Saturday, March 24, 2007


Ratu Belanja

Oleh Benny Rhamdani

Apa kesukaan kamu dengan mama kamu sama? Wah, kalau aku dengan Mama punya banyak kesamaan. Salah satu hal yang sangat terlihat adalah kami sama-sama suka jalan-jalan untuk berbelanja. Ups! Jangan tertawa ya!

Setiap akhir pekan, kami selalu pergi bareng ke supermarket. Kadang Papa dan Bang Wildan ikut. Tapi lebih sering tidak. Jika berangkat kadang-kadang kami mengenakan pakaian dengan warna yang sama, atau sama-sama memakai topi. Tapi kadang juga berbeda pakaian sama sekali.

“Mama dan Chika tiap akhir pekan sore belanja melulu. Nggak ada bosannya!” ledek Bang Wildan.

“Uh, Bang Wildan sama Papa juga tiap Minggu pagi pergi mancing bareng. Nggak ada bosannya!” ledekku membalas.

Papa tidak pernah ngomel tentang kebiasaan aku dan Mama.

“Pokoknya selama yang dibeli adalah betul-betul kebutuhan kita semua, ya silakan saja,” kata Papa.

Nah, jadi nggak boleh ada yang protes lagi ya. Karena kalau aku dan Mama pergi belanja, kami benar-benar membeli barang-barang yang dibutuhkan. Ya, sesekali aku memang membeli jajanan. Tapi Mama juga tidak keberatan.

Sabtu sore ini, Mama kembali mengajakku jalan-jalan untuk berbelanja. Tanpa buang waktu aku segera pergi ke mobil. Mama pun menyupir mobil. Papa dan Bang Wildan sudah pergi sejak tadi nonton sepak bola. Aku juga diajak. Tentu saja aku tidak mau. Apa enaknya nonton sepak bola?

Dari tempat parkir, kami langsung berjalan menuju sebuah supermarket besar di kota ini. Hm, aku mencoba menjadi anak yang terbaik menjadi teman belanja Mama. Ya, kalau kalian ingin mendapatkan atau membeli barang yang kalian suka tanpa diprotes Mama, ikuti apa yang aku lakukan.

Pertama, jangan langsung rewel minta barang yang kita inginkan begitu masuk. Biarkan Mama belanja apa yang ditulis di daftar belanja.

Kedua, bantu Mama sebisa mungkin. Misalnya mendorong kereta belanja. Atau menunjukkan letak barang yang dicari Mama.

Ketiga, selalu puji barang yang dibeli Mama. Misalnya ketika Mama membeli saus tomat, kamu bisa bilang,” Wah, saus pilihan Mama itu paling lezat.” Ya, tentu saja kalian harus kreatif menciptakan kalimat pujian untuk Mama.

Nah, jika semua sudah kalian lakukan, sebleum Mama menuju kasir, kalian bisa menyebut apa yang kalian inginkan.

“Ma, boneka beruang yang di sudut tadi bagus ya? Sepertinya enak kalau buat teman tidur Chika. Ya, kalau tidak juga tidak apa-apa sih … Cuma …”

Selain mengatakannya, kalian harus mencontoh aku. Pasang wajah memelas, juga mata yang menerawang penuh harapan. Pasti ….

“Tidak, Chika sayang …. Minggu lalu kamu baru beli boneka sapi. Minggu ini kita tidak belanja boneka,” tolak Mama.

Hah! Sungguh ini di luar perkiraaanku. Oh … okay tapi bukan Chika namanya kalau tidak mendapatkan boneka itu.

“Tapi, Ma, Chika pengin seklai. Bonekanya ngegemesin banget. Lagian boneka sapinya sudah bau. Suka dipake bantal tidur sama Bang wildan,” keluhku dengan muka tertunduk. Ya, mudah-mudahan berhasil.

“Baiklah, Mama bellikan!”

Hore! Lihat, berhasil, kan?

“Tapi minggu depan kalau kita ke sini lagi,” sambung Mama.

Oh … tidak! Ya, tidak apa-apa deh. Yang penting minggu depan aku bisa menapatkan boneka beruang yang kuinginkan. Tapi aku tidak ingin tersenyum dulu. Siapa tahu mama berubah pikiran kalau aku emmasang wajah sedih terus.

Kami menuju kasir. Antrean panjang. Aku berharap Mama bnerubah pikiran. Tapi sampai di depan kasir, Mama tidak berkata apapun.

“Nguing … nguing …. Nguing ….”

Tiba-tiba suara alarm berbunyi di mesin kasir kami. Lampu juga langsung berkelap-kelip. Petugas kasir lansgung berdiri. Lalu seorang pria datang mendekati Mama.

“Selamat, Bu. Kartu belanja yang Ibu pakai ternyata sudah mencapai poin tinggi. Ibu berhak mendapat hadiah dari kami. Nanti akan kami kirimkan langsung ke rumah ibu,” kata pria berpakaian rapi itu.

Mama mengangguk sambil tersenyum ke arahku.

“Mama dapat hadiah! Wah, pasti Papa senang!” teriakku. Aku sendiri tidak tahu hadiahnya apa. Mungkin televisi, handphone, kulkas atau barang elektronik lainnya.

Dengan perasaan senang kami membawa belanajaan menuju mobil. Begitu sampai di rumah, aku langsung tak sabar menunggu hadiah dari supermarket itu. Baru satu jam kemudian sebuah mobil boks datang. Seorang petugas mengantarkan sebuah kardus kepada kami.

Aku dan Mama langsung membuka kardus itu. isinya ternyata …

“Boneka beruang! Ini bonke beruang yang aku inginkan tadi!” teriakku. Tentu saja aku senang. Aku memeluk Mama. Tapi Mama sepertinya kurang senang. Mama mungkin menginginkan hadiah yang lain. Bukan boneka.

“Tenang, Ma. Nanti kita akan dapat hadiah yang lebih mahal kalau terus belanja,” kataku.

“Mama menggeleng. Nggak ah. Percuma kalu kita belanja melulu. Tadinya Mama bayangkan mau dapat hadiah yang mahal-mahal kalau belanja terus di supermarket itu. Mama nggak mau belanja lagi …”

Aku menarik napas.

Tentu saja aku tidak percaya kata-kata Mama. Soalnya, dulu-dulu juga sering bilang begitu. Tapi akhirnya belanja lagi. Kata Papa, keluarga Nenek memang suka belanja semua. Bahkan tante-tante kami juga. Tapi Mama yang paling suka belanja. Makanya sering disebut Ratu Belanja!

Kalau kalian bagaimana?

****

No comments: