Tuesday, June 30, 2009

Cernak, 5 Juli 2009


Pedang Princess Mayra


Oleh Benny Rhamdani


Princess Mayra sagat suka bermain pedang. Sejak kecil, dia senang melihat para prajurit berlatih pedang. Hingga akhirnya dia minta dibuatkan pedang kayu. Saat tumbuh remaja dia minta kepada Raja untuk diajarkan berpedang.


“Ayahanda, izinkan aku belajar pedang sungguhan,” pintanya.


“Puteriku, tanganmu yang indah itu sebaiknya digunakan untuk memegang kain sutera, bukan senjata,” kilah Baginda Raja.


“Tapi aku ingin sekali bisa berpedang sungguhan,” bujuk Princess mayra.


Raja pun tak kuasa menolaknya. Di meminta Panglima Farhan mengajarkan Princess Mayra bermain pedang.


Ternyata Princess Mayra dapat bermain pedang dengan sangat baik dan cepat. Dia bahkan mampu mengalahkan para prajurit saat berlatih pedang. Termasuk prajurit kerajaan sekalipun.


Sayangnya, Princess Mayra merasa kurag puas hanya berpedang saat latihan.


“Aku ingin berpedang secara sungguhan,” kata Princess Mayra.


“Wilayah kerajaan kita ini aman, tak pernah ada perang ataupun kerusuhan. Jadi, prajurit pun belum pernah berpedang secara sungguhan,” jelas Panglima Farhan.


“Kalau begitu, pikirkanlah bagaimana caranya agar aku bisa berpedang sungguhn,” pinta Princess Mayra.


Panglima Farhan kemudian meminta waktu untuk berpikir. Diam-diam, dia kemudian berbicara dengan Bagainda Raja tentang sebuah rencana.


Keesokan harinya, Princess Mayra menemui Panglima Farhan.


“Bagaimana? Apakah sudah ada rencana untukku?” Tanya Princess mayra.


“Ya, Princess Mayra. Di hutan sebelah selatan kami mendengar ada gerombolan kerusuhan. Pergilah dengan para prajurit ke sana,” kata Panglima Rangga.


Princess Mayra senang mendengarnya. Kini, aku dapat berpedang sungguhan, katanya dalam hati. Dia pun pergi ke hutan selatan dengan beberapa prajurit.


Princess Mayra tak menduga perjalanan ke hutan selatan sagat berat. Dia harus menggunakan pedangnya untuk menebangi pepohonan yang menghalangi. Bahkan satu ketika, dia bertemu seekor ular besar.


Princess Mayra pun mengayunkan pedangnya mengusir ular itu. Begitu ular itu menjauh, datang mendekat seekor harimau ganas. Princess mayra sedikit ketakutan kali ini. Untunglah para prajurit bertombak membantunya mengusir harimau itu.


Sampai ketika masuk hutan, rombongan Princess Mayra mulai menghadapi kejadian misterius. Satu per satu prajurit hilang di balik semak-semak.


“Apa yang terjadi?” pikir Princess Mayra.


Akhirnya, Princess Mayra berada sendiri di tengah hutan. Dia mulai menyadari kekuatannya yang melemah.

Bruk!


Tahu-tahu di depan Princess Mayra berdiri seorang lelaki bertutup muka.


“Siapa kau?” tanya Princess Mayra sambil mengacungkan pedangnya.


“Aku adalah Satria Hutan,” katanya.


“Oh, jadi kau kepala pengacau itu? Bagaimana kalau kita bertanding pedang? Kalau kau kalah, maka harus menyerahkan diri ke istana dengan pasukanmu,” kata Princess Mayra.


“Baik. Tapi kalau kau kalah, maka kau harus berhenti memegang pedang untuk selamanya,” pinta Satria Hutan.


“Baiklah. Lawan aku kalau begitu,” tantang Princess Mayra.


Mereka pun mulai mengambil kuda-kuda. Tak lama kemudian Princess mayra mulai menyerang. Satria Hutan berusaha menghindari atau menagkis serangan itu. Karena terus meyarang, tenaga Princess Mayra terkuras habis. Dia jadi lemah.


Trang!


Dengan satu kebatan, Satri hutan bias membuat pedang di tangan Princess Mayra kemudian terlepas. Jadilah Princess Mayra tanpa senjata. Tentu saja Princess Mayra kaget. Dia selama ini merasa dirinya paling jago berpedang. Tak akan ada yang bisa mengalahkannya. Tapi ternyata …


“Sekarang kau sudah kalah. Aku harap kau pulang ke istana dan tak pernah lagi memegang pedang seperti janjimu. Dan aku berjanji pula tidak akan membuat kerusuhan di kerajaan ini untuk selamanya,” kata Satria Hutan.


Princess Mayra pun melaksanakan janjinya. Dia pulang tanpa pedangnya dengan kuda yang tersisa. Sejak itulah Princess Mayra lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar ilmu tentang tumbuhan dan hewan di hutan.


Princess Mayra sebenarnya ingin tahu siapa sebenarnya sosok di balik penutup wajah Satria Hutan.


Beberapa tahun kemudian barulah Baginda Raja memberi tahu bahwa Satri Hutan adalah Panglima Farhan, guru pedang Princess Mayra.


“Aku ingin memberimu pelajaran berharga agar tak bersikap tinggi hati ketika memeiliki satu keahlian,” kata Baginda Raja.


Princess Mayra tak marah mendengarnya. Soalnya, Princess Mayra sudah melupakan kesukaannya berpedang. Lagi pula, dia berpikir masih banyak yang lebih penting untuk dipelajarinya.

^-^

Thursday, June 25, 2009

Cernak, 28 Juni 2009


Senyum Princess Chawla


oleh Benny Rhamdani


Suatu hari Princess Chawla sakit gigi. Padahal Princess Chawla selalu membersihkan giginya setiap habis makan dan sebelum tidur.


“Mengapa gigiku masih sakit juga, ya?” gumam Princess Chawla sambil menahan rasa sakitnya.


Princess Chawla belum memberitahukan sakitnya kepada siapa pun pada pagi harinya. Namun, karena saat sarapan dia tidak menyentuh makanannya, Ratu pun keheranan.


“Mengapa kamu tidak makan sarapanmu, puteriku?” tanya Ratu.


“Aku belum lapar,” jawab Princess Noura.


“Kalau begitu minumlah jus yang sudah dibuat agar kamu tidak lemas,” saran Ratu.


Princess Chawla pun meneguk jus buah yang disediakan. Keningnya berkerut ketika sedikit rasa masam mengenai gigi yang sakit.


“Apakah jusnya terlalu masam?” tanya Ratu melihat ekspresi Princess Chawla.


“Tidak. Tetap enak seperti biasanya,” jawab Princess Chawla sambil memaksa tersenyum.


Princess Chawla kemudian kembali ke kamar. Dia berusaha menahan rasa sakit giginya yang terus datang. Tidak biasanya Princess Chwala mengurung diri di kamar pada pagi hari. Hal ini membuat Ratu curiga.


Ratu pun memasuki kamar Princess Chawla. Dia mendapatkan puterinya sedang menahan sakit gigi hingga menitikkan air matanya.


“Puteriku, apakah gigimu sakit?” tanya Ratu.


Princess Chawla hanya sanggup mengangguk.


Ratu pun segera memanggil tabib gigi untuk memeriksanya. Ternyata hasilnya sungguh mengejutkan.


“Ada gigi geraham yang tumbuh melintang. Jika dibiarkan akan merusak gigi di sebelahnya. Jalan satu-satunya harus mencabut gigi itu,” kata Tabib Gigi.


“Jika dicabut, berarti nanti geraham Princess Chawla akan ompong selamanya ya?” tanya Ratu.


Princess Chawla kaget campur bingung. Dia tidak pernah membayangkan giginya ompong di saat masih belia.


“Iya. Tapi akan kubuatkan gigi palsu untuk menggantikannya. Kuyakin bentuk giginya akan sebagus gigi asli,” kata Tabib Gigi.


Karena Princess Chawla tak kuat lagi menahan sakit ggiginya, maka dia menuruti saran Tabib Gigi. Setelah diberi ramuan penghilang rasa sakit, keesokan harinya Tabib Gigi mencabut gigi geraham Princess Chawla.


Hal pertama yang dilakukan Princess Chawla ketika selesai dicabut giginya adalah bercermin. Di memerhatikan geliginya dari cermin.


“Ternyata orang tidak bisa melihat gigiku ompong jika tidak dari dekat,” kata Princess Chawla yang sudah tidak sakit gigi lagi.


“Soalnya gigi yang dicabut letaknya di bagian belakang,” kata Tabib Gigi.


Meskipun demikian, Princess Chawla masih enggan bertemu banyak orang. Dia juga malas membuka mulutnya karena khawatir orang tahu giginya ompong. Setelah beberapa hari kemudian gigi palsunya jadi dan terpasang, Princess Chawla barulah mau ke luar istana.


Seperti biasa di akhir pekan Princess Chawla mengadakan aksi bakti sosial. Kali ini, Princess Chawla akan mengunjungi sebuah panti khusus penyandang cacat. Bersama rombongannya, Princess Chawla membawa hadiah untuk penghuni panti.


Di dalam panti terdapat puluhan orang cacat. Sebagian ada yang sejak lahir tapi ditelantarkan orang tuanya, ada pula yang karena korban perang, dan juga bencana alam lalu tak punya keluarga lagi.


Di salah satu sudut panti, Princess Noura melihat seorang anak lelaki sedang asyik melukis. Kakinya cacat di sebelah kanannya.


“Wah, lukisanmu bagus sekali. Siapa namamu?” tanya Princess Chawla.


“Munna,” kata anak lelaki itu.


“Apakah hobimu memang melukis?” tanya Princess Chawla.


“Sebenarnya aku lebih suka main bola,” jawab Munna.


“Bagaimana caranya?” tanya Princess Chawla.


Munna kemudian mengambil kaki palsunya. Dia mengenakannya, lalu bersikap seperti sedang tidak buntung sebelah kakinya. Munna pun mengajak beberapa temannya bermain di lapangan. Beberapa ada yang tidak punya tangan sebelah, hilang pendengar, dan cacat tubuh lainnya. Mereka sangat riang ketika bermain, melupakan kecacatan mereka.


Princess Chawla tersenyum melihat keriangan mereka. Setelah acara membagikan hadiah, Princess Chawla langsung pulang ke istana. Dia pun menemui Tabib Gigi.


“Tabib Gigi, mulai hari ini aku tak keberatan tidak memakai gigi palsuku,” kata Princess Chawla.


“Mengapa demikian, Princess Chawla? Apakah gigi palsu yang kubuat kurang nyaman dipakai?” tanya Tabib Gigi.


“Bukan itu. Sekarang aku sudah mengerti mengapa kemarin aku sakit gigi. Gigi-gigiku memberi tahu ada gigi yang salah tumbuhnya. Jika tidak sakit, mungkin aku tidak tahu ada gigiku yang rusak. Nah, ketika dicabut harusnya aku tidak sedih atau takut karena ompong. Banyak di dunia ini orang yang kehilangan anggota tubuhnya, tapi mereka masih bisa riang gembira. Jadi mestinya aku tidak perlu bingung jika ompong,” kata Princess Chawla.


“Baiklah aku mengerti, Princess Chawla. Tapi gigi palsu yang kubuat itu bukan dimaksudkan hanya untuk menutupi kekurangan. Gigi palsu itu memang harus dipasang agar geligi di dekatnya dan di atasnya tetap terjaga dengan baik,” jelas Tabib Gigi.


“Oh, begitu,” kata Princess Chawla sambil manggut-manggut.


Sejak saat itu Princess Chawla tak pernah lagi memasalahkan giginya. Dia tetap tersenyum tulus walaupun dengan gigi palsunya. Bahkan saat gigi palsunya harus dilepas, dia tetap tersenyum tulus. Karena senyumnya yang tulus, semua bisa merasakan keindahan senyum Princess Chawla.


^-^



Monday, June 22, 2009

Hore, 28 Juni 2009

Manfaatkan Liburan Kita!

Liburan telah berlangsung! Bagaimana cara kalian mengisi liburan? Jangan-jangan kalian hanya mengisinya dengan bangun di siang hari, nonton teve sepanjang hari, lalu tidur lagi. Wah, rugi banget!

Memang, tidak selamanya liburan yang kita impikan bisa terwujud. Bis saja karena orang tua kita sedang tidak punya uang. Atau, karena orang tua kita tidak mendapat ijin cuti dari kantor, tidak bisa menemani kita saat liburan. Eits, tapi bukan berarti kita tidak bisa mengisi liburan dengan hal bermanfaat lho.


Liburan ilmiah


Liburan ilmiah yang dimaksud di sini, adalah liburan sambil menimba ilmu. Bagaimana caranya supaya tidak bosan dan “menyebalkan”? Kita bisa berjalan-jalan ke museum yang ada di dekat tempat tinggal kita. Dengan membawa mereka ke museum, kita belajar banyak tentang sejarah masa lalu, entah sejarah kehidupan manusia, kehidupan tumbuhan dan hewan, serta alam semesta. Biaya masuk ke musium relatif sangat murah ketimbang belanja di mall.



Mengisi liburan ilmiah, tidak hanya dengan pergi ke musium; pergi ke pasar pun bisa menjadi ajang liburan ilmiah. Di pasar, banyak sekali komoditas yang dijual dan ditampilkan. Ada bawang merah, cabe, sayur mayur, bumbu dapur, alat memasak, dsb. Pasar adalah pusat informas. Ribuan hal yang dapat kita temukan di pasar.Kita bisa minta penjelasan dari orang tua kita tentang hak-hal tersebut. Kalau kalian berani, bisa juga bertanya ke para pedagang.
Misalnya, manakah bawang merah dan manakah bawang putih, bagaimana mereka tumbuh, mengapa kita perlu bawang merah, mengapa kita perlu bawang putih, apa kegunaan dan manfaatnya, dsb. Atau, mana kah yang namanya ikan mujair dengan ikan tongkol, cumi-cumi dan kepiting .

Di sekolah mungkin kita sudah mempelajari sebagian yang ada di pasar, termasuk tentang perdagangan. Tapi dengan berkunjung langsung ke pasar kita akan bisa belajar mengenal bentuknya secara langsung. Belajar secara langsung akan jauh lebih mudah memahaminya dan terus mengingatnya.


Liburan kreatif


Pada dasarnya, anak-anak itu sangat kreatif . Kita pun bisa menciptakan liburan kreatif dan innovatif di rumah. Kalau kita tidak punya ide sama sekali tentang apa dan bagaimana, kita bisa membeli buku yang menjabarkan tentang berbagai percobaan menarik yang dapat dilakukan sendiri di rumah.



Mulai dari percobaan unsur (yang sederhana saja, misalnya minyak dengan air), percobaan warna (memadukan warna) sampai dengan mencoba membuat sesuatu dari benda-benda yang ada di rumah, misalnya: kardus, karton tebal, tripleks bekas, koran bekas, akuarium bekas, stoples beling kosong, dsb yang bisa digunakan menjadi media atau pun alat eksperimentasi atau konstruksi. Nah, di sinilah peran ayah sangat penting untuk menemani.

Di masa liburan ini pula, kita bisa berkenalan dengan kegiatan “baru”, misalnya : belajar memasak (membuat kue, dsb), belajar menjahit, menyulam, menari (kalau yang ini, mungkin harus kursus / jadi anggota sanggar), menukang, atau bertanam (tidak mesti harus punya halaman luas, karena bisa dengan menggunakan polybag (kantong khusus untuk menanam bibit) atau pot kecil. Jangan cemaskan hal-hal tidak penting, misalnya “bagaimana kalau capek, bagaimana kalau rumah kotor, bagaimana kalau kaki kena tanah, bagaimana kalau baju basah, bagaimana kalau halaman jadi becek."

Kita pun bisa sekaligus belajar “tanggung jawab”, artinya, kalau sudah selesai mengerjakan, kita pun harus membereskannya kembali. Setiap aktivitas, merupakan sebuah ekspresi diri sekaligus cara kita mengukur kemampuan diri sendiri. Kalau kita merasa “mampu” dan berhasil mengatasi tantangan yang satu, maka dalam diri kita akan tertanam rasa percaya diri untuk melakukan eksplorasi demi eksplorasi ke bidang-bidang lainnya.

Liburan empatik & sosial


Ada lagi jenis kegiatan yang murah untuk mengisi liburan anak dengan nilai yang tinggi. Kita bisa meminta orang tua kita mengatar pergi ke panti asuhan untuk melihat teman-teman yang hidup di panti asuhan. Dengan begitu, kita akan melihat bahwa ada banyak anak-anak yang menjalani hidup sangat berbeda dari kita – dan ternyata, banyak juga yang meskipun hidup susah, tapi tetap bahagia, tahu bersyukur, tidak cerewet, tidak mengeluh dan bahkan punya semangat belajar dan semangat juang yang tinggi.



Selain ke panti asuhan, kita juga bisa ke panti jompo. Di sana, kita bisa membuka pengertian dan menanamkan nilai moral, bahwa setiap orang akan menjadi tua, dan meskipun tua, mereka tetap membutuhkan perhatian dan kasih sayang, terutama setelah apa yang mereka berikan pada anak-anak selama ini. Kesempatan ini, dapat bermanfaat untuk menanamkan kebijaksanaan akan pentingnya “orangtua” untuk anak-anaknya.

Sebenarnya, dengan berkunjung ke dua tempat: panti asuhan dan panti jompo, kita bisa belajar bahwa setiap orang di dalam hidup ini saling membutuhkan dan saling memberikan. Tiadanya perhatian dan cinta, dapat membuat hidup menjadi sulit dan tidak bahagia; tapi, perhatian hanya dalam bentuk hadiah, barang, dan bentuk-bentuk materi lainnya – ternyata tidak dapat membuat orang benar-benar bahagia.

Liburan petualangan

Liburan petualangan, biasanya diasosiasikan dengan biaya yang mahal dan perjalanan yang jauh. Sebenarnya tidak harus demikian, karena di setiap tempat, disetiap kota, pasti punya sisi terpencil yang amat menarik untuk dijadikan ajang petualangan. Bukankah mengejar layangan putus sambil menelusuri sungai kecil – sudah menjadi pengalaman yang luar biasa?

Kita bisa pergi berjalan-jalan ke perkebunan teh, ke kebun raya, ke kebun binatang, ke gua, ke sawah, ke pemancingan , ke gunung, ke mata air panas, ke air terjun atau ke peternakan .



O ya, suasana petualangan, tidak harus artinya kita pergi jauh dari rumah. Jika kita, atau salah satu famili memiliki rumah dengan halaman yang cukup luas, maka kita bisa mendirikan tenda di halaman itu. Tentu akan jadi liburan yang mengasikkan, apalagi jika kita bergabung dengan para sepupu kita.

Nah, mumpung masih ada waktu liburan, ayo kita bangun! Jangan tidur melulu atau hanya nonton tv sepanjang hari. Isi liburan kita dengan hal-hal bermanfaat yuk!

(ben)

Saturday, June 20, 2009

Cernak, 21 Juni 2009


Kakek Bukan Bapak

Waktu baru menunjukkan pukul sebelas. Bang Ali merasa perutnya lapar. Tadi pagi dia hanya sempat menyeruput kopinya.

Beres mengntar penumpang ini, makan dulu ah, kata Bang Ali dalam hati.

Bang Ali berusia 33 tahun. Pekerjaannya sebagai supir taksi dilakoninya sejak tiga tahun lalu. Sebelumnya, ia sempat menjajal jadi pedagang, tapi bangkrut. Sempat pula jadi guru olahraga, tapi gajinya tak cukup untuk menghidupi keluarganya. Bahkan, jauh sebelumnya bang Ali adalah seorang ….

“Maaf ya, Mas. Kayaknya saya kenal wajah mas, deh,” kata penumpang yang duduk di bangku belakang. Dia lantas membaca kartu pengenal sopir di dashboard. “Mas ini dulunya pemain sepakbola nasional, kan?”

“Ah, masa sih? Pemain bola yang mana?” elak Bang Ali.

“Itu dia pengenal supir ditulis Ali Mahfudin. Sama banget dengan pemain nasional yang saya tahu. Muka mas juga mirip. Benar, kan?” penumpang itu bersiukuh.

“Ng … iya. Tapi itu kan udah lama sekali,” aku Bang Ali akhirnya.

“Ya, saya lihat Mas Ali terakhir di Senayan. Waktu lawan Thailand. Keren banget mainnya. Tapi kemudian, saya baca di Koran Mas Ali cedera paha. Nah, abis itu saya nggak dengar lagi kabarnya,” ucap si penumpang.

Bang Ali tertawa pahit. “Ya, begitulah. Karir saya tamat sebagai pemain sepakbola begitu cedera saya susah disembuhin. Jangankan tim nasional. Tim daerah saja tidak ada yang mau pakai saya.”

“Kok begitu ya? Padahal kan bisa jadi pelatih atau apalah.”

“Ya, saya sekarang jadi pelatih juga. Tim kesebelasan supir taksi. Hahahahaha.”

“Mas Ali bisa aja. Eh, Mas Ali, saya berhenti di rumah makan depan itu ya.”

Bang Ali menepikan taksinya di depan sebuah restoran masakan Sunda. Niat Bang Ali untuk mengisi perutnya dibatalkan begitu melihat arloji di pergelangan tangannya. Dia memacu taksinya ke arah selatan. Beberapa calon penumpang yang menyetop di pinggir jalan tak digubrisnya. Tujuannya sudah jelas … menjemput Bayu.

Begitu tiba di depan gerbang sekolah Bayu, bang Ali langsung menepi. Mesin mobil pun dimatikan. Bel tanda bubar sekolah pelum berbunyi. Bang Ali membeli the botol di kios pinggir jalan. Dia pun membasahi tenggorokannya yang kering.

“Bang Ali, anak saya suka banget main bola. Biar maju, masukin klub sepakbola mana ya?” tanya Mang Sakim, pemilik kios yang sudah kenal betul dengan Bnag Ali.

“Kalo mau maju ya sekolahi di Inggris sana.”

“Ke Inggris? Duit dari mana?”

“Hahahaha. Kalo nggak sanggup ke Inggris ya masukin aja ke klub sepakbola yang dekat-dekat sini. Yang penting anaknya serius. Jangan setengah-setengah. Nanti udah bayar mahal-mahal masuk klub, eh anaknya ogah-ogahan.”

“Iya juga sih. Nah, dulu Bang Ali mulainya gimana?” tanya Mang Sakim lagi.

“Dulu sih dari klub kecil-kecilan. Terus nekad daftarin sendiri ke klub daerah.”

“Daftar sendiri? Nggak sama orangtua?”

“Bapak saya nggak suka saya jadi pemain sepakbola. Maunya, saya tuh jadi pegawai Pertamina. Ya, kayak bapak saya itu. Mulanya, saya nurut bapak saya. Tapi lama kelamaan kok mimpi jadi pemain sepakbola terkenal terus mengganggu. Akhirnya, lulus SMA saya cari kuliah di luar kota yang jauh. Biar nggak serumah dengan bapak saya. Nah, barulah saya masuk ke klub daerah,” papar Bang Ali sambil menyodorkan tiga lembar uang ribuan membayar the botol yang diminumnya.

Bersamaan dengan itu, bel tanda sekolah bubar pun berbunyi.

“Nah, kalo anak Bang Ali sekarang gimana? Dilarang juga? Saya suka lihat Bayu main bola. Kayaknya ada turunan dari bapaknya tuh,” tanya Mang Sakim.

“Saya sih terserah dia punya mimpi aja. Mau jadi pegawai bank, nggak masalah. Mau jadi pegawai Pertamina kayak kakeknya, ya nggak apa-apa. Tentu aja, sebagai bapaknya, saya sangat senang kalo dia mau nerusin mimpi bapaknya,” jawab Bang Ali sambil terkekeh.

Semenit kemudian Bang Ali mendekati gerbang sewaktu melihat Bayu. Mereka kemudian berjalan menuju taksi yang diparkir di sisi jalan.

“Gimana sekolahnya tadi?” tanya Bang Ali sambil menyalakan mesin.

“Ya gitu aja. Serunya sedikit. Hari ini ada murid baru di kelas. Anak orang kaya. Belagu banget. Tapi … kasihan juga sih,” ucap Bayu.

“Kasihan kenapa?” tanya Bang Ali.

“Dia pakai kursi roda. Udah gitu ngomongnya gagap. Nah, tuh dia mobilnya.”

“Anak orang kayak kok sekolahnya di sini? Kan, banyak sekolah swasta yang bagus-bagus?” gumam Bang Ali.

“Ih, Bapak ngeledek sekolah Bayu. Kesannya sekolah Bayu kalah sama sekolah swasta. Terus, kesannya cuma buat anak-anak orang nggak kaya.”

Bang Ali tertawa. “Bukan begitu, Bay. Bapak tuh beberapa kali nganterin anak orang kaya sekolah. Mereka tuh mana ada yang minta dianter ke SD percontohan kayak sekolah Bayu. Lah, Bapak aja kalo punya duit lebih bakal masukin Bayu ke sekolah swasta yang ngetop.”

“Nggak mau, ah. Percuma kalo anak nya belagu-belagu kayak si Heri. Enak di sekolah Bayu sekarang. Banyak teman main bolanya.” Mata Bayu mendelik ketika melihat Bang Ali membelokkan mobil ke kanan. “Lho, kok nggak langsung ke rumah?”

“Bapak lupa beli pesanan Ibu. Bapak harus beli soto dulu buat makan siang. Soto kesenangan kakekmu,” jawab Bang Ali.

“Lho, memangnya kakek mau datang hari ini ya? Bayu kok nggak dikasih tahu sama Ibu?”

“Kabarnya juga baru tadi. Mendadak. Bukan cuma datang. Kakek kan udah pensiun. Rencananya, Kakek akan tinggal bersama kita. Tadinya baru bulan depan Kakek akan datang. Tapi dipercepat.”

“Wah, gawat dong!” Bayu merasa dirinya terancam.

“Kenapa? Soal bola?”

“Iya. Kakek kan nggak suka Bayu main bola.”

“Main bolanya jangan di depan Kakek dong.”

“Benar juga.”

Mobil pun menepi ke sebuah rumah makan. Bang Ali turun membeli soto. Bayu tetap di taksi. Sepuluh menit kemudian Bang Ali kembali dengan satu kantung plastik. Bang Ali kembali menjalankan taksinya. Kali ini tujuannya adalah kediaman mereka.

Tapi perjalanan mereka tersendat. Jalanan mendadak macet karena ada pawai para pendukung kesebelasan Persija.

“Hari ini ada pertandingan ya? Memangnya Liga udah dimulai lagi?” tanya Bayu.

“Bukan Liga. Pertandingan pemanasan. Persija lawan Arema di Lebakbulus.”

“Wow pasti seru.”

“Iya. Persija kan Bapak. Nah, kalo Arema itu kan kotanya Kakek.”

Bang Ali tersenyum.

“Kapan-kapan Bayu ingin ikut pawai begitu. Boleh, kan?”

“Boleh aja. Asal sama Bapak.”

Bang Ali kembali menjalankan mobil dengan kecepatan seperti biasa karena arus jalan kembali normal. Tinggal beberapa menit lagi pasti sampai di rumah.

Rumah yang ditempati Bayu sebenarnya adalah rumah kakeknya, Pak Usman. Namun, Lima belas tahun lalu Pak Usman dipindahkan dinasnya ke Malang, Jawa Timur. Rumahnya kemudian dikontrakan. Tapi ketika Bang Ali diterima kuliah di Jakarta, rumah itu didiami kembali oleh Bang Ali. Juga ketika Bang Ali berkeluarga.

“Tadi pagi di sekolah kedatangan orang baru. Sekarang di rumah juga. Tiba-tiba dua orang sekaligus akan terus berada di dekat Bayu,” gumam Bayu saat Bang Ali memarkir mobilnya.

“Hidup itu kadang seperti pertandingan sepakbola. Ada pemain yang masuk, ada yang keluar. Kadang dia di pihak kita, kadang di pihak lawan. Datangnya bisa berdekatan waktunya, begitu juga keluarnya,” timpal Bang Ali.

Bayu tersenyum. Dia senang jika bapaknya menggunakan perumpamaan dalam pertandingan sepakbola jika memberi petuah. Lebih mudah dimengerti.

“Assalammualaikum!” salam Bayu saat memasuki rumah. Dia melihat kakeknya duduk di ruang tengah. Bayu langsung menyalaminya. “Lho, Kakek sudah sampai ya. Barang-barang Kakek mana? Katanya Kakek mau pindah lagi ke sini?”

“Barang Kakek kan banyak. Ya nggak bisa dibawa semuanya. Dikirim pakai ekspedisi pengantaran barang.”

“Tadi Kakek naik pesawat ya?”

“Iya. Kapan-kapan kamu Kakek ajak naik pesawat juga. Atau kamu malah yang mengajak Kakek. Kalau kamu nanti kerja di Pertamina, uang kamu banyak. Bisa ke mana-mana naik pesawat.”

“Kalo jadi pemain bola juga bisa naik pesawat terbang. Terutama kalo pertandingan ke luar pulau atau ke luar negeri.”

“Siapa yang membolehkan Bayu jadi pemain bola?” mata Pak Usman mendelik.

Bayu mengerut melihat bola mata kakeknya yang nyaris mau jatuh itu. Omongan sepakbola dengan Kakek selalu membuat situasi jadi tidak menyangkan. Selalu begitu yang Bayu ingat. Benar kata bapaknya. Mendingan tidak usah menyebut-nyebut sepakbola di depan kakeknya. Aaaargh…. Kakek memang berbeda dengan Bapak.

“Bay, ajak Kakek makan dulu ya,” tiba-tiba suara sejuk Ibu menyapa Bayu.


“Siap, Bu!”



^-^

Friday, June 19, 2009

Hore, 21 Juni 2009

Jalan-jalan ke Museum Yuk!


Kalian suka ke museum? Ya, tentunya menarik. Terutama museum dunia. Nah, jika kalian belum berkesmpatan mendatangi museum dunia, kalian bisa membacanya dulu di Internet. Oh iya, kalian sudah tahu kan artinya museum? Wah, cobalah nonton film Night at Museum. Pasti kalian ingin liburan ke museum deh!



Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan.


Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian.

Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filosofi dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM.


Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan.

Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang, Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia.



Museum dunia banyak sekali yang terkenal. Museum Louvre (Musée du Louvre) di Paris, Perancis, adalah salah satu museum terbesar dan paling terkenal di dunia. Gedungnya, bekas sebuah istana bangsawan, terletak di pusat Perancis antara sungai Seine dan Rue de Rivoli. Lapangannya kini terdapat piramida gelas Louvre. Sebagian dari istana tersebut dibuka sebagai museum pada 8 November 1793, pada saat Revolusi Perancis. Koleksi museum yang trkenal adalah lukisan Monalisa.


Museum Lilin


Madame Tussauds adalah sebuah museum lilin terkenal di London, Inggris, dengan cabang-cabang di beberapa kota besar di dunia. Museum ini pertama kali didirikan oleh pematung lilin Marie Tussaud.


Marie Tussaud (lahir 1761, wafat 1850), lahir sebagai Marie Grosholtz di Strasbourg, Perancis. Ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk Dr. Phillippe Curtius, seorang dokter yang mahir dalam pembuatan patung lilin. Curtius mendidik Tussaud dalam seni patung lilin. Di tahun 1765, Curtius membuat patung lilin Marie-Jeanne du Barry, selir dari Raja Louis XV dari Perancis. Cetakan dari patung tersebut adalah benda tertua yang masih ada dari sejarah museum patung lilin ini.


Pameran pertama dari karya lilin Curtius diadakan tahun 1770 dan menarik perhatian banyak orang. Pameran tersebut pindah ke Palais Royal di Paris pada tahun 1776. Curtius membuka tempat kedua untuk karya-karyanya ini di Boulevard du Temple pada tahun 1782 dengan nama "Caverne des Frands Voleurs", asal muasal dari bagian museum yang dikenal saat ini sebagai Chamber of Horrors (arti harafiah Kamar Horor).

