, regangkan sedikitnya 15 kali hitungan setiap otot. Peregangan salah satu upaya menghindari kram.

Lakukan pemanasan dan peregangan selama 5-10 menit, lalu teruskan dengan berenang selama 20-40 menit tanpa henti. Jika memulai berenang sebagai program kebugaran, lakukanlah bertahap. Jangan langsung berenang selama 30 menit tanpa jeda, misalnya. Mulailah dengan satu putaran menyeberangi kolam, lalu istirahatlah selama 30 detik. Setelah beberapa minggu, latihan bisa ditingkatkan. Sebaiknya, berganti-ganti gaya renang supaya semua otot terlatih.

Kemudian akhiri dengan pendinginan, yaitu renang perlahan-lahan selama 5 menit. Tutup latihan dengan minuman kesukaan, misal segelas susu Bear Brand atau Milo. Lakukan hal ini setelah setengah jam usai berenang. Dengan minum Bear Brand atau Milo, energi dan vitalitas akan kembali.

Berenang selama 3-5 kali seminggu serupa manfaat olahraga aerobik yang dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan paru-paru. Buatlah acara renang untuk bersenang-senang misalnya dengan bergabung dengan klub penggemar renang untuk memperoleh variasi latihan. Bila mengajak anak berenang ketika harus ditinggal mintalah guard mengawasinya atau ajak main bersama menikmati luncuran-air atau main bola bersama.

Siapa yang masih takut main air kalau menyehatkan begini?

(benny rhamdani)

Saturday, March 24, 2007


Ratu Belanja

Oleh Benny Rhamdani

Apa kesukaan kamu dengan mama kamu sama? Wah, kalau aku dengan Mama punya banyak kesamaan. Salah satu hal yang sangat terlihat adalah kami sama-sama suka jalan-jalan untuk berbelanja. Ups! Jangan tertawa ya!

Setiap akhir pekan, kami selalu pergi bareng ke supermarket. Kadang Papa dan Bang Wildan ikut. Tapi lebih sering tidak. Jika berangkat kadang-kadang kami mengenakan pakaian dengan warna yang sama, atau sama-sama memakai topi. Tapi kadang juga berbeda pakaian sama sekali.

“Mama dan Chika tiap akhir pekan sore belanja melulu. Nggak ada bosannya!” ledek Bang Wildan.

“Uh, Bang Wildan sama Papa juga tiap Minggu pagi pergi mancing bareng. Nggak ada bosannya!” ledekku membalas.

Papa tidak pernah ngomel tentang kebiasaan aku dan Mama.

“Pokoknya selama yang dibeli adalah betul-betul kebutuhan kita semua, ya silakan saja,” kata Papa.

Nah, jadi nggak boleh ada yang protes lagi ya. Karena kalau aku dan Mama pergi belanja, kami benar-benar membeli barang-barang yang dibutuhkan. Ya, sesekali aku memang membeli jajanan. Tapi Mama juga tidak keberatan.

Sabtu sore ini, Mama kembali mengajakku jalan-jalan untuk berbelanja. Tanpa buang waktu aku segera pergi ke mobil. Mama pun menyupir mobil. Papa dan Bang Wildan sudah pergi sejak tadi nonton sepak bola. Aku juga diajak. Tentu saja aku tidak mau. Apa enaknya nonton sepak bola?

Dari tempat parkir, kami langsung berjalan menuju sebuah supermarket besar di kota ini. Hm, aku mencoba menjadi anak yang terbaik menjadi teman belanja Mama. Ya, kalau kalian ingin mendapatkan atau membeli barang yang kalian suka tanpa diprotes Mama, ikuti apa yang aku lakukan.

Pertama, jangan langsung rewel minta barang yang kita inginkan begitu masuk. Biarkan Mama belanja apa yang ditulis di daftar belanja.

Kedua, bantu Mama sebisa mungkin. Misalnya mendorong kereta belanja. Atau menunjukkan letak barang yang dicari Mama.

Ketiga, selalu puji barang yang dibeli Mama. Misalnya ketika Mama membeli saus tomat, kamu bisa bilang,” Wah, saus pilihan Mama itu paling lezat.” Ya, tentu saja kalian harus kreatif menciptakan kalimat pujian untuk Mama.

Nah, jika semua sudah kalian lakukan, sebleum Mama menuju kasir, kalian bisa menyebut apa yang kalian inginkan.

“Ma, boneka beruang yang di sudut tadi bagus ya? Sepertinya enak kalau buat teman tidur Chika. Ya, kalau tidak juga tidak apa-apa sih … Cuma …”

Selain mengatakannya, kalian harus mencontoh aku. Pasang wajah memelas, juga mata yang menerawang penuh harapan. Pasti ….

“Tidak, Chika sayang …. Minggu lalu kamu baru beli boneka sapi. Minggu ini kita tidak belanja boneka,” tolak Mama.

Hah! Sungguh ini di luar perkiraaanku. Oh … okay tapi bukan Chika namanya kalau tidak mendapatkan boneka itu.

“Tapi, Ma, Chika pengin seklai. Bonekanya ngegemesin banget. Lagian boneka sapinya sudah bau. Suka dipake bantal tidur sama Bang wildan,” keluhku dengan muka tertunduk. Ya, mudah-mudahan berhasil.

“Baiklah, Mama bellikan!”

Hore! Lihat, berhasil, kan?

“Tapi minggu depan kalau kita ke sini lagi,” sambung Mama.

Oh … tidak! Ya, tidak apa-apa deh. Yang penting minggu depan aku bisa menapatkan boneka beruang yang kuinginkan. Tapi aku tidak ingin tersenyum dulu. Siapa tahu mama berubah pikiran kalau aku emmasang wajah sedih terus.

Kami menuju kasir. Antrean panjang. Aku berharap Mama bnerubah pikiran. Tapi sampai di depan kasir, Mama tidak berkata apapun.

“Nguing … nguing …. Nguing ….”

Tiba-tiba suara alarm berbunyi di mesin kasir kami. Lampu juga langsung berkelap-kelip. Petugas kasir lansgung berdiri. Lalu seorang pria datang mendekati Mama.

“Selamat, Bu. Kartu belanja yang Ibu pakai ternyata sudah mencapai poin tinggi. Ibu berhak mendapat hadiah dari kami. Nanti akan kami kirimkan langsung ke rumah ibu,” kata pria berpakaian rapi itu.

Mama mengangguk sambil tersenyum ke arahku.

“Mama dapat hadiah! Wah, pasti Papa senang!” teriakku. Aku sendiri tidak tahu hadiahnya apa. Mungkin televisi, handphone, kulkas atau barang elektronik lainnya.

Dengan perasaan senang kami membawa belanajaan menuju mobil. Begitu sampai di rumah, aku langsung tak sabar menunggu hadiah dari supermarket itu. Baru satu jam kemudian sebuah mobil boks datang. Seorang petugas mengantarkan sebuah kardus kepada kami.

Aku dan Mama langsung membuka kardus itu. isinya ternyata …

“Boneka beruang! Ini bonke beruang yang aku inginkan tadi!” teriakku. Tentu saja aku senang. Aku memeluk Mama. Tapi Mama sepertinya kurang senang. Mama mungkin menginginkan hadiah yang lain. Bukan boneka.

“Tenang, Ma. Nanti kita akan dapat hadiah yang lebih mahal kalau terus belanja,” kataku.

“Mama menggeleng. Nggak ah. Percuma kalu kita belanja melulu. Tadinya Mama bayangkan mau dapat hadiah yang mahal-mahal kalau belanja terus di supermarket itu. Mama nggak mau belanja lagi …”

Aku menarik napas.

Tentu saja aku tidak percaya kata-kata Mama. Soalnya, dulu-dulu juga sering bilang begitu. Tapi akhirnya belanja lagi. Kata Papa, keluarga Nenek memang suka belanja semua. Bahkan tante-tante kami juga. Tapi Mama yang paling suka belanja. Makanya sering disebut Ratu Belanja!

Kalau kalian bagaimana?

****

HORE, BP 25 Maret 2007


HORE!

Jangan Takut Bermain!

Kalian suka bermain? Ya, tentu saja. Apalagi bermain bersama teman-teman. Pasti menyenangkan. Memang, kadang-kadang orangtua kita tidak terlalu suka atau melarang kita bermain. Ssst, sebenarnya sih bukan dilarang bermainnya, tapi mungkin kita sering lupa waktu kalau bermain.

Tidak ada yang boleh melarang kita bermain. Mengapa? Karena bermain banyak meanfaatnya. Bahkan kita bisa belajar banyak hal dengan bermain. Yuk, kita ingat-ingat apa saja manfaat bermain.

Perkembangan fisik

Bermain secara aktif akan menguatkan otot-otot tubuh kita. Kelebihan energi yang kita miliki pun akan tersalurkan untuk melakukan hal-hal positif, sehingga mengurangi perilaku kita yang ingin merusak. Hm, bayangkan kalau kita tidak mau bermain. Otot-otot tubuh kita akan lemas karena sepanjang hari kita hanya tertidur atau duduk belajar.

Daya Khayal

Dengan berkhayal, penghayatan bermain kita akan menjadi lebih bermakna. Misalnya, bermain mobil-mobilan umumnya menimbulkan fantasi menjadi pembalap yang sedang berlaga di sirkuit. Semakin sering kita melatih imajinasi, kabarnya otak kita akan terlatih untuk berpikir cerdas. Banyak orang-orang pintar di masa kecilnya pandai berkhayal lho.

Mengembangkan Kreativitas

Saat bermain, kita seringkali menemukan pengalaman baru yang terekam dalam ingatan kita. Ingatan inilah yang kemudian akan ditemukan di luar dunia bermain kita. Misalnya, kita mengerti bentuk segitiga setelah bermain halma.

Bermain juga akan memberi kesempatan kita untuk bereksplorasi dengan lingkungan, sekaligus menambah wawasan. Banyak pengetahuan yang tidak didapat dari sekolah maupun rumah akan kita peroleh dalam interaksi dengan teman-teman sepermainan kita.

Belajar Bersosialisasi

Dengan bermain bersama teman-teman sebaya, kita akan belajar menjalin suatu hubungan pertemanan, termasuk memecahkan masalah bila terjadi konflik, saling berbagi, memberi dan menerima. Tentu saja banyak kejadian yang akan membuat hidup kita lebih berwarna dengan bermain bersama teman-teman. Ya, kalaupun ada marahan dengan teman-teman kita, pasti bisa kita selesaikan.
Bahkan, melalui jenis permainan kelompok, anak akan mulai mengenal cara berkomunikasi, bagaimana mengemukakan keinginan, dan belajar berkompromi dengan teman main kita.


Membentuk Kepribadian

Bermain juga akan membuat kita mengenal kemampuan dirinya. Apakah kita mampu mengimbangi permainan lawan atau tidak. Jika mampu, berarti kita memiliki peluang untuk memenangkan permainan. Jika tidak, kita akan belajar dan berlatih.
Saat bermain, kita diajarkan mengenal mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh. Dalam bermain, ada hal-hal yang harus dipatuhi, seperti tidak boleh curang dan mau mengakui kekalahan.

Nah, banyak sekali manfaat bermain itu. Jadi jangan pernah takut bermain. Yang penting kita harus ingat waktu. Karena menghabiskan waktu seharian untuk bermain juga bukan hal yang terpuji.

(benny rhamdani)

Saturday, March 17, 2007

Cernak 18 Maret 2007


Ketika Lupi Kabur

Oleh Benny Rhamdani

Sejak kepindahanku ke Palembang tiga hari lalu, Alya hamper tidak pernah keluar rumah. Padahal, Kak Wibi berualngkali mengajak Alya untuk bermain dedngan teman-teman sabaya di kompleks.

“Ayolah, jangan di kamar melulu. Kita di sini harus punya teman juga,” bujuk Kak Wibi.

Alya menggelng. “Nggak ah. Alya mau di kamar saja main dengan Lupi,” tolak Alya.

Lupi adalah kucing pemberian sahabat akrab Alya di Bandung dulu, Salsa. Ya, Alya memang belum bias melupakan kesedihannya berpisah dengan Salsa. Dia belum mau mempunyai sahabat baru. Baginya, sahabat terbaik hanyalah Salsa. Kini, salsa sudah jauh, tapi ada Lupi kucing pemberian Salsa.

“Ya, sudah kalu tidak mau. Asal tahu saja, anak-anak Palembang juga sama menyenangkannya dengan teman-teman kita di bandung dulu,” kata Kak Wibi kemudian.

Keesokan harinya, Alya terkejut ketika terbangun dari tidur siangnya, ia tak menemukan Lupi di kamar.

“Wah, pasti Lupi pergi keluar rumah. Dia juga pasti bosan karena setiap hari kamu kurung di kamar,” kata Kak Wibi.

“Aduh gimana mencarinya ya?” Alya cemas. Bagiamna kalau Lupi sampai hilang? Bagimana kalu ada yang menculiknya? Wah, aklau Salsa sampai tahu, pasti akan sedih sekali.

“Kalau mau mencarinya, ya kita harus keliling komplek dulu. Yuk!” ajak Kak Wibi.

Demi mendapatkan Lupi, Alya memaksakan diri mengikuti Kak Wibi. Mereka kemudian memasuki satu per satu rumah para tetangga kompleks.

“Dani, kenalkan adikku, Alya. Dia sedang mencari kucingnya yang kabur. Apa kamu melihatnya?” tanya Kak Wibi ketika bertemu anak lelaki bertubuh gemuk tapi selalu tersenyum.

“Sayangnya tidak. Nanti aku beriahu kalau aku melihatnya,” jawab Dani.

Kak Wibi mengajak ke rumah Mita yang cantik. Rambutnya diikat dua dan berpita.

“Oh, aku juga punya kucing. Tapi kuarasa tdak ada kucing kalian. Kalau kalian ingin mengambil kucing yang baru, ke sini saja. Kebetulan satu kucingku ada yang akan mempunyai anak lagi,” smabut Mita.

“Tidak terimakasih,” kata Kak wibi buru-buru. Punya satu ekor kucing di rumah saja sudah merepotkan. Apalagi banyak, pikirnya.

Mereka kemudian bertanya pula ke Sita, Erin, Vijay, Didit, Lia, Olop, Moan, dan anak-anak lainnya di komplek itu. Sampai akhirnya Alya jadi mengenal seluruh anak di komplek itu. Tapi tak seorang pun yang pernah melihat Lupi.

Akhirnya, dedngan perasaan sedih, Alya pulang. Dia langsung menangis di tempat tidurnya sambil tertelungkp. Tapi telinganya kemudian terangkat ketika mendengar suara yang begitu dikenalnya.

“Meoooong ….”

“Lupi!!!” Alya terbangun. Dia melihat Lupi berdiri di pintu kamar. Buru-buru Alya merangkulnya.

Di belakang Lupi, Kak Wibi tersenyum kecil seperti menyimpan rahasia.

“Kenapa Kak Wibi tertawa?” tanya Alya.

“Kak Wibi minta maaf. Sbetulnya Lupi memang tadi tidak kabur. Lupi tiduran di kamar kak Wibi. Terus Kak Wibi sengaja tidak bilang-bilang, biar Alya mau diajak Kak Wibi kenalan dengan teman-teman komplek,” ungkap Kak Wibi. “Kamu nggak marah, kan?”

Alya menggeleng. “Nggak kok. ALya senang diajak kak Wibi kenalan dengan banyak teman baru. Memang, seharusnya dari kemarin-kemarin Alya kenalan dengan teman-teman baru di sini. Tapi mungkin untuk saat ini ALya masih pengin main sama Lupi dulu,” kata Alya kemudian.

Kak Wibi mengangguk. “Ya, pasti Alya tahu mana yang terbaik. Bukan begitu Lupi? Taya Kak Wibi kemudian kepada Lupi.

“Meoooong!”

Alya dan kak Wibi langsung tertawa bareng mendengar jawaban Lupi.

^-^


Lagu Kebangsaan

Kalian pernah mendengar istilah lagu kebangsaan? Lagu kebangsaan adalah lagu yang menjadi simbol suatu negara. Biasanya lagu ini ditetapkan oleh hokum Negara yang bersangkutan.

Tentunya, bangsa Indonesia pun memiliki lagu kebangsaan, yakni Indonesia Raya. Lagu Indonesia Raya pertama kali dimainkan pada Kongres Pemuda (Sumpah Pemuda) tanggal 28 Oktober 1928. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, lagu yang dikarang oleh Wage Rudolf Soepratman ini dijadikan lagu kebangsaan.

Dilarang

Ketika memublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, Wage Rudolf Soepratman dengan jelas menuliskan "lagu kebangsaan" di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh suratkabar Sin Po.

Setelah dikumandangkan tahun 1928, pemerintah kolonial Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya. Belanda — yang gentar dengan konsep kebangsaan Indonesia, dan dengan bersenjatakan politik divide et impera — lebih suka menyebut bangsa Jawa, bangsa Sunda, atau bangsa Sumatra, melarang penggunaan kata "Merdeka, Merdeka!"

Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka ikuti lagu itu dengan mengucapkan "Mulia, Mulia!", bukan "Merdeka, Merdeka!" pada refrein. Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan. Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Setelah Indonesia Merdeka, lagu itu ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan perlambang persatuan bangsa.

Panjang

Dari susunan liriknya, Lagu Indonesia Raya merupakan soneta-atau sajak 14 baris yang terdiri dari satu oktaf (atau dua kuatren) dan satu sekstet. Penggunaan bentuk ini dilihat sebagai "mendahului zaman" (avant garde), meskipun soneta sendiri sudah populer di Eropa semenjak era Renaisans. Rupanya penggunaan soneta tersebut mengilhami karena lima tahun setelah dia dikumandangkan, para seniman Angkatan Pujangga Baru mulai banyak menggunakan soneta sebagai bentuk ekspresi puitis.

Lirik Indonesia Raya merupakan seloka atau pantun berangkai, menyerupai cara empu Walmiki ketika menulis epik Ramayana. Dengan kekuatan liriknya itulah Indonesia Raya segera menjadi seloka sakti pemersatu bangsa, dan dengan semakin dilarang oleh Belanda, semakin kuatlah ia menjadi penyemangat dan perekat bangsa Indonesia.

Musisi sekaligus pengamat musik Cornel Simanjuntak dalam majalah Arena berpendapat , rentang nada pada Indonesia Raya secara umum terlalu besar untuk lagu yang ditujukan bagi banyak orang. Dibandingkan dengan lagu-lagu kebangsaan lain yang umumnya berdurasi setengah menit bahkan ada yang hanya 19 detik, Indonesia Raya memang jauh lebih panjang.

Secara musikal, lagu ini telah disempurnakan oleh orang Eropa bernama Jos Cleber yang tutup usia tahun 1999. Setelah menerima permintaan Kepala Studio RRI Jakarta Jusuf Ronodipuro pada tahun 1950, Jos Cleber pun menyusun aransemen baru, yang penyempurnaannya ia lakukan setelah juga menerima masukan dari Presiden Soekarno. Lagu Indonesia Raya pun akhirnya menjadi lagu kebangsaan yang agung, namun gagah berani.

Peraturan

Karena status Lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan, kita tidak dapat sembarangan melantunkannya. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan hanya saat-saat tertentu, misalnya untuk menghormati Kepala Negara/Wakil Kepala Negara, juga pada waktu penaikan/penurunan Bendera Kebangsaan yang diadakan dalam upacara. Indonesia Raya juga diperdengarkan bebagai pernyataan perasaan nasional, misalnya saat memenangkan medali di ajang Internasional.

Indonesia Raya dilarang juga dipakai untuk kepentingan iklan, dan tentu saja diperdengarkan di tempat-tempat seperti untuk dansa atau bermain-main.

Oh iya, kalian tahu lagu kebangsaan Negara lain. Ini beberapa di antaranya:

Argentina (Oid, Mortales), Australia (Advance Australia Fair), Belanda (Wilhelmus van Nassouwe), Brunei (Allah Peliharakan Sultan), Filipina (Lupang Hinirang), India (Jana-Gana-Mana), Italia (Inno di Mameli), Jepang (Kimigayo), Malaysia (Negaraku), Mesir (Biladi, Biladi, Biladi), Perancis (La Marseillaise), dan Singapura (Majulah Singapura).

Untuk lagu kebangsaan Negara lainnya, coba kalian cari tahu sendiri ya!

(benny rhamdani)

Saturday, March 10, 2007

Cernak, BP 11 Maret 2007


cernak

Nyontek

Oleh Benny Rhamdani

Siapa tak kenal Dudi? Dia anak kelas lima yang paling sering mencontek di kelas. Hampir setiap ulangan dia berusaha mencontek. Caranya pun beragam.

Ulangan matematika misalnya, Dudi akan datang di pagi hari lalu mencorat-coret mejanya dengan berbagai rumus matematika yang seharusnya dihapal. Tapi suatu hari, Pak Amilus yang mengajar matematika memindahkan Dudi ke meja lain. Tentu saja Dudi jadi bingung. Sebab dia tidak bias pindah dengan membawa mejanya, kan?

Tapi bukan Dudi kalau kehilangan akal, dia sudah membuat contekan lainnya di kertas kecil-kecil.

“Memangnya kamu tidak pernah belajar ya?” Nisa yang sering memergoki Dudi bertanya.

“Belajar tapi sedikit,” jawab Dudi. “Lagi pula buat apa belajar kalau dengan menyontek saja kita bias dapat nilai lumayan.”

Nisa menggelengkan kepalanya.

Sekali pernah Dudi kepergok Bu Lia mencontek di pelajaran IPS. Dudi tengah melirik pekerjaan Salsa. Bu lia sengaja meindah-mindahkan murid putra dan putrid setiap ulangan. Biar saling malu kalau mencontek. Tapi ternyata tidak berlaku bagi Dudi.

“Kamu harus mengulang sendiri ulanganmu di ruang guru!” begitu hukuman yang diterima Dudi.

Dudi kelihatan tak jera meskipun sudah pernah ketahuan mencontek dan dihukum.

Sebenenarnya Dudi bukan anak yang bodoh. Dia lumayan pandai. Hanya saja Dudi lebih suka menggambar. Di rumah, saat jam belajar, Dudi lebih banyak mengahbiskan waktunya untuk bersenang-senang dengan menggambar.

Kalau pelajaran menggambar tentu saja Dudi tidak perlu mencontek. Malah semua orang tak jarang yang minta bantuan Dudi.

Suatu hari ada perlombaan menggambar untuk anak-anak. Dudi diminta mengirimkan gambarnya oleh sekolah. Dudi pun mengirimkan karyanya. Seminggu kemdian hasil perlombaan diumumkan. Karya-karya pemenang lomba langsung diumumkan di balai kota.

Alangkah terkejutnya Dudi ketika melihat karyanya tidak menang. Tapi yang lebih mengejutkan lagi, dia menemukan sebuah lukisan yang menang atas nama Nisa, teman sekelasnya. Tapi lukisan itru, Dudi ingat betul, bukan karya Nisa. It lukisan yang pernah dibuatnya lalu diberikan kepada Nisa.

“Ini curang! Aku harus mengadukan ke kepala sekolah!” tekad Dudi.

Dudi pun pergi menemui kepala sekolah. Pak Wira.

“Pak, saya ingin protes sekaligus mengadu. Nisa telah berbuat curang. Dia mengirim lukisan karya saya untk lomba tapi pakai nama dia. Akhirnya lukisan itu menang tapi namanya yang disebt-sebut,” kata Dudi begitu bertemu Pak Wira.

Pak Wira tersenyum. “Ya, memang tidak enak kalau ada orang berbuat curang lalu kita menjadi korbannya. Tapi kalau bukan kita korbannya, apakah kamu juga akan menadu ke sini?” Tanya Pak wira.

“Maksud Bapak?” Dudi tidak mengerti.

“Hmm, Bapak tahu kamu suka mencontek di kelas. Banyak temanmu yang mengadu. Tapi sepertinya kamu tidak peduli. Banyak di antara mereka kecewa, sudah belajar susah payah tapi dapat nilai jelek. Sementara kamu tidak pernah belajar, hanya mencontek, bias dapat nilai tinggi,” ucapo Pak Wira.

Muka Dudi langsung memerah.

“Bapak sengaja menyuruh Nisa mengirimkan gambarmu memakai namanya. Agar kamu bias memetik pelajaran dari kejadian ini. Terutama tidak berbuat curang, karena bias menyakiti hati orang lain. Mencontek adalah perbuatan yang merugikan orang lain, meski mungkin kamu tidak merasa menyakiti siapa pun,” kata Pak Wira.

Dudi manggut-manggut.

“Bapak ingin setalah ini kamu belajar lebih keras lagi dan tidak perlu mencontek!” tekan Pak wira agak tinggi.

Dudi tak berani bicara apa-apa lagi. Tadinya dia mau menyalahkan Nisa. Kali ini dia benar-benar kena batunya!

****

Friday, March 09, 2007

Hore, BP 11 Maret 2007


Mengenal Istilah Musik

Tahukah teman-teman Hari Musik Nasional jatuh pada tanggal 9 Maret? Ya, banyak yang belum tahu memang. Hari Musik Nasional ditetapkan 9 Maret, diusulkan oleh Persatuan Artis, Pencipta dan Rekaman Musik Indonesia (PAPRI) sebagai penghargaan atas Wage Rudolf Supratman –sang pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya– yang lahir pada hari Selasa Wage, 9 Maret 1903 di Dusun Trembelang, Kelurahan Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

Musik adalah bunyi yang diterima seseorang secara berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi tentang musik juga bermacam-macam lho. Ada yang menganggap musik sebagai bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya. Ada juga yang menyebut musik sebagai segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik.

Beberapa orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali. Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Wah, hebat ya!

Nah, sekarang kita belajar mengenal istilah-istilah yang sering diucapkan di dunia musik.

Suara

Teori musik menjelaskan bagaimana suara dinotasikan atau dituliskan dan bagaimana suara tersebut ditangkap dalam benak pendengarnya. Dalam musik, gelombang suara biasanya dibahas tidak dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam frekuensinya. Aspek-aspek dasar suara dalam musik biasanya dijelaskan dalam tala (Inggris: pitch, yaitu tinggi nada), durasi (berapa lama suara ada), intensitas, dan timbre (warna bunyi).

Nada

Suara dapat dibagi-bagi ke dalam nada yang memiliki tinggi nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara dua nada disebut sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda-beda. Tangga nada yang paling lazim adalah tangga nada mayor, tangga nada minor, dan tangga nada pentatonik. Nada dasar suatu karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut.

Ritme

Ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Birama merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda birama menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung dan dianggap sebagai satu ketukan. Nada-nada tertentu dapat diaksentuasi dengan pemberian tekanan (dan pembedaan durasi).

Melodi

Melodi adalah serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian tersebut dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu (biasanya merupakan rangkaian nada tertinggi dalam akord-akord tersebut).

Harmoni

Harmoni secara umum dapat dikatakan sebagai kejadian dua atau lebih nada dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga dapat terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan (seperti dalam arpeggio). Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akord.

Notasi

Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik. Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara horisontal. Kedua unsur tersebut membentuk paranada, di samping petunjuk-petunjuk nada dasar, tempo, dinamika, dan sebagainya.

Wah, sepertinya masih banyak yang bingung ya? Kalu begitu, kalian bisa meminta kaka atau bu guru di sekolah untuk ikut menjelaskannya ya. Selamat bermain musik!

(benny rhamdani)

Friday, March 02, 2007

HORE, 4 Maret 2007


Manfaat Memelihara Ikan Hias

Kalian suka melihat ikan hias? Nah, bagaimana kalau kalian minta ayah dan ibu untuk membelikan akuarium, lalu kita memelihara ikan di dalamnya. Tentu saja jangan yang mahal-mahal seperti lou han ataupun arwana. Cukup ikan-ikan murah saja, yang penting bagus dilihat, karena ikan mudah sekali mati.

Tahu nggak, kalau rajin memelihara ikan, kita akan mendapat beberapa manfaat. Nah, sebelum ayah dan ibu membelikan akuarium dan ikan-ikannya, kita tentu harus berjanji tidak bosan memelihara ikan-ikan itu.


Disiplin

Cobalah kita membiasakan diri memberi makan ikan dua kali sehari dengan jenis makanan dan takaran yang tepat. Pelet untuk ikan mas koki atau koi serta udang dan ikan kecil untuk arwana. Kita jangan malu-malu meminta ayah dan ibu mengajari kita memberi makanan. Oh iya, ketika kita membeli ikan juga bisa bertanya sama penjual ikan lho.

Kita juga harus membiasakan diri membantu ayah dan ibu menguras dan mengganti air akuarium, serta kapan saja harus melakukannya. Perhatikan baik-baik langkah-langkah yang dilakukan saat menguras akuarium. Kurangi airnya terlebih dahulu, angkat ikan dari akuarium, keluarkan aksesoris akuarium untuk dibersihkan, dan jangan menggunakan sabun untuk membersihkan akuariumnya.

Kita juga bisa belajar mengecek kelayakan filter air dan kemampuan kerja pompa udara akuarium setiap hari. Coba minta ayah dan ibu cara mengganti filter aquarium pada waktu-waktu tertentu.

Kasih sayang

Setiap hari, kita jangan bosan mengamati ikan-ikannya. Siapa tahu ada yang sakit. Bila biasanya lincah sekarang tidak, ikan itu harus cepat dipisahkan dari ikan lainnya. Dari kebiasaan memperlakukan ikan dengan baik, kita bisa belajar tentang arti kasih sayang terhadap sesama makhuk hidup. Jika ada ikan yang sakit, kita harus belajar bagaimana merawatnya supaya bisa sembuh kembali.

Ilmu pengetahuan

Saat kita menjalankan hobi baru ini, kita juga akan mendapatkan pengetahuan baru kalau kita mau bertanya kepada orang-orang yang lebih mengerti. Seperti kenapa ikan air tawar tidak bisa hidup di air asin dan sebaliknya, kenapa air dalam akuarium tidak boleh diganti semua, hingga apa itu pH air. Asyik, kan?

Kita pun harus mengetahui kalau ikan juga membutuhkan vitamin tertentu supaya tetap bugar, selain ragam jenis dan cara berkembang biaknya. Malah tak menutup kemungkinan kita jadi tahu mana ikan berikut ciri-ciri detailnya menurut kepercayaan masyarakat tertentu, seperti ikan pembawa hoki.

Ketelitian

Dengan memperhatikan ikan setiap hari, ketelitian kita juga dilatih untuk melihat perbedaan kondisi masing-masing ikan. Apakah ikannya sakit atau tidak, kenapa dia tidak nafsu makan, misalnya. Dengan begitu, anak pun tahu kapan dia harus memberikan vitamin. Juga, vitamin apa saja yang harus diberikan kalau ikannya tidak bergairah, misalnya.

Oh iya, katanya dengan melihat gerakan ikan-ikan di akuarium juga bisa menangkan pikiran orangtua kita kalau lagi pusing. Jadi sebnearnya kita sudah menyediakan obat di rumah untuk orangtua kita ya kalau kita memelihara ikan hias di rumah.

Ayo siapa yang mau mulai memelihara ikan hias di rumah?

(benny rhamdani)

Cernak, 4 Maret 2007


LHO KOK?
Oleh Benny Rhamdani

Hari ini bersama Lane dan Nick aku janjian ke rumah Bibi Bertha. Sudah lama kami tidak ke rumah Bibi Bertha. Karena kami selama beberapa minggu sibuk oleh ujian dan tugas-tugas sekolah.

Bibi Bertha tinggal di sebuah rumah yang asri di ujung jalan. Dia tinggal seorang diri. Untuk mengusir kesepiannya, Bibi Bertha memelihara banyak binatang. Ada kucing, anjing, burung, dan terakhir kami mendengar Bibi Bertha memelihara ikan hias di akuarium.

Kabar terakhir itulah yang membuat kami ingin segera bermain ke rumah Bibi Bertha.

“Selama sore, teman-temanku. Masuklah. Aku sudah menyiapkan aneka kue dan limun yang segar!” sambut Bibi Bertha ceria.

Kami pun menyalami Bibi Bertha bergantian.

“Lane, apa kamu masih memusuhi guru matematikamu?” tanya Bibi Bertha sambil menyuruh kami duduk.

“Tentu saja tidak,” jawab Lane buru-buru dengan pipi memerah. Lane memang kurang pintar matematika. Dia sering dihukum karena tidak mennerjakan tugas matematika dengan baik.

“Nick, kamu masih suka berteriak-teriak di kelas?” tanya Bibi Bertha ke arah Nick.

Nick tertawa. “Tidak lagi. Aku sudah ikut kelompok paduan suara. Jadi aku bisa teriak sepuas-puasnya di saat latihan,” kata Nick.

“Dan … Jane, kamu masih suka membaca sambil makan?” tanya Bibi Bertha kepadaku.

“Ya, kadang-kadang. Asala tidak berminyak. Aku agak menyesal juga melihat buku-bukuku jadi berminyak karena aku makan sambil emmbaca,” kataku jujur.

Kami ngobrol sebentar sambil menikmati hidangan dari Bibi Bertha.

“Di mana ikan-ikan itu?” tanya Nick kemudian.

Bibi Bertha berdiri dan mengajak kami. Di ruang tengah, aku melihat sebuah akuarium berisi ikan-ikan hias. Bibi Bertha kemudian mengeluarkan sebuah botol. Lalu Bibi Bertha mengeluarkan isi botol itu ke dalam akuarium.

“Saatnya makan,” ucap Bibi Bertha kemudian.

Kami semua melihat ikan-ikan itu.

“Nah, itu namanya Jack. Lalu itu Hana, Phil dan itu Rin ….” Bibi Bertha memang selalu memberi nama hewan peliharaannya. Bahkan kupu-kupu di taman pun diberi nama oleh Bibi Bertha.

“Tapi terus terang saja, aku lagi pusing. Aku tidak bisa memelihar ikan-ikan ini lagi. Si Keti terus berusaha mengambil ikan-ikan ini,” keluh Bibi Bertha kemudian. Keti adalah kucing paling nakal di rumah ini.

“Jadi gimana?” tanya Lana.

“Aku akan memberikan kepada kalian,” kata bibi Bertha.

Aku bersorak paling girang. Soalnya aku di rumah juga punya akuarium. Lebih besar malah dari milik Bibi Bertha. Lane juga punya akuarium. Hanya Nick yang tidak. Bibi Bertha memutuskan untuk memberikan akuarium itu juga kepada Nick. Sementara ikan yang ada di dalamnya dibagi kepada kami.

Setelah saling bertukar cerita, kami pun pulang. Bibi Bertha mengantar kami menggunakan mobil van. Soalnya, kami harus mengantar akuarium ke rumah Nick. Sementara ikan yang kudapat di masukkan ke dalam plastik.

Begitu sampai rumah aku langsung memasukkan ikan dari Bibi Bertha ke dalam akuarium. Wah, annati apasti Mama dan papa terkejut karena ikan di dalam akuarium bertambah.

Pukul lima sore, mama dan papa pulang kerja. Aku yang menunggu kedatangan mereka di teras langsung menyeret Mama dan papa ke ruang tengah. Tapi … lho kok? Ikan dari Bibi Bertha mati sih?

Papa langsungg menggelengkan kepalanya. Papa mengambil ikan mati iktu menggunakan jaring kecil.

“Jane, ikan ini adalah ikan hias air tawar. Tentu saja dia tidak akan bertahan di akuarium kita. Akuarium kita ini khusus untuk ikan hias air asin atau air laut karena memang ini menggunakan air laut,” kata Papa.

Aku terpana.

“Biar pun sama-sama ikan yang hidup di air, tapi lingkungan hidup mereka bebeda. Ikan air tawar harus di aiar tawar. Kalau dipaksakan di air asin, ya pasti mati …”

Aku seidh mendengarnya. Ini kesal;ahanku karena tidak bertanya dulu. Dengan sedih aku mengambil bangkai ikan itu. Ikan drai Bibi Bertha. Aku meguburnya di halaman belakang sambil meneteskan air mata.

****