Friday, February 26, 2010

Hore, 28 Februari 2010



Di Bawah Mobil, Tapi Penting

Kalian bias membayangkan apa jadinya jika mobil tanpa ban? Pasti akan susah bergerak. Mungkin jalannya tidak secepat sekarang.

Ban adalah peranti yang menutupi velg suatu roda. Ban adalah bagian penting dari kendaraan darat, dan digunakan untuk mengurangi getaran yang disebabkan ketidakteraturan permukaan jalan, melindungi roda dari aus dan kerusakan, serta memberikan kestabilan antara kendaraan dan tanah untuk meningkatkan percepatan dan mempermudah pergerakan.

Sebagian besar ban yang ada sekarang, terutama yang digunakan untuk kendaraan bermotor, diproduksi dari karet sintetik, walaupun dapat juga digunakan dari bahan lain seperti baja.

Dewa Api

Pada tahun 1839, Charles Goodyear berhasil menemukan teknik vulkanisasi karet. Vulkanisasi sendiri berasal dari kata Vulkan yang merupakan dewa api dalam agama orang romawi. Pada mulanya Goodyear tidak menamakan penemuannya itu dengan nama vulkanisasi melainkan karet tahan api.

Untuk menghargai jasanya, nama Goodyear diabadikan sebagai nama perusahaan karet terkenal di Amerika Serikat yaitu Goodyear Tire and Rubber company yang didirikan oleh Frank Seiberling pada tahun 1898. Goodyear Tire & Rubber Company mulai berdiri di tahun 1898 ketika Frank Seiberling membeli pabrik pertama perusahaan ini dengan menggunakan uang yang dia pinjam dari salah seorang iparnya.

Pada tahun 1845 Thomson dan Dunlop menciptakan ban atau pada waktu itu disebut ban hidup alias ban berongga udara. Sehingga Thomson dan Dunlop disebut Bapak Ban. Dengan perkembangan teknologi Charles Kingston Welch menemukan ban dalam, sementara William Erskine Bartlett menemukan ban luar.

Jenis-jenis Ban

Ban memiliki berbagai jenis. Diantaranya yang biasa diapakai kita sebut ban bias. Ban ini dibuat dari banyak lembar cord yang digunakan sebagai rangka dari ban. Cord ditenun dengan cara zig-zag membentuk sudut 40 sampai 65 derajat sudut terhadap keliling lingkaran ban.

Jenis lainnya biasa disebut ban radial. Untuk ban radial, konstruksi carcass cord membentuk sudut 90 derajat sudut terhadap keliling lingkaran ban. Jadi dilihat dari samping konstruksi cord adalah dalam arah radial terhadap pusat atau crown dari ban. Bagian dari ban berhubungan langsung dengan permukaan jalan diperkuat oleh semacam sabuk pengikat yang dinamakan "Breaker" atau "Belt".

Jenis lainnya, disebut ban tubeless. Ban ini dirancang tanpa mempunyai ban dalam. Ban tubeless in diciptakan sekitar tahun 1990.

Bagian-bagian ban

Ban terdiri atas beberapa bagian, yakni:

* Tread adalah bagian telapak ban yang berfungsi untuk melindungi ban dari benturan, tusukan obyek dari luar yang dapat berusak ban. Tread dibuat banyak pola yang disebut Pattern.
* Breaker dan Belt adalah bagian lapisan benang (pada ban biasa terbuat dari tekstil, sedangkan pada ban radial terbuat dari kawat) yang diletakkan diantara tread dan casing. Berfungsi untuk melindungi serta meredam benturan yang terjadi pada Tread agar tidak langsung diserap oleh Casing.
* Casing adalah lapisan benang pembentuk ban dan merupakan rangka dari ban yang menampung udara bertekanan tinggi agar dapat menyangga ban.
* Bead adalah bundelan kawat yang disatukan oleh karet yang keras dan berfungsi seperti angkur yang melekat pada Pelek.


Nah, sekarang cobalah kalian perhatikan ban mobil yang kalian temukan. Kira-kira masuk jenis ban yang mana ya?
(ben)

Cernak, 28 Februari 2010




Purnama (bag.1)


oleh Benny Rhamdani


Matahari bersinar terik. Tapi siapa yang peduli jika ada rejeki di bawahnya? Terutama bagi mereka yang mengais rupiah di perempatan jalan ibukota. Termasuk para bocah jalanan.


“Akulah makhluk Tuhan yang paling seksi ....” suara seorang anak perempuan tanpa nada dan ekspresi. Di kepalanya hanya ada harapan selembar ribuan melayang ke arahnya.

“Seksi dari Hongkong! Nyanyi lagu yang bener dikit dong!” teriak supir yang didekati anak perempuan itu. Dia memasukkan receh ke cangkir plastik yang disorongkan anak perempuan itu.

Anak perempuan itu langsung menyingkir karena lampu hijau akan segera menyala. Dihampirinya anak perempuan lain yang membawa tumpukan koran. Anak perempuan yang mengenakan jilbab lusuh.

“Pur, kayaknya aku mesti ganti lagu deh. Dari tadi diprotes orang mulu nih,” kata bocah perempuan pengamen.

Bocah perempuan yang dipanggil Pur cengengesan. “Makanya jangan merasa Wulan Jamila. Jadinya, kamu bisanya cuma nyanyiin lagu dia. Kamu itu kan Wulan Jamangi alias jarang mandi pagi,” ledek Pur.

“Yeee, malah ngeledek. Ajarain dong lagu-lagu yang lagi ngetop. Kamu cepat banget kalau menghapal lagu-lagu baru. Atau kita ngamen bareng aja lagi kayak dulu,” ajak Wulan.

“Nggak ah. Aku nggak mau ngamen lagi. Mendingan jualan koran sama majalah.”

“Ayolah. Nama kita berdua kan mirip. Aku Wulan artinya bulan, nama kamu Purnama artinya juga bulan. Cuma bulan yang bulat, persis pipi kamu tuh!”

“Nggak ah. Kata Kak Sarah, belum tentu orang yang ngasih ke pengamen itu ikhlas. Beda dengan kalau mereka beli sesuatu dari kita. Bisa koran, majalah atau dagangan asongan lainnya.”

“Kak Sarah lagi, Kak Sarah lagi. Kamu nurut banget sama Kak Sarah. Kayak dia ibu kamu aja.”

“Emang salah kalau aku anggap kak Sarah itu jadi ibu aku? Kak Sarah itu kan baik. Dia yang ngajarin kita di rumah singgah, mulai dari ngaji sampai membaca dan berhitung. Kak Sarah juga yang nganterin kita ke dokter kalo ada yang sakit, atau ngurus kita-kita kalau ada yang kena razia.”

“Iya, ambil deh Kak Sarahnya.”

“Kak Sarah juga bisa kok ngajarin nyanyi,” sambung Purnama.
Wulan tertawa. “Kak Sarah tuh kalau ngajarin nyanyi, lagunya nggak bisa dipakai ngamen. Masa kita ngamen pakai lagu Balonku, Bintang Kejora, Pemandangan. Memang sih ada lagu populer, tapi kebanyakan lagu agama Islam begitu. Atau malah salawat. Aku kan nggak tahu yang di mobil itu orang Islam atau bukan.”

“Tapi kan kamu orang islam.”

“Iya deh Bu Ustad. Udah ah, merah lagi tuh!”

Mereka kembali ke jalan. Mengais rejeki.

Ketika azan ashar berkumandang, Purnama meninggalkan perempatan jalan. Wulan menolak diajak berhenti.

“Lagi banyak yang ngasih ribuan nih,” kilahnya.

Purnama menyetorkan pendapatannya ke agen koran tak jauh dari perempatan jalan. Sisa koran dan majalah dia kembalikan. Pak Haji Hagi pemilik agen koran memberikan komisi untuk jerih payah Purnama.

“Besok datang pagi lagi ya, Pur. Soalnya, besok ada tabloid baru. Lumayan komisinya gede kalau laku,” kata Pak Haji Hagi.

“Insya Allah, Pak Haji.” Purnama pun pamit. Dia berjalan menelusuri jalan kecil menuju ke pemukiman padat. Sampai di depan sebuah bangunan dengan papan nama bertuliskan Rumah Singgah Pondok Cahaya, Purnama belok dan masuk ke halamannya.

“Assalammualaikum!” teriaknya begitu masuk.

“Waalaikumsalamwarohmatulahi wabarakatu.”

Orang-orang yang menjawab salam itu tetap sibuk dengna kegiatan mereka. Ada yang membaca, membenarkan tali gitar, menyetrika baju, sampai yang tiduran di lantai.

“Kak Sarah belum datang?” tanya Purnama ke teman sebayanya yang sedang menisik bajunya. Namanya Lastri.

“Katanya sih, hari ini nggak datang. Oh iya, tadi Bang Samsul ke sini,” kata Lastri. Bang Samsul yang dimaksud adalah supir kopaja. Dulunya, dia anak jalanan juga dan sering tinggal di rumah singgah. Tapi kemudian dia bekerja jadi kenek Kopaja, sampai akhirnya jadi sopir.

“Terus?”

“Dia ngasih tahu, bibi kamu yang di Warakas sakit keras, tapi nggak diurus suaminya. Kalau bisa kamu nengok bibi kamu itu, bawa duit kalo perlu.”

“Oh...” Purnama terdiam. Dia jadi teringat bibinya yang sudah lama tidak menemuinya,
Dulu, Purnama tinggal bersama bibinya sejak ibunya meninggal. Tapi bibinya kemudian menikah dengan seorang satpam pabrik dan tinggal di kawasan Warakas. Karena tak tahan suami bibinya itu suka memukul, Purnama kabur dan menjadi anak jalanan.

“Aku akan ke sana sehabis shalat ashar,” kata Purnama sambil berjalan ke sebuah kamar.

Rumah singgah itu terdiri dari dua lantai. Lantai atas untuk anak perempuan, lantai bawah untuk anak lelaki. Setiap lantai ada tiga kamar tidur. Para penghuni rumah singgah mendapatkan satu lemari untuk menyimpan pakaian mereka. Namanya rumah singgah, jarang yang bertahan lama di kamar itu. Apalagi ada sederet aturan yang harus dipatuhi. Termasuk jadwal tidur dan bangun. Jarang sekali anak jalanan yang suka aturan begitu.

Usai mandi dan shalat ashar, Purnama pamit hendak menuju ke Warakas. Jarkanya lumayan jauh. Purnama kini tinggal di kawasan Jakarta Selatan, sementara Warakas ada daerah Tanjungpriok, Jakarta Utara.

Purnama harus naik bis kota sampai ke terminal Tanjungpriok. Baru kemudian berganti angkot.

Sudah mendekati magrib ketika tiba di terminal Tanjungpriok. Purnama agak bingung mencari angkot karena sudah lama dia tidak ke terminal itu. Apalagi, sepertinya ada perubahan susunan angkot.

“Heh! Mau kemana?”

Purnama menoleh. Dua anak lelaki belasan tahun memanggil dan mendekatinya.

“Sini dulu bentar!” anak lelaki yang hitam dan berambut merah menahan lengan Purnama.

“Lepasin!”

“Tasnya ke siniin!”

“Enak aja! Jangan!”

Breet! Si rambut merah berhasil menarik tas Purnama. Dia bersama temannya langsung berlari meninggalkan terminal.

Purnama tidak mau menyerah. Dia mengejar mereka. Di tas itu ada uang dua ratus ribu untuk bibinya. Biar bagaimanapun tas itu harus direbut kembali.

Mereka ada di seberang jalan!

Purnama bermaksud mengejarnya. Dia menyeberangi jalan tanpa lebih dulu melihat kendaraan yang melaju di kanannya.

Ngiiikkkk ....

(bersambung)

Friday, February 19, 2010

Cernak, 21 Februari 2010







Hari Pertama

Oleh Benny Rhamdani

Hari pertama di tahun ajaran baru. Semua yang aku pake baru. Mulai dari tas sampai celana dalam. Udah tradisi Bunda ngebeliin yang baru-baru setiap tahun ajaran baru. Jadinya kayak rutinitas tahunan. Yang nggak baru hanyalah sarapannya. Tetap nasi goreng.

Oke, aku nggak mau masalahin nasi goreng. Sebelum-sebelumnya, Bunda suka bergantian antara nasi goreng, nasi uduk dan mie instant. Tapi mie instant paling dulu dieliminasi dari awal. Usulan pertama datang dari abang aku yang menyandang gelar Mr Komplen Every Year.

"Mie instant nggak bagus buat pencernaan. Merusak usus dan lambung," begitu kata David.

Aku setuju bukan karena alasan David. Tapi Bunda itu selalu kelamaan kalo masak mie instant. Akhirnya yang dihidangkan adalah bubur mie. Kalo nasi jadi bubur masih enak dimakan. Kalo mie jadi bubur ... yiaks!

Daftar sarapan yang dicoret kedua adalah nasi uduk. Jelas ini bukan Bunda yang bikin. Kami harus membelinya di sebuah rumah di dalam gang. Pembelinya antri sampai ada yang berencana bikin tenda semalam sebelumnya agar kebagian. Penjualnya bernama Pak Marjuki. Itu sebabnya nama warung nasi uduknya dikasih nama Warung Nasi Uduk Shah Rukh Khan.

Suatu pagi aku disuruh beli sama Bunda. Maka aku ngajak adik cewek aku yang koleksi boneka Barbie sampe babi. Nama adikku Karina. Nanti deh aku ceritain soal Karina ini.

"Kak, aku punya teka-teki nih," kata Karina ketika kami antri untuk mendapatkan lima bungkus nasi uduk.

"Apaan?"

"Benda apa yang paling enak buat menggaruk betis berbulu yang kudisan?"

"Hmm, apa ya? Ya pasti jari dong."

"Salah. Yang benar adalah centong nasi uduk. Lihat aja tuh!"

Wuaaaaa! Aku langsung mundur dari antrian begitu melihat ke arah Pak Marjuki. Rupanya kakinya eksim. Dan sesekali kalo gatal, dia menggaruknya dengan centong nasi uduk.

Aku langsung mengusulkan kepada Bunda untuk mencoret nasi uduk dari daftar sarapan. Karina sempat protes, karena menurutnya nasi uduk Pak Marjuki adalah sarapan paling enak di dunia.

"Kita udah makan 179 bungkus nasi uduk Pak Marjuki, nggak pernah sembelit atau diare. Masa masih dibilang nggak higienis?" protes Karina. tapi nggak ada yang menggubrisnya.

Akhirnya, selama beberapa hari dia marah sama aku. Dia mogok ngasih teka-teki yang biasanya sehari bisa seratus kali.

Sejak saat itulah sarapan kami hanya nasi goreng. Padahal aku mau juga makan corn flake kayak di film-film Hollywood yang suka ada hadiahnya. Kali aja aku dapat hadiah pencabut bulu idung.

Setelah sarapan, ritual berikutnya adalah perpisahan dengan Bunda. David ke kampus pake motornya, Karina ke playgroup diantar Baginda dan aku ke sekolah berjalan kaki. Hiks. Ya jalan kaki. Karena jarak sekolah aku deket banget sama rumah. Itu sebabnya uang jajan aku paling sedikit di kelas karena nggak ada uang transport. Bahkan, Bunda kadang nggak ngasih uang jajan sama sekali.

"Istirahat pulang aja. Bisa makan dan minum di rumah," petuah Bunda.

Tapi aku nggak pernah mau pulang ke rumah saat istirahat. Mendingan jajan di kantin karena di sana ada jajanan favorit aku yakni ketoprak. Ketoprak di kantin sekolah aku beda dengan ketoprak lainnya. Selain bihunnya yang berwarna pink, tahunya juga berwarna merah, dan ketupatnya yang kejingga-jinggaan.

Karena belum waktunya istirahat di kantin, aku ceritain dulu hari pertama di kelas baru.

Seperti biasa semua saling rebutan tempat duduk. Aku suka banget duduk deket dinding yang ada jendelanya. Biar kalo buang angin bisa ketiup langsung keluar jendela dan nggak menyebabkan global warming. Tapi dari 41 anak, belum ada yang mau duduk sebangku sama aku. Irfan yang sebelumnya sebangku sama aku, disuruh ibunya sebangku sama Arif.

Aku sih ogah sebangku dengan Arif. Kami menjulukinya si Selalu Ingin Duduk di Depan dan Tuan Mencari Muka Guru. Aku menambahkannya si Nempel Terus. Soalnya dia tidak pernah bergeser dari duduknya jika pelajaran kosong sekalipun. Sementara siswa lainnya rebutan ngacir ke kantin, atau ada yang ngorok di lantai kelas.

"Biar nggak ada guru, bukan berarti kita nggak belajar," begitu katanya sambil mencatat kegiatan setiap siswa selama pelajaran kosong dan melaporkannya ke kepala sekolah saat pulang nanti.

Begitu bel masuk berbunyi, kami menebak-nebak murid baru yang akan masuk kelas. Tahun lalu Irfan adalah murid baru. Tahun ini aku nggak tahu karena nggak pernah ada beritanya di televisi. Lagipula aku kan cuma nonton Naruto sama si Aang di teve. Bukan berita.

Semenit kemudian, wali kelas kami, Pak Biar masuk. Nama aslinya Pak Suwito Suko Duito. Tapi karena dia selalu mengucapkan kata 'biar' setiap kali ngomong, kami memanggilnya Pak Biar.

"Biar kalian terus semangat, kalian akan mendapat teman baru. Kalian harus menerimanya biar dia betah belajar di sini. Biar kalian kenal, bapak kasih tahu namanya adalah Jason," kata Pak Biar sambil menunjuk ke pintu. Seperti presenter kuis mengantar tamunya masuk.

Masuklah seorang anak cowok. Pak Biar kemudian meminta Jason memperkenalakan dirinya. Caranya ngomong, mengingatkan aku pada Cinta Laura versi cowok.

"Hai, I'm Jason. Shaya cinggal di Pondyok Cyabeh ....." Hihihihi.... Kayaknya cuma aku aja yang kegelian. yang lain masih terpesona sama kebuleannya.

Pak Biar meminta Jason duduk sebangku sama aku. Aku tersenyum menyambut kedatangannya. Baru beberapa menit, aku melihat mukanya berubah pucat. Hm, jangan-jangan dia takut dikerjain karena murid baru.

Aku mengambil kertas dan menuliskan kalimat: "Kau nggak usah tegang. Murid baru di kelas ini nggak akan dikerjain."

Jason membalas menulis di bawahnya: "Aku nggak takut dikerjain."

Aku membalas di bawahnya: "Terus, muka kau kenapa pucet?"

Jason membalas panjang:"Perut aku mules banget. Gara-gara tadi makan nasi goreng buatan Mami. Kepedesan."

Aku langsung membalas:"Kantongin batu aja. Ampuh kok. Nih aku kasih."

Aku menyodorkan batu kecil yang emang aku simpen di kolong meja buat kalo-kalo perut aku mules karena ngelihat muka Arif. Jason pun memasukkan tuh batu ke kantong celana.

Semenit kemudian Jason menulis :"Heran. Kok bisa ilang ya mulesnya? Terima kasih ya."

Aku buru-buru menjawab: "Nggak ngerti aku juga. Sukur deh kalo ilang mulesnya."

Aku sih nggak tahu emang mujarab atau nggak tuh cara, tapi hari ini aku punya dua catatan penting:

1. Berterima kasih kepada Bunda yang seumur hidup belum pernah bikin aku mules karena nasi gorengnya.

2. Sedia batu sebelum mules.

Cernak, 21 Fabruari 2010

Roti, Ditemukan Tidak Sengaja

Kalian suka makan roti? Ya, tentu saja. Tapi tahukah kalian bahwa roti itu punya sejarah yang panjang? Yuk kita baca bareng!


Beribu tahun yang lalu, manusia hidup mengembara, sambil berburu dan mencari yang bisa dimakan. Tadinya bulir gandum mereka kunyah begitu saja. Uh, keras! Jadi, mereka tumbuk dan beri air sepaya lembek, Adonan yang tersisa mereka jemur sampai kering untuk bekal perjalanan. Lalu mereka tahu, makanan menjadi lebih enak kalau dibakar. Jadi, adonan gandum mereka pipihkan di permukaan batu yang dipanaskan dengan api.

Sekitar 4.600 tahun yang lalu, di Mesir ada orang lupa mengeringkan adonan tepung. Adonan itu meragi. Setelah dibakar, rasanya lebih empuk dan lebih enak, Sejak itu, mereka sengaja meragikan dulu adonan tepung supaya mengembang. Roti masa itu belum seempuk dan seenak sekarang. Membuatnya pun menjijikkan. Tepung, air, dan adonan ragi dicampur lalu diinjak-injak oleh para budak. Namun roti tidak lagi dibakar di api terbuka, tetapi di dalam tungku primitif berbentuk kerucut. Masa itu para pekerja Mesir bukan diupah dengan uang, tetapi dengan roti. Sampai sekarang, dalam bahasa Inggris pencari nafkah disebut breadwinner, orang yang berjuang untuk mendapat roti.

Kata roti sering dipakai untuk menggantikan kata rezeki. Sampai sekarang, roti tradisional di Timur Tengah, India, dan Afrika masih pipih. Roti kemudian menjadi makanan pokok di pelbagai bagian dunia.
Pembuatan roti terus berkembang. Kita mengenal pelbagai macam, bentuk, dan rasa roti. Di Indonesia kita biasa makan roti tawar yang empuk, putih, berbentuk kotak, dan kulitnya tipis. Orang Francis menyukai roti panjang dan langsing seperti tabung, kulitnya tebal, dalamnya empuk. Orang Jerman dan Rusia menyukai roti dari gandum rye.

Roti Lapis

Sandwich atau roti lapis adalah makanan berupa dua potong roti yang menjepit daging, sayuran, keju atau berbagai teman makan roti dan biasanya diberi bumbu atau saus sehingga rasanya menjadi lebih enak. Berbagai jenis roti bisa digunakan untuk sandwich dan bergantung pada isi, permukaan roti biasanya dioles sedikit mayones, mentega, margarin atau minyak zaitun yang berfungsi sebagai perekat dan penambah aroma.


Di negara dengan penduduk yang bukan pemakan nasi, sandwich biasanya dibawa ke sekolah atau ke kantor di dalam kotak yang disebut lunchbox atau di dalam kantong kertas berwarna coklat yang disebut brown bag (sandwich bag) untuk dinikmati sebagai makan siang.
Sandwich juga dibawa sebagai makanan praktis sewaktu piknik, mendaki gunung atau sekadar jalan-jalan. Di rumah, sandwich dinikmati sebagai cemilan atau pelengkap makanan utama.

Jika dimakan di rumah sebagai makanan utama, sandwich biasanya ditemani makanan pendamping seperti sup (soup-and-sandwich), selada (salad-and-sandwich), keripik kent
ang, kentang goreng, asinan ketimun), atau selada kol. Nama sandwich bergantung pada isi yang dijepit oleh potongan roti, sehingga ada egg sandwich (sandwich isi selada telur), peanut butter and jelly sandwich (sandwich isi selai kacang dan jelly), bacon and cheese sandwich (sandwich isi bacon dan keju), dan BLT sandwich (sandwich isi bacon, lettuce dan tomat).

Sandwich biasanya merupakan makanan dingin walaupun ada juga sandwich yang dinikmati hangat-hangat seperti grilled cheese (roti bakar isi keju).
Sandwich umumnya menggunakan potongan roti tawar, tetapi sandwich di Amerika Serikat banyak menggunakan berbagai jenis roti seperti bread roll dan focaccia. Sub atau submarine sandwich seperti dijual di restoran siap saji Subway dan hamburger juga disebut "sandwich" walaupun tidak menggunakan potongan roti tawar.

Di Skandinavia ada makanan yang disebut "open sandwich" yang hanya menggunaka
n sepotong roti. Daging, ikan, atau keju diletakkan begitu saja di atas sepotong roti. Model sandwich dengan sepotong roti juga dikenal di Rusia sebagai buterbrod. Di Inggris, butty (bentuk jamak: butties) dan sarny (bentuk jamak: sarnies) adalah sebutan untuk sandwich dalam bahasa slang. Sandwich dengan isi bacon dan mentega (butter) disebut butty walaupun ada butty yang menggunakan mayones dan bukan mentega. Sandwich berisi kentang goreng disebut chip butty. Di Skotlandia, sandwich disebut pieces.

Sandwich diambil dari nama Earl of Sandwich IV, seorang aristokrat Inggris abad ke-18 yang merupakan penggemar main kartu kelas berat. Earl of Sandwich IV ingin terus bermain kartu tanpa harus berhenti untuk makan, sehingga daging yang dijepit dua potong roti dijadikan makanan praktis yang bisa dimakan dengan sebelah tangan sambil bermain kartu. Earl of Sandwich IV berasal dari kota Sandwich di Inggris. Dalam bahasa Inggris kuno, Sandwic berarti "tempat berpasir."

Museum Roti


Di Portugal, pembuat roti merupakan simbol kemerdekaan nasional, dan lebih dari 100 jenis roti telah dibuat. Barangkali, tidak mengejutkan jika dibuat satu museum yang diperuntukkan bagi makanan itu menjadi daya tarik utama. Bangunan tiga lantai di daerah pegunungan di dekat Seia, kota yang terletak sekitar 350 kilometer sebelah timurlaut Lisabon itu, menerima lebih dari 300.000 pengunjung sejak dibuka pada September 2002.

Ribuan pengunjung lainnya makan di restorannya yang dihiasi dengan seni yang terbuat dari roti yang dipernis. Dari restoran itu, para pengunjung bisa melihat Serra da Estrela, jajaran gunung tertinggi di Portugal dan lokasi satu-satunya daerah ski di negara itu. Sebagian besar pengunjung museum yang dikelola swasta itu adalah orang Portugal, disusul wisatawan dari Spanyol, Prancis, Denmark, dan Belanda. Kelompok-kelompok siswa merupakan bagian terbesar dari seluruh pengunjung.

Museum tersebut, yang menempati areal lebih dari 3.500 meter persegi, juga memamerkan tradisi tertua pembuatan roti di Portugal, dari peralatan yang digunakan saat menaburkan gandum sampai lagu puji-pujian selama penggilingan biji padi.

Satu bagian khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak menonjolkan boneka-boneka animasi yang terbuat dari adonan. Boneka-boneka itu memeragakan bagaimana roti dibuat di masa lalu. Para pengunjung juga diizinkan membuat suvenir dari roti yang bisa dibawa pulang.

''Anak-anak yang meninggalkan tempat ini dipastikan terkena tepung terigu,'' kata pemandu wisata Dina Cruz.

Roti, yang terbuat dari bahan sederhana yang dibakar di oven batu atau batu bata dan memiliki lapisan gelap dan bagian dalam kenyal sehingga menjadi roti jagung yang dikenal dengan ''broas'', merupakan bagian penting dari diet Portugal. Disajikan bersama hidangan lain, roti juga merupakan bahan utama dalam beberapa makanan pembuka dan penutup populer.


(ben)

Friday, February 05, 2010

cernak 7 Februari 2010


Misteri Kereta Hantu


Liburan kali ini aku berkunjung ke rumah sepupuku, Andri. Tempatnya di sebuah kota kecil bernama Stasiun Lama. Mengapa disebut demikian? Karena memang di sana ada stasiun kereta api yang berdiri sejak jaman Belanda.


Saat aku pertama tiba di kota sepupuku itu, yang pertama ingin kulihat adalah stasiun itu. Wah, ternyata hanya stasiun kereta api kecil yang sudah lama tak terawatt. Maklum stasiun keretanya sudah tidak dipakai.


“Bahkan sudah puluhan tahun rel kereta apinya tidak dipakai,” jelas Andri.


Stasiun kereta api tidak dipakai karena ada jalur lintasan kereta api baru yang lebih ramai, sehingga didirikan pula stasiun baru. Jarakanya sepuluh kilometer dari stasiun lama.


Saat tiba di rumah Andri, aku juga baru tahu bahwa jalur kereta api yang lama tak begitu jauh letaknya. Hanya terseling oleh hamparan ladang tebu.


“Meskipun lintasan itu tidak dipakai, belakangan ini masyrakat resah oleh adanya kereta api hantu yang melintas di malam hari,” kata Andri.


“Maksudmu?” Tanya heran.


“Iya, Peter. Harusnya kan rel kereta api itu tidak dipakai lagi. Tapi kalau malam kami kadang mendengar suara kereta api lalu melihatnya melintas, lalu menghilang,” kata Andri.


Kok kedengarannya aneh ya?


Malamnya aku berusaha tidur tak nyanyak agar bias membuktikan kereta api hantu itu. Tapi sampai fajar aku tak mendengar suara apapun di luar selain bunyi katak dan serangga.


Keesokan harinya aku minta diantar melihat jalur kereta api. Ketika kuamati ternyata jalur itu belum rusak. Masih bias dilewati kereta.


“Lihat, ini ada ranting patah yang terlindas kereta mungkin dua malam lalu,” kata Andri.


Aku memeriksanya. Iya betul.


“Bagaimana kalau kita susuri rel kereta ini?” ajakku.


“Ujung rel kereta ini buntu sampai di ujung sebuah gudang tua. Ayo kuantar melihatnya,” kata Andri.

Kami pun berjalan. Lumayan jauh. Tapi tak terasa karena aku suka dengan pemandangan di sisi rel kereta. Ladang tebu dan juga palawija. Baulah menjelang gudang tua kami harus melewati semak belukar.


“Naaah!”


Aku terkejut karena tiba-tiba di depan kami muncul orang berpakaian compang-camping dan bertingkah aneh.


“Lariii!” ajak Andri.


Aku ikut lari tak ketika tahu orang itu tidak mengejar aku berhenti. “Kenapa?”


“Dia orang gila. Namanya Pak Saimun.”


Aku memerhatikan orang itu. Dia memang seperti orang gila. Tapi aku yakin dia tidak gila. Aku pun berbalik mendekati orang itu.


“Hallo, Pak Saimun. Selamat pagi. Apa kabar?” sapaku.


Pak Saimun tersenyum. “Kenapa kamu tidak takut seperti anak-anak lainnya?” Tanya Pak Saimun.


“Karena Pak Saimun orang baik.”


Andri menghampiriku. Dia mulai berani mendekati Pak Saimun.


Akhirnya kami ngobrol. Pak Saimun ternyata bukan orang gila seperti yang dituduh penduduk desa. Dia hanya tidak pernah memerhatikan penampilannya. Sebenarnya dia dulunya seorang insinyur, tapi suatu hari ia dan keluarganya kecelakaan di lintasan kereta api. Semua keluarganya meninggal. Hanya Pak saium yang selamat. Pak Saimun jadi stress. Untunglah tak lama.


“Setelah itu saya banyak membuat penelitian. Saya sedang membuat kereta api yang aman buat pengendara mobil juga,” kata Pak Saimun.


Andri pasti tidak percaya. Dipikirnya pasti Pak Saimun menghayal. Tapi aku percaya.


“Tempat percobaan Pak Saimun di mana?” tanyaku.


“Di gudang tua itu. Ayo ikut bapak,” ajak Pak Saimun.


Kami pun mengikuti Pak Saimun. Ketika masuk gudang, aku takjub melihat sebuah lokomotif yang sepertinya masih bias dijalankan.


“Kadang kalau malam, bapak melakukan test dengan lokomotif ini untuk percobaan. Soalnya kalau malam banyak yang jalan-jalan di rel kereta lama itu,” jelas Pak Saimun.


Ooooh, sekarang sudah jelas. Jadi kereta api hantu itu tidak ada. Yang ada adalah lokomotif percobaab Pak Saimun. Andri juga tersenyum, baru menyadari perkiraannya keliru.


Akhirnya aku banyak bertanya pada Pak Saimun tentang kereta api. Pengetahun Pak Saimun sangat luas. Pantas saja kalau dia sibuk meneliti.


Setelah lama berbincang aku dan Andri pulang. Sekarang kami tidak perlu takut dan penasaran dengan kereta api hantu lagi. Itu bukan hantu kok!


^_^

Thursday, February 04, 2010

Hore, 07 Februari 2010

6 Masjid Unik di Indonesia


Masjid Muhammad Cheng Hoo dibangun atas gagasan H. M. Y. Bambang Sujanto dan teman-teman Pembina Imam Tauhid Islam (PITI). Pembangunannya dimulai tanggal 15 Oktober 2001 bertepatan dengan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Pada tanggal 13 Oktober 2002 proses pembangunan selesai dan masjid sudah dapat digunakan untuk beribadah. Masjid diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia (Bapak Prof. Dr. Said Agil Husain Al-Munawar, MA.) pada tanggal 28 Mei 2003.

Kompleks Masjid Muhammad Cheng Hoo dibangun di atas tanah seluas 3.070 meter persegi. Rancangan awal Masjid Muhammad Cheng Hoo di Surabaya diilhami dari bentuk Masjid Niu Jie di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi. Masjid ini dibangun dengan konsep tanpa pintu sebagai simbol keterbukaan. Siapa pun, dari etnis apapun, berhak menggunakan masjid ini untuk beribadah. Masjid ini diharapkan dapat menjembatani segala perbedaan dalam masyarakat Indonesia.

Secara keseluruhan Masjid Muhammad Cheng Hoo berukuran 21 x 11 meter, dengan bangunan utama 11 x 9 meter. Pada sisi utara dan selatan bangunan utama terdapat bangunan pendukung yang lebih rendah daripada bangunan utama. Ukuran 11 meter pada bangunan utama masjid diambil dari ukuran panjang/lebar Ka'bah saat pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim AS. Sedangkan ukuran 9 meter inspirasinya didapat dari sejarah Walisongo yang melaksanakan syi'ar Islam di tanah Jawa. Masjid Muhammad Cheng Hoo mampu menampung hingga 200 orang jamaah.

Arsitekturnya yang menyerupai bangunan kelenteng adalah gagasan untuk menunjukkan identitas sebagai muslim Tionghoa di Indonesia dan untuk mengenang leluhur warga Tionghoa yang mayoritas beragama Buddha. Bagian atas dari bangunan utama bertingkat 3 dari pengaruh Hindu Jawa. Bentuknya menyerupai pagoda, berbentuk segi 8 (pat kwa). Angka 8 dalam bahasa Tionghoa disebut Fat yang berarti jaya dan keberuntungan. Anak tangga di bagian serambi masjid berjumlah 5, representasi rukun Islam. Sedangkan anak tangga di bagian dalam masjid berjumlah 6, representasi rukun iman.

Pada bagian depan bangunan utama terdapat ruangan yang dipergunakan oleh imam untuk memimpin sholat dan khotbah yang sengaja dibentuk seperti pintu gereja, ini menunjukkan bahwa Islam mengakui dan menghormati keberadaan Nabi Isa AS sebagai utusan Allah yang menerima Kitab Injil bagi umat Nasrani. Juga menunjukkan bahwa Islam mencintai hidup damai, saling menghormati dan tidak mencampuri kepercayaan orang lain.

Warna dominan pada bangunan masjid: merah, kuning, biru dan hijau. Dalam kepercayaan Tionghoa, warna merah adalah simbol kebahagiaan, warna kuning adalah simbol kemashyuran, warna biru adalah simbol harapan, dan warna hijau adalah simbol kemakmuran.

Pada sisi utara masjid terdapat relief Muhammad Cheng Hoo bersama armada kapal yang digunakannya dalam mengarungi Samudera Hindia. Relief ini memiliki pesan kepada muslim Tionghoa di Indonesia pada khususnya agar tidak risih dan sombong sebagai orang Islam. Orang Tionghoa menjalankan ajaran Islam bukanlah merupakan hal yang aneh atau luar biasa. Hal itu adalah wajar, karena 600 tahun yang lalu pun sudah ada laksamana Tionghoa yang taat menjalankan ajaran Islam bernama Muhammad Cheng Hoo. Beliau juga turut mensyi'arkan agama Islam di tanah Indonesia.

Fasilitas yang ada di dalam kompleks Masjid Muhammad Cheng Hoo antara lain: kantor, sekolah TK, lapangan olah raga, kelas kursus bahasa mandarin dan kantin. Fasilitas tersebut disediakan demi kenyamanan beribadah dan untuk mempererat tali silaturahmi sesama umat. Selain itu banyak juga kegiatan sosial yang diselenggarakan PITI mengambil tempat di kompleks masjid ini, beberapa diantaranya: distribusi sembako murah, donor darah, serta pengobatan akupunktur.



Masjid An Nurumi merupakan masjid kecil di tepi jalan Jogja-Solo dengan arsitektur cukup unik. Kubah atapnya mirip bangunan di Moscow, Russia. Kubahnya berbentuk aneh dan berwarna-warni. Mesjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Kremlin. Ada juga yang menjuluki Masjid Permen, sebab kubahnya warna-warni mirip permen lolipop.




Masjid Menara Kudus disebut juga sebagai mesjid Al Aqsa dan Mesjid Al Manar adalah mesjid yang dibangun oleh Sunan Kudus. Keunikan dari bangunan masjid ini adalah menara berbentuk candi bercorak Hindu Majapahit. Bentuk arsitekturalnya yang sangat khas untuk sebuah menara masjid itulah yang menjadikannya begitu mempesona. Keunikan lainnya, mesjid ini dibangun dengan menggunakan batu dari Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Mesjid ini terletak di kabupaten Kudus, Jawa Tengah.



.

Masjid Nurul Yakin atau lebih dikenal dengan sebutan masjid Sewu (seribu) memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan masjid lainnya karena mesjid ini memiliki seribu pintu. Masjid seribu ini menjadi salah satu tempat paling menarik bagi wisatawan. Tak hanya wisatawan lokal tapi wisatawan asing. Mesjid ini terletak di Kp.Bayur Tangerang.



Masjid yang terletak di sebuah gang kecil yang terapit oleh Apartemen Casablanca, Jakarta ini aslinya bernama Al Munada Darrusalam. Mesjid ini lebih dikenal sebagai masjid perahu karena di samping masjid itu terdapat bangunan beton yang menggambarkan sebuah perahu raksasa. Bangunan berbentuk perahu tersebut difungsikan sebagai tempat wudhu untuk kaum muslimat, sementara untuk kaum muslimin berada pada sisi yang berbeda. Suatu keunikan yang tak dimiliki oleh masjid-masjid lainnya.



Masjid Cipari atau A-Syuro, adalah salah satu masjid tertua di Garut, Jawa Barat. Bentuk bangunan mesjid ini cukup unik karena mirip bangunan gereja dengan bentuk bangunannya yang memanjang dengan pintu utama persis ditengah-tengah nampak muka bangunan, juga keberadaan menaranya yang terletak di ujung bangunan persis diatas pintu utama. Masjid Cipari ini juga memiliki sejarah perjuangan, karena dahulu digunakan sebagai basis perjuangan rakyat dan tentara.