Tussaud membuat patung lilin pertamanya, yaitu patung Francois Marie Arouet de Voltaire, atau yang lebih dikenal hanya dengan Voltaire, di tahun 1777. Tokoh-tokoh terkenal lainnya yang dipatungkannya antara lain Jean Jacques Rousseau dan Benjamin Franklin. Selama Revolusi Perancis ia membuat penutup wajah jenasah bagi para tokoh yang menjadi korban. Ia rela untuk mencari kepala-kepala para korban yang terputus ini di tengah-tengah timbunan jenasah agar bisa menyelesaikan penutup wajah jenasah ini dengan sempurna.

Ketika Curtius meninggal di tahun 1794, ia meninggalkan koleksi patung-patung lilinnya pada Tussaud. di tahun 1802, Marie Tussaud pindah ke London. Sebagai konsekwensi Perang Inggris-Perancis, ia tidak bisa kembali ke Perancis sehingga untuk hidup ia harus berkeliling Inggris dan Irlandia memamerkan karya-karyanya. Sekali waktu karya-karyanya itu pernah dipamerkan di Lyceum Theatre. Ia akhirnya memiliki tempat pameran permanen buat karya-karyanya di Baker Street, London, di tahun 1835 (di tempat yang disebut "Baker Street Bazaar").

Salah satu atraksi utama museum Tussaud adalah "The Chamber of Horrors". Bagian eksibisi ini menampilkan sebagian korban Revolusi Perancis dan juga patung-patung para pembunuh dan penjahat lainnya. Nama ruangan ini diberikan oleh seseorang dalam majalah Punch di tahun 1845.

Tokoh-tokoh terkenal lain kemudian mulai ditambahkan dalam ruang pameran, termasuk Horatio Nelson dan Sir Walter Scott. Beberapa patung lilin yang dibuat oleh Tussaud sendiri masih ada hingga hari ini. Di tahun 1842, ia membuat patung lilin dirinya sendiri yang sekarang dipajang di pintu masuk utama museumnya.

Museum Madame Tussaud pindah ke alamatnya kini di Marylebone Road pada tahun 1884. Di tahun 1925 kebakaran menghancurkan banyak dari patung-patung yang ada, tapi cetakan-cetakan mereka berhasil diselamatkan sehingga patung-patung lilin bersejarah tersebut bisa dibuat lagi.

Museum lilin Madame Tussaud kini telah berkembang menjadi sebuah tujuan wisata di London, berdampingan (hingga baru-baru ini) dengan London Planetarium di sisi baratnya. Museum ini telah memiliki cabang di Amsterdam, Las Vegas, New York City, Hongkong, Shanghai,
Hollywood-Los Angeles, dan Washington D.C. Kini, patung-patung lilin Madame Tussauds terdiri atas tokoh-tokoh sejarah, keluarga kerajaan, bintang film, atlet tenar dan tokoh-tokoh kriminal yang tenar. Museum Madame Tussauds saat ini dimiliki oleh sebuah perusahaan wisata bernama Merlin Entertainments setelah mengakuisisi Tussauds Group pada bulan Mei 2007.


Museum Vatikan


Museum Vatikan (Italia: Musei Vaticani) adalah kumpulan beberapa museum kesenian publik dan patung di Kota Vatikan, yang menampilkan karya-karya koleksi kaya Gereja Katolik Roma. Paus Julius II membangun museum-museum ini di abad ke-16. Kapel Sistina dan Stanze della Segnatura yang didekorasi oleh Raphael berada di rute perjalanan menuju Museum Vatikan. Hingga November 2006, tempat ini telah dikunjungi sekitar 4.000.000 orang untuk tahun itu saja.



Asal mula Museum Vatikan bisa ditelusuri pada sebuah patung marmer yang dibeli 500 tahun yang lalu. Patung Laocoön (nama seorang pemimpin agama yang, menurut Mitologi Yunani, berusaha untuk meyakinkan masyarakat Troya kuna agar tidak menerima "hadiah" sebuah patung kuda berongga dari orang-orang Yunani) diketemukan pada tanggal 14 anuari 1506 di sebuah kebun anggur dekat Basilika Santa Maria Maggiore di Roma.

Paus Julius II mengirim Giuliano da Sangallo dan Michelangelo Buonarroti yang sedang bekerja di Vatikan untuk meneliti penemuan tersebut. Berdasarkan rekomendasi mereka, Sri Paus segera membeli patung itu dari sang pemilik kebun anggur. Sri Paus memamerkan Patung Laocoön dan putra-putranya dalam cengkeraman seekor ular laut kepada publik di Vatikan tepat sebulan semenjak penemuan patung tersebut.


Museum Vatikan merayakan ulang tahun ke-500-nya di bulan Oktober 2006 dengan cara membuka lokasi ekskavasi sebuah kompleks kuburan bawah tanah di Bukit Vatikan kepada publik secara permanen.


Nah, kalian ceritakan dong pengalaman jalan-jalan ke museum.

(ben)

Friday, June 12, 2009

Hore, 14 Juni 2009

Ayo Memancing!


Siapa yang suka mengisi liburan dengan pergi memancing? Kalau kalian belum pernah, yuk kita coba sekali-kali pergi memancing ditemani ayah atau kakek. Memancing juga asyik lho buat mengisi liburan.


Memancing secara luas adalah suatu kegiatan menangkap ikan yang bisa merupakan pekerjaan, hobi, olahraga luar ruang (outdoor) atau kegiatan di pinggir atau di tengah danau, laut, sungai dan perairan lainnya dengan target seekor ikan. Atau bisa juga sebagai kegiatan menangkap ikan atau hewan air tanpa alat atau dengan menggunakan sebuah alat oleh seorang atau beberapa pemancing.


Namun dalam praktek dan dari hasil buruannya, tidak semua kegiatan memancing ikan selalu membuahkan hasil seekor ikan, memancing ikan dapat juga diartikan tidak saja untuk menangkap ikan namun juga kodok, penyu, ikan, cumi-cumi, gurita, bahkan ikan paus.



Memancing ikan dapat dibedakan berdasarkan alam buruannya, yaitu:


* Memancing ikan air laut
* Memancing ikan air tawar


Pada dasarnya memancing hanyalah salah satu cara menangkap ikan. Oleh karena itu banyak cara atau teknik menangkap ikan yang lain.


Kegiatan Kuno



Memancing dalam arti menangkap ikan sudah dikenal oleh peradaban manusia sejak zaman dahulu sekitar 10.000 tahun yang lalu. Hal ini terbukti dari peninggalan-peninggalan arkeologi pada goa-goa tua di Eropa bahwa aktivitas penangkapan ikan sudah ada sejak dulu dengan ditemukannya tulang-belulang, mata kail dan gambar serta lukisan pada zaman batu di dalam goa-goa tersebut.



Teknik menangkap ikan mulai beragam pada masa Neolithic sekitar 4.000 - 8.000 tahun yang lalu yang kemudian berkembang menjadi teknik yang lebih modern dan masih dipakai hingga saat ini. Begitu pula dengan cara pengolahan ikan hasil tangkapan, saat ini cara tersebut masih dilakukan dengan teknik yang sama misal pengawetan ikan dengan menggarami atau dengan cara pengasapan.



Mata Kail


Mata kail adalah salah satu alat untuk menangkap ikan yang paling populer dan digunakan untuk memancing. Mata kail digunakan sebagai tempat untuk menaruh umpan pancing, yang pada awalnya terbuat mulai dari tulang atau kayu keras pada zaman dahulu.



Pada masa kini bermacam mata kail sudah dapat dibuat dari berbagai macam logam keras seperti dari besi (yang diberi lapisan chrome), baja atau bisa juga dengan campuran bahan logam lainnya misalnya dari bahan karbon.


Peralatan Memancing


Dalam pengertian olahraga memancing selain mata kail, alat pancing terdiri dari bermacam alat pendukung, seperti:


* Pelampung pancingan, bisa terbuat dari kayu, busa, gabus atau plastik selama sesuai dengan penggunaannya sebagai pelampung yang ringan dan dapat mengambang di atas permukaan air.

* Pemberat umpan pancing, umumnya menggunakan bahan dari timah agar umpan dapat tenggelam di bawah air.

* Rol pancing, biasanya diletakkan pada pangkal dari tongkat pancing (joran pancing) yang berguna sebagai tempat menggulung tali senar pancing dan terdapat pemutar pada bagian sampingnya, tapi dapat pula rol pancing digunakan tanpa tongkat pancing dengan cara tali senar digulung secara manual oleh tangan.

* Tali senar pancing, digunakan untuk memasang mata kail sekaligus sebagai media penghubung antara pemancing dengan ikan yang terpancing.

* Tongkat pancing, digunakan untuk tempat rol pancing pada pangkalnya dan biasanya tongkat pancing tidak digunakan pada area berair dalam atau pada saat memancing dasar.

* Umpan pancing, terdiri dari beragam variasi, mulai dari umpan buatan misal berupa ramuan hingga umpan alam hidup ataupun mati misalkan ikan kecil, udang, cacing atau cumi-cumi.


Saat ini mata kail tidak lagi harus menggunakan umpan dari bahan organik, tetapi dapat pula digunakan umpan buatan (lure) yang berbentuk seperti umpan asli dan terbuat dari kayu atau plastik.


Nah, sudah siapkah kalian memancing? Selain perlatan, kalian juga harus mempersiapkan mental memancing, yakni sabar.

(ben)

Saturday, June 06, 2009

Cernak edisi 7 Juni 2009


GO BLUE

Hari minggu ini Salsa kedatangan tantenya yang bernama Tante Fiona. Tante Fiona ini adalah adik dari ayah Salsa yang tinggal di Bandung. Salsa senang sekali bertemu dengan Tante Fiona, apalagi Tante Fiona datang dengan membawa oleh-oleh kue brownies kukus yang sangat disukai Salsa.

Tante Fiona pandai mendongeng. Salsa suka sekali mendengarkan dongeng-dongeng seru Tante Fiona. Oya, selain itu Tante Fiona juga sangat pandai membuat kue. Setiap berkunjung ke rumah Salsa, Tante Fiona selalu membuat berbagai macam kue yang bentuknya cantik-cantik dan tentu saja rasanya enak banget. Kalau Tante Fiona sedang membuat kue, salsa selalu membantunya karena Salsa ingin sekali bisa pandai membuat kue seperti Tante Fiona.

Kedatangan Tante Fiona kali ini pun tidak disia-siakan Salsa. Sore harinya, setelah Tante Fiona beristirahat, Salsa mengajak Tantenya untuk memperagakan keahliannya membikin kue. “Siapa tahu ada resep baru dari kue buatan Tante yang aku belum tahu,” pikir Salsa. Karena bahan-bahan untuk membuat kue belum tersedia, Tante Fiona mengajak Salsa pergi belanja ke super market.

Sebelum berangkat ke super market, Tante Fiona tampak mencari-cari sesuatu.

“Apa yang tante cari?” tanya Salsa.

“Tante mencari tas yang agak besar, tapi bukan dari plastik. Atau kalau ada keranjang juga enggak apa-apa,” jawab Tante Fiona.

“Buat apa, Tante?” tanya Salsa bingung.

“Buat tempat belanjaan kita nanti,” jawab Tante Fiona.

“Lho, kan nanti di sana di kasih kantong plastik. Jadi kita enggak perlu repot-repot membawa tas sendiri,” jawab Salsa.

“Lebih baik kita membawa tas sendiri untuk belanjaan kita,,” jelas Tante Fiona.

“Tapi kenapa? Kan kantong plastik itu gratis dan praktis?’ tanya Salsa pula.

“Memang. Tapi setelah dipakai, kantong plastik dibuang dan jadi sampah. Kemudian, masuk got menyumbat aliran air dan bisa menyebabkan banjir,” jawab Tante Fiona.

“Selain itu, kantong plastik juga dapat mengganggu sistem pernafasan, terutama buat anak-anak ketika mereka menggunakannya untuk bermain,” lanjut Tante Fiona.

Tidak lama kemudian Tante Fiona mendapatkan tas yang dicarinya yang dipinjem dari mama Salsa. Mereka pun akhrinya berangkat ke super market dengan menggunakan mobil Tante Fiona.

Setibanya di super market, Salsa dan Tante Fiona membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat kue. Setelah semua bahan didapat, mereka menuju kasir untuk membayar. Ketika petugas kasir akan memasukkan belanjaan ke kantong plastik, Tante Fiona menolaknya. Tante lalu memasukkan belanjaannya ke tas yang dibawa dari rumah tadi.

Di perjalanan pulang, Salsa melihat di kaca mobil Tante Fiona ditempel stiker yang bertuliskan ‘Go Blue’.

”Go Blue itu artinya apa, tante?” tanya Salsa.

“Oh, Go Blue itu artinya kita cinta laut,” jawab Tante Fiona.

“Cinta laut? Maksud tante?” tanya Salsa pula.

“Iya, jadi kita harus mencintai laut. Negara kita kan sangat indah, memiliki samudera yang sangat luas. Kita harus menghargai dan mensyukuri atas berkat Tuhan yang sungguh luar biasa akan keindahan laut kita, dengan ikut memelihara lingkungan kita, sehingga bumi kita ini beserta isinya tetap lestari” jelas Tante Fiona.

Lalu, Tante Fiona bercerita bahwa dia dulu pernah menemukan seekor kura-kura di pinggir pantai. Tante Fiona berniat memelihara kura-kura tersebut. Tetapi baru beberapa jam kura-kura tersebut mati, dan Tante Fiona sangat sedih sekali. Karena penasaran apa penyebab matinya kura-kura itu, Tante Fiona membedah isi perut kura-kura. Betapa terkejutnya tante, ternyata di dalam isi perut kura-kura terdapat sebuah plastik. Akhirnya, Tante Fiona tahu bahwa yang menyebabkan kura-kura mati adalah karena dia menelan plastik yang mungkin dikiranya ubur-ubur. Dari situlah Tante Fiona bertekad untuk menjaga bumi beserta isinya agar tetap lestari dan indah, diantaranya dengan mencintai laut agar tidak tercemar polusi.

“Jadi, karena itu pula Tante Fiona tidak mau menggunakan kantong plastik ketika berbelanja di super market?” tanya Salsa.

“Betul. Karena kantong plastik tidak baik untuk kesehatan dan lingkungan kita,” jawab Tante Fiona sambil tersenyum.

“Oh begitu. Sekarang aku mengerti dan aku akan mengikuti apa yang telah tante lakukan. Biar aku dapat menyelamatkan lingkungan di sekitarku, sehingga bisa hidup nyaman dan sehat,” kata Salsa semangat.

“Sip. Wah, kita sudah sampai nih,” seru Tante Fiona.

“Asyik, waktunya bikin kue tiba,” seru Salsa pula.

Hari ini, Salsa sangat senang bertemu dengan Tante Fiona. Dia mendapatkan pengalaman membuat kue, juga pengetahuan penting tentang melestarikan alam dan lingkungan di sekitar kita.

Friday, June 05, 2009

Hore, 7 Juni 2009

Mainan Juga Harus Dirawat


Hai, kalian pasti suka yang namanya mainan! Berapa banyak mainan kalian? Apa saja jenisnya?
Nah, karena mainan itu dibeli dengan uang, kita harus merawatnya dengan baik.
Jika mulai bosan, kita bisa memberikannya kepada saudara. Atau, kita simpan saja dulu. Siapa tahu, suatu hari nanti kita ingin memainkannya lagi.

Berikut tips merawat mainan:

1. Berpikir hemat sekaligus praktis. Kita dapat menggunakan kardus, plastik maupun kotak sepatu yang sudah tidak dipakai lagi untuk menyimpan mainan dan ditaruh di ruangan khusus. Misalnya kotak kardus digunakan unutk menyimpan barang yang cukup besar, plastik untuk boneka sedangkan kotak sepatu untuk menyimpan mainan dengan ukuran kecil seperti mobil-mobilan ukuran kecil atau alat untuk menggambar (krayon,spidol dan lain-lain). Dengan begini, mainan kita pun tidak akan tercecer.


2. Simpanlah mainan berdasarkan kategorisasi, seperti mobil-mobilan, boneka, bola dan sebagainya. Berikan label atau gambar tertentu yang menggambarkan isi tempat penyimpanan tersebut, sehingga memudahkan kita atau adik kta untuk mencari dan menyimpan kembali mainannya.

3. Idealnya, letakkan kotak penyimpanan tersebut di tempat yang mudah dijangkau sehingga tidak mencelakakan saat mengambil mainan yang diinginkan.

4. Mainan berukuran besar dapat dijadikan pajangan di rumah dengan menjajarkan rak khusus. Misalnya, boneka binatang, mobil-mobilan berukuran besar atau puzzle. Cara ini juga dapat dilakukan untuk mainan yang sudah tidak lagi digunakan.

5. Bila ingin menggunakan kotak khusus, hindari penggunaan kotak dengan tutup yang berat agar kita dan adik kita mudah untuk membukanya dan tanpa mencederai.

6. Mainan yang terdiri dari papan, seperti catur, halma dan sebagainya dapat disimpan di dalam lemari khusus dengan menjajarkannya ke samping. Jangan menumpuknya, karena dapat merusak mainan yang berada di paling bawah. Kita dapat meletakkan mainan yang lebih ringan di atasnya, seperti boneka atau puzzle.


Hati-hati

Berikut ini tip-tip yang harus diperhatikan sebelum membeli mainan:

1. Mendata mainan yang aman dan tak aman
Langkah pertama adalah mempersiapkan daftar mainan yang aman. Kita bisa minta bantuan orang tua mengecek mainan-mainan yang sempat ditarik kembali dari pasaran karena berbahaya. Kumpulkan daftar produk berbahaya itu, cetak agar tidak terlupakan saat hendak membeli mainan.


2. Waspadai mainan-mainan dari China
Waspadailah mainan-mainan dari China dan mainan murah lain yang terbuat dari bahan yang murah, seperti dari plastik. Banyak plastik yang bisa mengeluarkan asap beracun yang bisa membahayakan kita.

3. Waspadai cat pada mainan
Bahaya lainnya bisa datang dari cat. Kebanyakan cat mengandung timah yang bisa berefek buruk bagi kesehatan kita. Baca dulu label mainan anak sebelum membelinya. Selain itu cek kembali mainan itu dari daftar mainan yang terlarang di atas.

4. Bedakan plastik berbahaya dengan bahan plastik yang aman
Bila mainan terbuat dari plastik, agak sedikit sulit memang, untuk mengetahui apakah plastik tersebut berbahaya atau tidak. Sebagai pedoman, kita bisa mencari simbol daur ulang di kardus mainan. Apabila terdapat simbol daur ulang, berarti mainan itu berasal dari bahan plastik yang bisa didaur ulang dan cukup aman bagi kita.

5. Hindari mainan yang memiliki bagian-bagian kecil dan mudah patah.
Hindari mainan yang memiliki bagian-bagian kecil, walaupun di kardus mainan tertera petunjuk usia yang sesuai dengan usia sang anak. Terlebih lagi bila produk itu terbuat dari bahan murah, yang sudah pasti tidak akan tahan lama, dan mudah rusak dan patah.

Nah, sekarang kalian sudah punya untuk membeli dan merawat mainan. Ingat ya, jangan telantarkan mainan kalian. Rawat dengan baik. Jika benar-benar tidak memerlukannya lagi, kalian bisa sumbangkan ke panti asuhan.

(ben)