Friday, October 17, 2014

Cernak 19 Oktober 2014

Annabelle


Oleh Benny Rhamdani


Semua gara-gara film horor itu. Judulnya Annabelle, sama dengan namaku. Film tentang boneka hantu yang berbuat keji. Jadilah teman-teman di kelas mengolok-olokku.

"Selamat pagi, boneka hantu," sapa Radit.

"Takut, ada boneka hantu!" seru Cintya dan anggota geng-nya.

"Tolong jangan hantui keluarga kami ya, Annabelle," ledek Fiona.

Semula aku biasa saja. Tapi lama kelamaan jadi kesal karena mereka juga meledekku di pesan singkat handphoneku, di Facebook dan lainnya. Bahkan ada yang berulang kali mengirimku gambar-gambar ledekan boneka Annabelle.

Ketika aku mengadu kepada ibu dan ayah, mereka hanya memintaku sabar. Kata mereka, nanti juga teman-teman bosan. Tapi buktinya sudah sebulan, mereka belum juga berhenti meledekku.Karena itulah aku jadi malas mengikuti acara wisata sekolah akhir pekan ini.

Bu Suzanna kemudian bertanya kepadaku karena mengundurkan diri dari acar wisata sekolah. "Mengapa kamu tidak akan ikut, Anna?" tanyanya.

"Aku ingin pergi asalkan teman-teman berhenti mengolok-olokku sebagai hantu boneka,"  jawabku.

Bu Suzanna tersenyum kecil. Lalu dia bercerita tentang dirinya yang juga menerima perlakuan sama ketika masih kecil.  Gara-gara namanya sama dengan bintang horor yang sangat terkenal  bernama Suzanna.   "Memang awalnya menyebalkan. Tapi lama kelamaan, selama kita tidak menanggapinya, mereka akan berhenti dengan sendirinya," jelas Bu Suzanna. 

Aku terdiam.

"Nanti Ibu akan buat peraturan buat kita semua, dilarang saling mengolok," sambung Bu Suzanna.

"Baiklah, Bu. Aku ikut kalau deikian," jawabku.

Kemudian di kelas Bu Suzanna membuat larangan agar anak-anak tidak saling mengolok-olok teman. Siapa saja yang ketahuan akan tidak diperkenankan ikut wisata sekolah, Ternyata cara Bu Suzanna itu ampuh.  Tidak ada lagi yang mengolek-olokku. Rupanya mereka benar-benar ingin mengikuti wisata sekolah ke Pantai Tanjung Lesung.

Akhir pekan kami berangkat menuju ke Pantai Tanjung lesung. Perjalanan dengan bus sekitar lima jam yang melelahkan. Namun begitu sampai kami semua merasa gembira karena tempatnya yang indah.

Kami tinggal di beberapa villa yang berdekatan.  Satu villa diisi lima anak. Aku satu villa Cintya dan tiga teman gengnya.

"Waduh, kita satu  villa dengan boneka hantu," ledek Cintya ketika kami masuk villa.

"Eh, bukankah kita dilarang saling mengolok?" tanyaku.

"Ya, sekarang boleh, Annabelle Hantu. Karena kita sudah sampai di  tempat wisata sekolah, bukan ?" cibir Cintya.

Kuputuskan untuk tidak mendengar olek-olek mereka. Karena hari sudah sore, kami segera bersiap ke pantai memburu pemandangan indah matahari tenggelam.Setelah puas aku kembali ke villa sendirian karena Cintya dan kawan-kawannya masih ingin makan di restoran.

"Aaarh!" aku menjerit kaget ketika masuk kamar melihat sebentuk boneka menyeramkan.

Lalu, rentetan tawa panjang terdengar. Muncullah Fiona dan dua teman lainnya di balik pintu. Kemudian mereka lari sambil membawa boneka seram itu. Rupanya dia sengaja  menakut-nakutiku.

Aku berusaha bersabar. Dan saat acara malam hari aku agak tidak nyaman karena Fiona menyebarkan berita keterkejutanku kepada semua orang. Aku cuma duduk di dekat pantai sendirian.

"Aku akan menolongmu ...."

Tiba-tiba aku mendengar suara itu. Tapi tak ada orangnya.Aku jadi ketakutan dan kembali ke kamarku. Dan langsung tidur.

Entah pukul berapa. Rasanya masih tengah malam. Tiba-tiba aku mendengar suara teriakan yang nyaring di villaku. Rupanya dari mulut Cintya dan kawan-kawan. Mereka kemudian lari keluar villa menuju vilaa Bu Suzanna. Aku pun ikut keluar. Kulihat ada juga beberapa anak yang keluar dari villa masing-masing. Termasuk Fiona.

"Ada apa ini?" tanya Bu Suzanna.

"Aku bermimpi buruk ketemu boneka Annabelle," jawab Cintya sambil ketakutan.

Yang lain mengatakan hal yang sama. Bahkan cerita di mimpi mereka sama semua.

"Siapa di sini yang melanggar janji tidak saling mengolok-olok teman?" tanya Bu Suzanna.

Ternyata mereka yang mengolok-olokku semua mengangkat tangan.

"Cobalah minta maaf kepada yang kalian olek-olok itu. Lalu kembali tidur. Kalau masih takut, tidur saja di villa Ibu."

Beberapa orang yang mengolok-olokku langsung minta maaf. Tentu aku maafkan.Tapi sampai sekarang aku masih bingung, mengapa mereka bisa bermimpi  hal yang sama? Lalu siapa yang membisikku tadi? Aku curiga sedikit kepada Bu Suzanna karena sepertinya guruku itu sempat mengedip padaku dan matanya terlihat berwarna keunguan. Apakah Bu Suzanna yang ....



















 



No comments: