Friday, March 02, 2007

Cernak, 4 Maret 2007


LHO KOK?
Oleh Benny Rhamdani

Hari ini bersama Lane dan Nick aku janjian ke rumah Bibi Bertha. Sudah lama kami tidak ke rumah Bibi Bertha. Karena kami selama beberapa minggu sibuk oleh ujian dan tugas-tugas sekolah.

Bibi Bertha tinggal di sebuah rumah yang asri di ujung jalan. Dia tinggal seorang diri. Untuk mengusir kesepiannya, Bibi Bertha memelihara banyak binatang. Ada kucing, anjing, burung, dan terakhir kami mendengar Bibi Bertha memelihara ikan hias di akuarium.

Kabar terakhir itulah yang membuat kami ingin segera bermain ke rumah Bibi Bertha.

“Selama sore, teman-temanku. Masuklah. Aku sudah menyiapkan aneka kue dan limun yang segar!” sambut Bibi Bertha ceria.

Kami pun menyalami Bibi Bertha bergantian.

“Lane, apa kamu masih memusuhi guru matematikamu?” tanya Bibi Bertha sambil menyuruh kami duduk.

“Tentu saja tidak,” jawab Lane buru-buru dengan pipi memerah. Lane memang kurang pintar matematika. Dia sering dihukum karena tidak mennerjakan tugas matematika dengan baik.

“Nick, kamu masih suka berteriak-teriak di kelas?” tanya Bibi Bertha ke arah Nick.

Nick tertawa. “Tidak lagi. Aku sudah ikut kelompok paduan suara. Jadi aku bisa teriak sepuas-puasnya di saat latihan,” kata Nick.

“Dan … Jane, kamu masih suka membaca sambil makan?” tanya Bibi Bertha kepadaku.

“Ya, kadang-kadang. Asala tidak berminyak. Aku agak menyesal juga melihat buku-bukuku jadi berminyak karena aku makan sambil emmbaca,” kataku jujur.

Kami ngobrol sebentar sambil menikmati hidangan dari Bibi Bertha.

“Di mana ikan-ikan itu?” tanya Nick kemudian.

Bibi Bertha berdiri dan mengajak kami. Di ruang tengah, aku melihat sebuah akuarium berisi ikan-ikan hias. Bibi Bertha kemudian mengeluarkan sebuah botol. Lalu Bibi Bertha mengeluarkan isi botol itu ke dalam akuarium.

“Saatnya makan,” ucap Bibi Bertha kemudian.

Kami semua melihat ikan-ikan itu.

“Nah, itu namanya Jack. Lalu itu Hana, Phil dan itu Rin ….” Bibi Bertha memang selalu memberi nama hewan peliharaannya. Bahkan kupu-kupu di taman pun diberi nama oleh Bibi Bertha.

“Tapi terus terang saja, aku lagi pusing. Aku tidak bisa memelihar ikan-ikan ini lagi. Si Keti terus berusaha mengambil ikan-ikan ini,” keluh Bibi Bertha kemudian. Keti adalah kucing paling nakal di rumah ini.

“Jadi gimana?” tanya Lana.

“Aku akan memberikan kepada kalian,” kata bibi Bertha.

Aku bersorak paling girang. Soalnya aku di rumah juga punya akuarium. Lebih besar malah dari milik Bibi Bertha. Lane juga punya akuarium. Hanya Nick yang tidak. Bibi Bertha memutuskan untuk memberikan akuarium itu juga kepada Nick. Sementara ikan yang ada di dalamnya dibagi kepada kami.

Setelah saling bertukar cerita, kami pun pulang. Bibi Bertha mengantar kami menggunakan mobil van. Soalnya, kami harus mengantar akuarium ke rumah Nick. Sementara ikan yang kudapat di masukkan ke dalam plastik.

Begitu sampai rumah aku langsung memasukkan ikan dari Bibi Bertha ke dalam akuarium. Wah, annati apasti Mama dan papa terkejut karena ikan di dalam akuarium bertambah.

Pukul lima sore, mama dan papa pulang kerja. Aku yang menunggu kedatangan mereka di teras langsung menyeret Mama dan papa ke ruang tengah. Tapi … lho kok? Ikan dari Bibi Bertha mati sih?

Papa langsungg menggelengkan kepalanya. Papa mengambil ikan mati iktu menggunakan jaring kecil.

“Jane, ikan ini adalah ikan hias air tawar. Tentu saja dia tidak akan bertahan di akuarium kita. Akuarium kita ini khusus untuk ikan hias air asin atau air laut karena memang ini menggunakan air laut,” kata Papa.

Aku terpana.

“Biar pun sama-sama ikan yang hidup di air, tapi lingkungan hidup mereka bebeda. Ikan air tawar harus di aiar tawar. Kalau dipaksakan di air asin, ya pasti mati …”

Aku seidh mendengarnya. Ini kesal;ahanku karena tidak bertanya dulu. Dengan sedih aku mengambil bangkai ikan itu. Ikan drai Bibi Bertha. Aku meguburnya di halaman belakang sambil meneteskan air mata.

****


No comments: