Friday, July 02, 2010

HORE, 4 Juli 2010



>

Dari Mana Asal Vuvuzela?


Kalian suka nonton pertandingan Piala Dunia? Nah, pasti sudah mendengar bunyi-bunyian yang mirip serangga. Ssst, itu bukan bunyi lalat atau lebah lho. Tapi itu bunyi si vuvuzela yang sekarang sangat terkenal.


Vuvuzela atau biasa disebut Lepatata (dalam bahasa Tswana) adalah sebuah alat musik yang cara penggunaannya dengan ditiup. Alat musik ini dapat ditemukan saat berlangsungnya Piala Dunia FIFA 2010 ataupun pada Piala Konfederasi FIFA 2009 di Afrika Selatan. Alat musik ini memiliki panjang sekitar 65 cm dan menghasilkan tekanan suara sebesar 127 desibel.


Vuvuzela awalnya dibuat dari bahan tin,vuvuzela pertama kali dikenal di afrika selatan sejak tahun 1990′an. Ketika itu salah satu fans kaizer chiefs yg bernama “saddam” mengklaim dia yg pertama kali membuat vuvuzela dari bahan alumunium, dia membuatnya dari terompet sepeda yg dilepaskan karetnya dan ditiup dengan mulut.karena terlalu pendek jadi ditambahkan pipa.dia mempunyai foto ketika tahun 1970 di piala afrika selatan,tahun 1992 di international games dan di tahun 1998 di piala dunia perancis,membawa terompet vuvuzela

.


Dia mengatakan bahwa vuvuzela dilarang karena melanggar peraturan dan dianggap sebagai senjata yg berbahaya karena terbuat dari bahan aluminium,hal itu membuatnya mencari perusahaan plastik untuk membuat versi yang terbuat dari plastik.

Pada tahun 2001,perusahaan dari afrika selatan bernama Masincedane Sport membuat vuvuzela secara massal.


Vuvuzela dikatakan dibuat berdasarkan instrument tanduk kudu yg berakar dari sejarah afrika,tapi itu dibantah olehnya. Selama pertandingan vuvuzela digunakan sebagai upaya untuk mengganggu tim lawan,dan telah menuai banyak kritik dari pemain,pelatih bahkan pendukung tim lawan.



Buatan China


Vuvuzela memang terompet tradisional khas bangsa Afrika Selatan. Namun, Vuvuzela yang beredar dan dipakai para suporter selama Piala Dunia 2010 justru buatan China.


Pengusaha atau perajin Afsel memang tak terlalu bergairah menangkap peluang pasar selama Piala Dunia. Justru China yang rajin menyebar dagangannya.


Di beberapa toko dan mall memang banyak dijual Vuvuzela. Namun, setiap kali dicek, sebagian besar buatan China. Bahkan, souvenir lain yang berkenaan dengan sepak bola juga buatan China.


China memang sangat gencar memasarkan merchandise Piala Dunia. Bahkan, sebagian pihak juga mencoba memasukkan barang secara ilegal. Sebelum Piala Dunia 2010, satu kontainer kaus tim Piala Dunia dari China diselundupkan secara ilegal, tapi tertangkap di Johannesburg. Satu kontainer kaus itu akhirnya dibakar

polisi.

Vuvuzela buatan China lebih banyak beredar, karena harganya lebih murah. Vuvuzela produk Afsel bisa mencapai 85 sampai 100 rand. Sedangkan Vuvuzela buatan China terkadang hanya 50 rand. Sebagai gambaran, satu rand setara dengan Rp 1.300.


Padahal, Vuvuzela sebenarnya terompet sederhana. Dia hanya terompet plastik dan didalamnya kosong melompong. Untuk membunyikannya harus mampu mengombinasikan tiupan dan getaran bibir. Cara

membunyikannya sama dengan meniup Didgeridoo, terompet khas Aborigin, Australia.


Maka, untuk ukuran orang Indonesia, harga Vuvuzela buatan China pun sebenarnya sudah tergolong amat mahal. Sebab, melihat barangnya dan kualitasnya, juga bahannya, barang seperti itu di Indonesia biasanya hanya ditaksir Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu.


Sebab itu, China begitu gencar memasok Vuvuzela ke Afsel, karena keuntungannya sangat besar. Diperkirakan, sudah jutaan Vuvuzela terjual selama Piala DUnia 2010, bahkan akan semakin meningkat. Sebab, banyak orang yang membeli lebih dari satu Vuvuzela sebagai k

oleksi.


Keluhan


Wah, ternyata vuvuzela juga dianggap sebagai barang penggangg lho. Bukan rahasia lagi kalau Vuvuzela merupakan alat musik yang sangat mengganggu. Mulai dari pemain hingga komentator pertandingan merasa kesal dengan besarnya suara yang dihasilkan alat tiup yang terbuat dari plastik itu.


Perusahaan yang mempunyai hak siar juga mengeluhkan kerasnya suara vuvuzela sehingga hampir 'menenggelamkan' suara komentator bola.


Sebelumnya kapten tim Prancis Patrice Evra mengaku merasa terganggu dengan keberadaan vuvuzela. Dia mengaku sulit berkomunikasi dengan rekan-rekannya di lapangan karena kerasnya suara vuvuzela di stadion saat timnya bermain menghadapi Uruguay. Namun hingga saat ini belum ada larangan bagi Vuvuzela untuk dibawa ke dalam stadion.



Belum selesai kekhawatiran sejumlah penggila bola atas kehadiran vuvuzela yang mengganggu pendengaran, muncul ancaman baru yang tak lama lagi bakal meramaikan stadium diberbagai belahan dunia. Ancaman itu bernama kuduzela.

Kuduzela adalah alat musik tradisional Afrika Selatan yang dibuat dari tanduk Antelope, keluarga jauh rusa. Dalam tradisi masyarakat Afrika Selatan, kuduzela sering digunakan dalam peperangan. Celakanya, seperti halnya vuvuzela, kuduzela bakal menghasilkan suara yang bising bahkan dua kali lebih bising dari vuvuzela.

Ancaman kuduzela dengan cepat terdengar petinggi FIFA. Karena itu, FIFA melarang keras penggila bola membawa kuduzela karena dapat mengganggu penikmat bola yang lain. Resiko lain, kuduzela juga berpotensi digunakan sebagai senjata oleh penonton. Maka dari itu, FIFA tidak menginginkan resiko kerusuhan bakal membesar.


Nah, kalau nanti kalian punya vuvuzela, jangan sampai mengganggu tetangga ya saat meniupnya. Biar bagaimanapun keasyikan kita jangan sampai mengganggu orang lain.

(ben)

No comments: